"Shin,"
Air mata Shinobu mulai jatuh saat Giyuu meraih pundak Shinobu yang bergetar hebat. Gadis itu bahkan masih berusaha menahan isak saat Giyuu mulai mengelus pundaknya, ingin menguatkan Shinobu.
Hari ini Shinobu tahu jelas, ia sudah gagal sebagai seorang kakak. Ia tidak bisa sebaik Kanae yang bisa melindunginya setiap waktu, dulu.
"Gue tau lo khawatir, tapi gak apa-apa. Kita cari jalannya, oke?"
"Yu..."
"Gue di sini, Shin. Gue gak pergi."
Shinobu merasai getaran dalam hatinya. Namun tidak, jawabannya tetap tidak. Bahkan saat suatu hari nanti Shinobu ingin kembali, Shinobu tahu ia tidak bisa kembali pada Giyuu.
"Kita cari jalannya sama-sama, Shinobu."
Sesak.
Shinobu tidak tahu mengapa ada seseorang sebaik Giyuu.
Sekarang bagaimana? Shinobu tidak tahu caranya meninggalkan Giyuu. Shinobu tidak tahu caranya melupakan Giyuu. Dan mungkin, Shinobu tidak tahu caranya berhenti berharap mereka akan kembali baik-baik saja.
"Lo tau, Shin? Hati lo nggak sedingin itu. Sebesar ini lo sayang sama adek lo." kata Giyuu melanjutkan. Membuat Shinobu teriris semakin dalam. Entah kenapa.
❀❀❀
Giyuu mengarahkan motornya masuk ke rumah. Kondisi garasi yang sepi membuat Giyuu sadar Ayah dan Ibunya belum pulang. Tapi satu buah sepatu seseorang di depan pitu membuat cowok itu tahu ada seseorang di rumah.
Giyuu langsung saja masuk. Dan benar saja, Sabito duduk merunduk di sofa. Cowok itu nampak santai menunggu sambil bermain ponsel.
"Nyokap gue ke mana?" tanya Giyuu membuka helmnya.
"Minimarket, belanja bulanan." balas Sabito masih menatap ponsel.
Giyuu hanya mengangguk ringan. Cowok itu melepas jaket sambil melangkah ke kamarnya, tapi Sabito tiba-tiba berdiri dan mendorong Giyuu sampai cowok itu terbentur ke tembok.
Giyuu terkejut, cowok itu melebarkan mata, masih tidak paham. Sabito menghela napas berat dengan dua tangan di saku celana. Hingga Sabito mulai bicara serius.
"Bener lo gantiin Shinobu buat tumbal itu?"
Giyuu tersentak kaget. Namun tak menjawab apa pun. Dan ekspresi itu lah yang membuat Sabito kembali menghela napas berat.
Sabito memukul tembok. Membuat suara benturan yang cukup keras. Sabito diam sejenak, tangannya masih mengepal. "Lo gegabah banget." kata Sabito menekankan. "Bahkan gue gak tau lo ngelakuin hal segila ini, cuma karena cewek."
"Dia temen gue."
"YA TAPI GAK GINI CARANYA TOLOL!"
Giyuu menghela napas, "gak ada cara lain."
"Ada bego, ada..." sahut Sabito lirih. Sakit hatinya melihat sepupunya jadi sebodoh ini. Ada rasa sesak dan marah karena Giyuu tidak pernah berbagi cerita ini. "Gue tau dari Gyomei, katanya lo udah ngomong sama dia. Tapi kenapa endingnya kayak gini?"
"Banyak mimpi Shinobu yang belum diwujudin. Dia masih harus lari buat ngejar semua itu."
"Kalo lo mati, gak ada jaminan Shinobu masih mau wujudin mimpinya. Dia bakal ngerasa bersalah. Seharusnya lo berdiri di sebelahnya."
Iris Giyuu bergerak menghindar dari tatapan Sabito, jadi sedikit menunduk. Apa masih pantas? Berdiri di sebelah Shinobu setelah membohonginya soal Kanao?
"Cara sayang sama seseorang itu stay, bukan ninggalin."
Giyuu merapatkan bibir, tidak menyangkal lagi. Ada rasa pedih yang menusuk hatinya, tapi Giyuu memilih untuk melengos. "Gue capek mau tidur dulu." katanya sambil berjalan masuk.
Sabito mengepalkan tangannya marah. Namun ia tidak menahan Giyuu lagi. Tenggelam sendiri dalam amarahnya.
❀❀❀
Douma terkekeh rinagn mendengar suara langkah mendekat. Cowok itu memainkan kuku jarinya dan memainkan lidah dalam mulut. Sebelum akhirnya Douma mendengus pendek dan bangkit, ikut berjalan mendekat.
"Kangen sama gue, Shin?" kata Douma tersenyum.
Shinobu menatap Douma tajam. Walau penerangan jalan tidak terlalu mencukupi, tapi Douma tahu jelas Shinobu sekarang sudah sangat muak. Tapi Douma masih memandangnya dengan senyuman yang berubah menjadi seringai penuh arti.
"Lo ngomong apa ke Giyuu?"
"Hm?" Douma mengangkat dua alis, cukup kaget. Cowok itu terdiam beberapa saat lalu tertawa pelan. "Nggak pake prolog, ya. Tapi sorry, gue gak paham, Shin."
"Jangan bikin gue naik darah. Gue masih sabar."
Douma diam. Tersenyum.
Cowok itu berjalan selangkah, sedikit menunduk, lalu mendekatkan wajag tepat hanya beberapa senti dari hidung Shinobu.
"Lo kan gegabah. Kenapa lo bisa nemuin gue?"
Shinobu mengepalkan tangan erat. Ekspresinya semakin keras. Dan hal itu membuat Douma kembali terkekeh. Ada rasa senang tersendiri bagi Douma saat melihat Shinobu semakin marah. Suatu ekspresi yang tidak pernah ditunjukan Shinobu di depan publik.
"Padahal niatan gue baik," kata Douma menjauhkan diri lalu kembali tersenyum. "Giyuu yang mutusin buat ngambil resiko itu. Lo tau konsekuensinya. Jadi gue harap lo jauhin dia."
"Ha?" ekspresi Shinobu sedikit melunak. "Resiko itu?"
Douma memandangi Shinobu cukup lama. Namun hanya diam, tidak menjawab.
ps: jgn tanya kenapa jarang update, authornya hiatus. udah diumumin di wall.
KAMU SEDANG MEMBACA
Re-Hi | Giyushino✔️
Fanfiction[SERIES KE-4 OLIMPIADERS • SEQUEL HI, SHINOBU!] Shinobu tak pernah mengira perkara olimpiade akan membawa Giyuu Tomioka, nama yang sudah berusaha keras ia kesampingkan selama tahun terakhirnya di SMA itu, kembali ke hidupnya. Kali ini semesta kemb...