❀ BAB 024 ❀

862 107 52
                                    

"Giyuu nggak ikut?"

Riko mengangguk canggung. Merasa agak tidak enak melihat ekspresi Rengoku. Ia mengusap tengkuknya, lalu menghela napas. "Coba deh lo yang bujuk dia buat ikut. Lo tetangganya, kan? Gue udah bujuk dia, tapi dia tetep nggak mau ikut.

"Lo udah ngasih tau dia kalo promnya batal?" kata Rengoku bertanya dengan daftar surat izin kelas di tangannya. Hanya Giyuu yang belum checklist.

"Gue udah jelasin ke dia kalo penghargaan siswa bakal diumumin di Puncak. Tapi boro-boro tanda tangan ortu, suratnya aja ditinggal di laci." dengus Riko pendek.

"Tuh bocah..." Rengoku menghela napas, melirik ke kursi Giyuu yang kosong. "Beneran nggak mau ikut, apa?"

"Susulin ke perpus gih, biasanya dia nongki di situ." 

"Gue susulin. Lo tolong setorin ke kesiswaan dulu, ya." kata Rengoku memberikan berkas data keals pada Riko. Setelah dibalas anggukan, Rengoku pun langsung beranjak ke perpustakaan.

Dan benar saja. Giyuu sedang bermain catur dengan Pak Joko. Ada Gintoki di sebelahnya, duo penantang satpam sekolah yang sedang tidak shift itu.

"Dicari Papah," kata Gintoki sadar kehadiran Rengoku duluan. Cowok itu menyikut pelan bahu Giyuu. Membuat Giyuu pun mengikuti arah pandangan Gintoki.

"Apa?"

Rengoku menghela napas. "Surat ijin lo, terakhir besok ya."

"Udah dibilang gue nggak ikut."

Rengoku diam, bertatapan tegas dengan Giyuu. Tapi cowok itu akhirnya kembali merunduk bermain catur.

"Duduk, Nang. Ini ada tahu petis," tawar Pak Joko pada Rengoku. Yang hanya dibalas gelengan dan senyuman tipis.

Sementara itu, catur tetap dilanjutkan. Giyuu sibuk sendiri, seakan tidak peduli dengan temannya di samping. Membuat Rengoku malah merasa canggung.

Rengoku memang kenal dengan Gintoki dan Pak Joko. Pak Joko adalah satpam hits yang terkenal bapakable. Sedangkan Gintoki dan Rengoku sesama anggota MPK. Tapi kalau tentang masalah kelas begini, rasanya agak aneh.

"Kalo lu ke sini cuma bujuk gue, Riko udah bilang hal yang sama. Jadi percuma lo bujuk gue lagi." kata Giyuu menegaskan sambil memajukan bidak catur.

Rengoku mendengus pendek. "He, denger. Gue ngomong sama lo nggak sebagai sebagai ketua kelas atau PJ. Tapi sebagai tetangga lo, sebagai temen lo."

Giyuu menghela napas tegas. Cowok itu menoleh, Rengoku sadar Giyuu melempar tatapan sinis padanya. Giyuu bangkit dari kursi, "lanjutin, Gin." katanya menepuk pundak Gintoki. Gintoki hanya mengangguk antusias dan mengambil giliran.

Giyuu berjalan keluar dari perpustakaan. Rengoku yang merasa tidak enak pun mengikutinya berjalan keluar. Dan baru beberapa langkah, Giyuu berhenti. 

"Gue gak ada maksud buat buat lo tersinggung, tapi coba l—" Rengoku berhenti bicara saat melihat ada darah mengalir di hidung Giyuu. "Eh, elu—"

"Gue sakit."

Rengoku diam sejenak, merasa tidak enak.

"Gue lagi banyak kegiatan dinas sama bokap. Bentrok juga sama jadwal muncak. Puas lo?"

Rengoku dan Giyuu saling bertatapan selama beberapa saat. Sebelum akhirnya Rengoku beranjak. "Lo tunggu bentar, gue ke ruang admin dulu minta tissue." katanya menyebut ruangan terdekat dari mereka saat ini.

Giyuu terbatuk tak lama kemudian. Cowok itu menutup mulutnya, dan saat Giyuu membuka telapak tangannya, ia  menyadari adanya bercak darah di sana. Cowok itu terdiam beberapa saat, lalu menghela napas. 

Re-Hi | Giyushino✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang