Aku meringkuk dan mendekap gulingku lebih erat. Pindahan kemarin membuatku kelelahan dan tidur lebih awal, untungnya aku sempat memasak makan malam. Tapi...
...apa gulingku memang sekeras ini?
"Love, you hug me so tight."
Aku membuka mataku dan terkejut hingga mendorong Vernon menjauh. Aku bangkit dari posisiku sekarang dan melihat bagaimana keadaanku sekarang ini.
"We didn't do anything last night. Calm down, Love," ujar Vernon sambil memutar tubuhnya dan mengecek handphonenya dengan penampilan yang berantakan.
Semuanya masih terasa baru untukku, itu sebabnya aku membuat batasku sendiri. Vernon nggak memermasalahkannya, dia tampak biasa saja, dan berusaha memahami kondisiku. Walau kadang dia juga menggodaku.
"Aku cuma ada satu sidang hari ini. You have any plans?" tanyanya sambil menggosok dagunya.
"Hmm ... no?" ujarku bingung. "Why? You have any plans to do with me?"
"Like I expect, you really my wife," ujarnya tersenyum lalu berbalik padaku dan mencium bibirku cepat. "Mau belanja peralatan lukis habis aku selesai sidang? Katanya kamu mau buat lukisan baru buat dijual."
Ah, ya, aku memang ingat pernah mengatakan pada Vernon jika aku ingin mulai melukis lagi. Belakangan ini, Vernon memang sering mengajakku ke beberapa gallery yang membeli karyaku dan memamerkannya di gallery mereka untuk memulihkan ingatanku, walau yang pulih justru ingatan bagaimana aku mulai mencintai kuas dan cipratan-cipratan cat diatas kanvas dan bagaimana aku bertemu dengan Vernon untuk pertama kalinya di sebuah gallery yang tentunya menjadi awal bagaimana aku berakhir hidup bersamanya.
"Okay," jawabku.
"By the way, Love," ujarnya mendekatkan wajahnya padaku.
"Apa?" tanyaku gugup. Lihat, dia terus menggodaku.
"Where's my morning kiss?"
Aku segera memukulnya dengan bantal dan dia hanya tertawa seakan itu lucu. Vernon bahkan nggak segan-segan menggodaku didepan anak-anak seakan itu hal biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddyable | Hansol Vernon Chwe [NEW VERSION]
Fanfiction"I'll do everything as long as I can with you, Love."