Menekuni dunia seni adalah hal yang dilakukan Rosenna sejak dirinya berusia 7 tahun. Hanya berbekal pada kesukaannya untuk selalu ikut sang Ibu bekerja sebagai seorang kurator sebuah gallery, membuatnya menemukan makna dari berbagai lukisan yang terpajang di setiap dinding gallery yang polos itu.
Rosenna kecil menemukan arti dari sebuah cinta pada sapuan puluhan cat lukis pada sebuah canvas putih kosong yang bersih. Hingga pekerjaan sebagai pelukis diambilnya untuk memenuhi hasratnya akan seni.
Eksplorasi dengan berbagai metode, berbagai komposisi warna, dan berbagai inspirasi telah dilakukannya sepanjang hidupnya. Tak pernah ada kata lelah saat dirinya harus duduk berjam-jam hanya untuk melukis, seolah-olah tiap sapuan cat diatas canvas itu adalah sumber energinya untuk tetap melukis.
Bagi, Rosenna, seni adalah tentang jatuh cinta.
Jatuh cinta untuk pertama kalinya, kemudian lagi dan lagi.
Inspirasi yang silih berganti, kerap kali jadi ajang untuk hati jatuh cinta dan patah hati, karena kadang tak semua cinta sesuai ekspetasi.
Rosenna sering patah hati pada karyanya yang tak bisa memberi makan ego estetikanya, berakhir kecewa dan akhirnya mengurung diri di apartemen untuk mencari dibagian mana salahnya.
Rosenna selalu menghabiskan waktunya untuk melukis ketika dia mendapatkan inspirasi. Biasanya, Rosenna menghabiskan banyak waktu di apartemennya, tapi hal itu juga akan membuatnya jenuh lebih cepat. Jadi, hari ini, Rosenna memutuskan untuk pergi ke toko bunga kenalannya, yang selalu jadi tempatnya melukis selain apartemennya.
"Kamu ini apa nggak punya tempat lain selain disini untuk melukis hah?" omel Yuna, kurator kenalan Rosenna yang sudah biasa direpotkan dengan Rosenna yang tiba-tiba datang dengan kanvas besar dan banyak alat lukisnya. "Kamu harus bantu aku pokoknya kalo mau melukis gratis disini."
"Ah, eonnie ini selalu saja pamrih padaku," gerutu Rosenna. "Hari ini aku cuma bawa kanvas kecil tau dan nggak makan banyak tempat."
"Rosenna Kim, kamu mau aku usir yah?"
"Iya, iya, aku bantu kalo ini udah selesai."
"Memangnta kamu lukis apa lagi sih? Udah mau buat lukisan baru buat dijual lagi?"
"Nggak, lukisan ini terinspirasi dari seseorang."
"Siapa?"
"Orang matanya seperti bintang dan bulan!" jawab Rosenna bersemangat saat mengingat sosok pria yang ditemuinya di lift beberapa waktu lalu.
Yuna hanya memandang Rosenna bingung, bertanya-tanya darimana mata seseorang bisa seperti bintang dan bulan? Atau bagaimana sebenarnya cara Rosenna melihat seseorang yang jadi inspirasinya itu.
"Jaga toko sebentar yah, aku mau beli makan siang dulu."
"Oke," ujar Rosenna sambil tetap fokus melukis. "Aku mau dumpling!"
"Iya, iya."
Rosenna menjaga toko bunga milik Yuna sambil asyik dengan lukisannya, mengabaikan waktu dan keadaan di sekitarnya seolah-olah dunianya hanyalah canvas kecil yang ada di pangkuannya, tanpa menyadari bahwa bel toko telah berbunyi.
Ada seseorang yang datang,
masuk ke dalam toko penuh bunga itu dengan langkah kaki tegas yang tampak kebingungan dengan tempat penuh semerbak bunga itu.Di dalam toko bunga yang tak terlalu besar itu, seorang wanita masih sibuk dengan sapuan cat pada canvas dipangkuannya serta seorang pria yang mengikis jarak mereka hingga sosok tegap itu sudah berdiri di belakang sang wanita yang memunggunginya.
"Permisi."
"Wah!"
Rosenna terkejut hingga kursinya terdorong ke belakang karena dirinya menyandarkan penuh punggungnya pada punggung kursi tersebut. Beruntung sebuah tangan kekar menahan kursi tersebut dan membuatnya tidak jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddyable | Hansol Vernon Chwe [NEW VERSION]
Fanfiction"I'll do everything as long as I can with you, Love."