1.1

2.2K 442 47
                                    

"Acen, it's hurt?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Acen, it's hurt?"

"Hmhm."

"Really hurt?"

"Hmm."

"Don't cry."

"I'm not."

"Moses, udah selesai kompresin Arsennya?" tanyaku sambil menata makanan di meja makan.

Moses dan Arsen berlari menghampiriku, dengan catatan Arsen memegangi kantung kompresnya untuk luka dipelipisnya itu. Walau sudah nggak berdarah, luka dipelipis Arsen menimbulkan memar dan bengkak sehingga harus dikompres, aku berpikir untuk mengambil izin ke sekolah Arsen, tapi dia malah nggak mau karena harus latihan pentas seni.

Aku mengangkat Moses dan mendudukkannya dikursinya, sementara Arsen sudah bisa menaiki kursinya sendiri. Kemudian bel rumah kami berbunyi, aku pun berjalan kearah pintu untuk membukanya.

"Oh?"

"Hai," sapa Johnny sambil mengangkat kantung plastik ditangannya. "Aku mampir karena mau kasih es krim soalnya di dekat rumah sakit ada toko es krim yang baru buka. Anak-anak suka es krim kan?"

"Masuklah," ujarku sambil tersenyum.

Johnny masuk bersama denganku, kemudian anak-anak menyapanya dengan ramah sambil bersorak senang ketika tahu bahwa Johnny membawa es krim.

"Duduklah," ujarku sambil menyimpan es krim ke dalam kulkas. "Makan malamlah dulu disini."

"Kenapa kamu baik banget sama anak-anakku?" keluh Vernon.

"Kenapa kamu kesal sekali denganku hm?" balas Johnny dan hanya dibalas dengusan oleh Vernon.

Aku kemudian menyajikan makanan untuk Johnny dan makan bersama Vernon serta anak-anak. Namun alih-alih Vernon, lawan bicara Johnny dimeja makan justru adalah anak-anak, dan Johnny meladeni semua ucapan anak-anak tanpa merasa terganggu.

"Eh?" aku kaget ketika Johnny meletakkan lebih banyak daging dimangkukku.

"Makanlah, aku nggak suka daging."

"Buatku aja, Paman!" pekik Arsen.

"Oce ugha! Oce ugha!" ujar Moses.

"Ahaha, oke, oke. Nih buat kalian," ujar Johnny memberikan sisa dagingnya yang tersisa ke mangkuk Arsen dan Moses.

"Sejak kapan kamu nggak suka daging hah?" tanya Vernon sambil memakan makanannya.

"Aku alergi daging sapi. Kamu nggak tahu, tapi Roa tahu."

Vernon berdecak. "Istriku nggak ingat."

"Iya, aku tahu. Nggak usah diperjelas."

Melihat bagaimana Johnny mengatakan hal itu, sepertinya kami memang dekat sebelum aku lupa ingatan. Padahal kupikir dia adalah salah satu teman Vernon, tapi sepertinya dia lebih condong menjadi temanku di masa lalu.

Daddyable | Hansol Vernon Chwe [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang