0.6

3.4K 600 69
                                    

Roa

Aku menunggu namaku dipanggil bersama Vernon yang duduk di sampingku. Aku nggak tau kalau Johnny cukup sibuk, terlihat dengan banyaknya pasien yang mengantri untuk diperiksa olehnya.

"Tegang?" tanya Vernon.

Aku menengok kearahnya. "Nggak, apa yang perlu ditegangin emangnya?"

Vernon terkekeh, "ya kirain tegang kan karena mau diperiksa. Sebentar," ujarnya ketika pembicaraan kami terinterupsi oleh suara handphonenya yang berdering.

Vernon menjauh dariku dan bicara dengan si penelpon, aku berpikir bahwa ini menyangkut pekerjaan Vernon karena tak lama setelah menerima telpon itu, Vernon bergegas kearahku dan mengatakan bahwa ada pekerjaan yang mendesak.

Aku tak melarangnya pergi dan mengatakan padanya bahwa aku akan baik-baik saja, hingga akhirnya Vernon segera bergegas pergi.

Tak lama setelahnya, namaku dipanggil dan aku bertemu kembali dengan Johnny yang sudah tersenyum ramah padaku.

"How are you?" tanya Johnny sambil memersilahkanku duduk dihadapannya.

"Good, how about you then?"

Johnny terkekeh. "As good as you. Ada keluhan? Vernon bilang hmm ... kamu ingat sesuatu?"

"Aku nggak yakin ... seseorang..." aku menggantungkan kalimatku dengan nggak nyaman ketika mengingat bagaimana seseorang dalam ingatanku yang menamparku itu. Ada satu kalimat yang mengangguku, kalimat yang aku sendiri sembunyikan dari Vernon.

"Seseorang?" tanya Johnny.

"Seseorang menamparku."

"Vernon menamparmu?" tanya Johnny yang segera menarik kesimpulan bahwa itu adalah Vernon.

"Bukan ... bukan Vernon..."

"Kamu nggak ingat? Misalnya ciri-cirinya? Atau suaranya?"

"...Nggak, tapi ada kalimatnya yang mengangguku."

"Menganggu?"

"...Jangan bermimpi ... untuk hidup damai."

Raut wajah Johnny seketika memucat namun dia segera memerbaiki raut wajahnya dan tersenyum padaku. "Lalu bagaimana kondisimu setelah itu? Ada keluhan seperti sakit kepala?"

Aku menggeleng. "Tak ada."

"Rangsangan ingatanmu agak ekstrim yah, kamu malah mengingat ingatan yang agak tajam dan bisa menjadi boomerang."

"Boomerang?"

"Karena kamu amnesia, ada kemungkinan bahwa kamu bisa saja menyusun ingatan yang salah berdasarkan waktu kejadian atau apa yang terjadi."

"Itu bahaya?"

"Tidak kok, tapi ada kemungkinan kamu menyusun ingatan yang salah. Kamu tau? Seperti menyusun puzzle, ada satu keping yang memiliki bentuk sama namun berbeda tempat. Tapi setelah semua kepingan yang benar tersusun rapi, kamu tinggal menukar kepingan yang salah itu."

"Aku nggak bisa asal menyusun ingatanku?"

"Dan nggak boleh asal menyimpulkan juga."

"Lalu aku harus mengkonfirmasi kemana setiap kepingan ingatan yang kumiliki? Apa aku harus menanyakan semuanya pada Vernon atau padamu? Sepertinya kita punya hubungan yang cukup dekat."

Johnny tersenyum tipis padaku kemudian mengusak rambutku lembut, aku tak ingin salah paham dengan pandangan mata Johnny, tapi pandangan mata itu ... pandangan mendamba yang jelas hanya ditujukan oleh orang yang dapat dikatakan tengah mencinta.

Daddyable | Hansol Vernon Chwe [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang