Vernon
"Ini mobilnya?" tanyaku sambil melihat-lihat mobil Roa yang sudah hancur dan penyok disetiap bagiannya.
Iya, mobil yang dipakai Roa ketika kecelakaan itu terjadi. Kecelakaan yang merenggut memorinya, bahkan nyaris merenggut nyawanya.
"Iya," ujar Kak Jun yang terus memerhatikan jam ditangannya.
Ngomong-ngomong, orang yang berpakaian serba hitam dan terus memerhatikan jam ditangannya ini namanya Moon Junhwi, dia anggota kepolisian rahasia negara, kasus-kasus besar dan bersifat rahasia selalu dikerjakan olehnya, dan dia adalah orang yang sering membantuku mencari bukti-bukti yang sulit kudapatkan dari penggeledahan resmi.
Sejujurnya ini ilegal, tapi setidaknya semakin banyak penjahat yang mendapat hukumannya maka semakin puas diriku akan pekerjaanku.
"Black box-nya mana?"
Kak Jun berdecak. "Aku udah susah payah angkut itu tanpa ketahuan, hargai kerja kerasku! Dasar! Nggak tau black box-nya kemana, dibawa setan mungkin."
"Aku butuh black box-nya, Hyung. Mungkin ada petunjuknya disana, mungkin..." ujarku sambil mencengkram stir mobil ketika membayangkan bagaimana cintaku hampir kehilangan nyawanya saat mengendarai mobil ini.
"Buat apa kamu butuh itu? Kamu udah tau siapa pelakunya. Iya kan?"
Aku menyandarkan tubuhku di kursi pengemudi. "Ngapain ngeliatin jam aja?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.
"Penyergapan. Timku sedang beroperasi."
"Terus hyung santai disini?"
"Mana ada santai? Aku begadang dan bahkan nggak pulang ke rumah selama tiga minggu penuh karena mencari mobil istrimu!" omelnya. "Lagipula timku bisa menangkap tikus ini, cuma tinggal dikasih keju di perangkapnya, dan hap! Selesai."
Aku hanya tersenyum tipis kemudian mengambil handphoneku yang memiliki latar lockscreen dengan Arsen dan Moses yang memeluk Roa diantara mereka.
I must protect them. Their smile, their happiness, their safety ... I'll protect all of it.
"Kamu tau siapa pelakunya kan, Hansol? Don't lie to me," ujar Kak Jun yang sialnya sangat sulit untuk dialihkan.
"Dont call me like that, only Roa can call me like that, Old man," ujarku masih nggak ingin menjawabnya.
Kak Jun tersenyum mencemooh dan beranjak dari tempatnya sekarang, kemudian duduk di kap mobil dengan santai. "Chwe, listen. This is just a advice from old man who lived the bitterness of life before you."
"Dont..." ujarku tak ingin mendengar semua saran ataupun nasihatnya. Bukan karena aku keras kepala, tapi semua yang dikatakannya selalu benar.
Bahkan tak pernah sedikitpun salah.
Kak Jun sudah mengalami banyak hal dalam hidupnya sebelum aku pernah mengalaminya. Semua ucapannya nggak pernah meleset.
"Kalo kamu serius untuk menjaga keluargamu, maka selesaikan semuanya. Jangan melarikan diri, you know is useless, karena dia akan selalu menghantuimu, melalui Roa. She is your weakness, Chwe."
"Hyung, ini nggak mudah kaya yang hyung bayangin," desahku sambil mengacak rambutku frustasi.
"Cara membunuh musuh dengan perlahan dan menyakitkan adalah dengan melukainya perlahan namun pasti. Roa adalah kelemahan terhebatmu yang nantinya akan membunuhmu bersama dengan hilangnya presensi akan dirinya."
"...."
"Chwe, ini masalah nyawa. Bukan cuma Roa, tapi ada dua nyawa lain yang harus kamu jaga. Your sons, they know nothing, as same as Roa, she is innocent."
"And I'm the one who got them into this problem?" ujarku menebak lanjutan ucapan Kak Jun. "I just wanna to happy, with my own way, can't I?"
"Happy with your own way? You can, but get them into this problem? I'm afraid it can't, Chwe."
Aku keluar dari mobil penyok ini, kemudian menyiraminya bensin dalam jumlah banyak, membuat Kak Jun menyatakan keberatan serta pertanyaan untuk memenuhi rasa keingintahuannya.
"Menghilangkan bukti," ujarku.
"Kerja kerasku tiga minggu cuma kamu bakar?!!!" protesnya. "Menghilangkan bukti apanya?!"
"Kalo dia tau mobil ini nggak ada di tumpukan rongsokan, dia pasti tau aku melakukan sesuatu."
"Melakukan apa memang? Kamu cuma memastikan kalo mobil ini memang udah diapa-apain sebelum dipakai Roa kan? Kamu cuma cari bukti?"
"Dan kalo dia tau aku nemuin bukti soal rem blong serta mobil Roa yang nggak ada di rongsokan, dia akan semakin menjadi-jadi."
Kak Jun hanya menggelengkan kepalanya pasrah ketika aku menyalahkan korek dan melemparkan ke arah mobil hingga menyebabkan mobil tersebut terbakar.
"Tolong jaga Roa jika aku nggak ada didekatnya. Dia ada di cafe dekat sekolahnya Arsen karena menungguku, nggak jauh darisini, temani dia sebentar."
"Bisa nggak sih permintaanmu itu yang masuk akal? Aku punya pekerjaan juga," protes Kak Jun.
"Aku akan melindunginya dengan caraku, jadi ... selama aku nggak ada didekatnya, tolong jaga dia."
"Kamu benar-benar ... aku pergi," ujar Kak Jun yang sudah jelas sedang menjalankan permintaanku.
Aku mendudukkan diriku dilantai gudang kotor yang cukup luas dan sudah nggak terpakai ini, kupandangi mobil yang sudah dilahap api itu.
Aku hanya ingin melindungi apa yang ingin kulindungi, melindungi apa yang kucintai. Apa begitu sulit untuk hidup bahagia bersama mereka dengan menyimpan kebohongan yang ingin kusimpan seorang diri?
"Roa ... I just want to live with you until I die..."
Semuanya terlalu menyesakkan untukku. Setiap hari aku selalu merasa tercekik, aku kesulitan bernafas, hingga akhirnya Roa datang dengan cahayanya yang mampu menerangiku disaat diriku dipeluk kegelapan. Hari-hari yang semula begitu menyesakkan, jadi hari-hari yang menyenangkan untukku, dan semua karena Roa.
Kemudian semua jadi tak mudah untukku, ketika aku sadar betapa berbedanya duniaku dan dirinya. Betapa berbahayanya aku untuknya hingga aku sadar ... aku harus melindungi Roa.
Aku menggunakan semua cara yang kubisa untuk melindunginya, menjauhkannya dari sisi lain duniaku yang seharusnya nggak dilihatnya, tapi semua seakan tak pernah cukup. Roa tetap saja dalam bahaya.
Dan setelahnya anak-anak akan dalam bahaya juga.
Lantas aku harus bagaimana untuk melindungi mereka semua ketika aku hanya seorang diri?
___
Nebak nggak nih kira-kira kalian?
atau tehnya kurang banyak kutumpahin?🌝
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddyable | Hansol Vernon Chwe [NEW VERSION]
Fanfic"I'll do everything as long as I can with you, Love."