0.2

4.7K 757 63
                                    

Vernon merapihkan barang-barangku dengan rapih, sementara aku dipaksa duduk dan memperhatikannya. Tidak boleh membantu.

"Kamu yakin nggak mau dibantuin?" tanyaku.

"No need, Love. Lagian cuma buku-buku aja kok."

Aku mengernyit. "Buku? Aku koma selama hampir sebulan dan keperluanku adalah buku?"

Vernon terkekeh. "You really love book. And I always read a book for you before going to sleep."

Hebat. Aku sekarang mendapatkan tambahan informasi mengenai diriku sendiri. Pertama, sudah bersuami. Kedua, sudah punya anak. Ketiga, suka mawar. Keempat, suka buku.

Setelah sadar, aku dirawat beberapa hari di rumah sakit sampai aku benar-benar pulih seperti belajar menggerakkan tangan dan kakiku agar bisa digunakan dengan optimal kembali setelah koma. Dan hari ini aku diperbolehkan untuk pulang.

"Vernon."

"Can you call me 'Hansol', Love?"

Aku diam.

"Sorry..."

"No, no, I'm sorry," ujarnya langsung memelukku yang tengah duduk, "I'm sorry because I increase volume of my voice. It's okay if you call me 'Vernon'."

Aku meremas lengan mantel Vernon. "I need a time. I don't remember about myself, about you, about the children. I'm afraid .... because I don't remember about anything."

"Sshhhh," katanya lembut dan membelai rambutku. "It's okay, Love. I'm sorry. Wanna go now?"

Aku mengangguk dalam pelukannya. Vernon lalu melepaskan pelukannya dan menggandeng tanganku, sementara tangannya yang satu lagi membawa tas berisi barang-barangku.

Vernon menolak untuk pamit pada Johnny ketika kutanyai apa tidak masalah untuk pergi seperti ini, alasannya karena dia bilang waktunya sudah mepet dengan jam menjemput Moses di tempat penitipan anak dan jam pulangnya Arsen.

Walau terburu-buru Vernon tetap menjalankan mobil dengan kecepatan yang normal dan mematuhi rambu lalu lintas.

Tak ada pembicaraan sama sekali, Vernon sibuk dengan jalanan, sementara aku sibuk memandangi jalanan. Beberapa kali Vernon menjawab panggilan yang masuk, sepertinya salah satunya dari Johnny karena Vernon menyebutkan jika diriku sudah keluar dari rumah sakit dan minta maaf karena nggak memberitahu si penelpon.

"Vernon, what's your occupation?"

"Prosecutor."

"How about me?"

"You're a painter. Arsen has good skill of drawing because of you, I don't know about Moses, but looks like he as same as Arsen."

"How about you?"

"What? My skill?"

"Yeah."

"Let's guess."

"Hmmm .... debate?"

"It's not skill, Love, it's job demands. But maybe Arsen has good skill of it. Dia selalu berdebat sama aku kalo menyangkut soal kamu."

"Aku?"

"Terlalu banyak informasi nggak bagus untuk kesehatanmu. Kita sudahi dulu oke?"

Aku mengulum bibirku, agak kecewa, tapi Vernon ada benarnya. Johnny bilang jika aku nggak boleh terlalu memikirkan banyak hal yang berkaitan dengan ingatanku yang hilang karena itu akan berbahaya untukku. Secara fisik aku baik-baik saja, tapi secara mental tidak.

Daddyable | Hansol Vernon Chwe [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang