Aku duduk di cafe langgananku seperti biasa, mencoret-coret buku sketsaku sambil memerhatikan sekitarku, mencari inspirasi yang sekiranya bisa coba kulukiskan pada kanvas baruku.
Beberapa hari ini aku nggak mendapatkan ide baru untuk karyaku, membuatku sedikit frustasi karena aku adalah tipe orang yang benci kekosongan. Aku selalu punya jadwal dalam keseharianku, membuat list to do untuk setiap harinya, dan saat jadwal yang kubuat berantakan, aku akan jadi sangat frustasi. Seperti sekarang, hari ini adalah jadwal untukku melukis, tapi aku nggak mendapatkan inspirasi sedikit pun.
"Hmmm .... apa yah?"
"Nona, ini ice americano-nya," ujar seorang pelayan sambil datang dengan pesananku.
Aku menyesap minumanku, tapi rasanya aneh. Americano nggak pernah sepahit ini sebelumnya dilidahku dan rasanya agak aneh, seperti ... ini bukan kopi.
Aku segera mendatangi kasir, hendak melayangkan protes. "Maaf--"
"Ini bukan black tea pesanan saya," ujar seorang pria yang tak kukenali.
"Maaf, ini juga bukan americano pesanan saya," ujarku juga, membuat pria disampingku menengok padaku. Seketika aku bisa mencium aroma kopi kuat dari gelas yang dipegangnya. "Tertukar yah?"
"Ah, maafkan kami, Nona dan Tuan. Kami akan segera mengganti pesanan kalian, mohon tunggu sebentar," pelayan cafe itu segera mengambil ahli gelas yang kami pegang dan membuat pesanan baru untuk kami.
"Tumben mereka lalai," ujar pria disampingku sambil menggaruk tengkuk lehernya.
"Wajar kan kalo mereka buat kesalahan juga," kekehku, "kayanya mereka masih SMA, mereka terlihat ceroboh."
"Iya yah, saya baru liat wajah mereka juga disini."
"Oh langganan?"
"Iya, anda juga?"
"Bisa dibilang begitu," ujarku kemudian melirik jam tanganku, "tapi memangnya ada pria dewasa yang minum black tea selain orang tua?"
Pria itu terkekeh. "Saya udah tua yah maksudnya?"
Tak lama pelayan itu datang membawa pesanan kami. Kali ini benar, tapi pria itu malahan sangat ceroboh sampai-sampai tangannya tergelincir saat gelas cup itu berpindah tangan dari si pelayan ke dirinya, menyebabkan isinya tumpah ke meja.
"Astaga, maaf! Saya beli baru aja, maaf," ujarnya tak enak hati karena membuat kekacauan.
Aku tertawa pelan. "Anda ceroboh sekali."
"Iya, iya, maaf saya ceroboh," katanya menghela nafas.
"Kenapa nggak pesan kopi aja?"
"Saya nggak suka kopi."
"Oh? Jarang sekali ada orang seperti anda-- Astaga, aku harus segera ke galeri," aku bahkan baru ingat bahwa aku ada janji dengan kurator galeri untuk membahas karyaku yang rusak akibat pengiriman. "Maaf, saya duluan yah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddyable | Hansol Vernon Chwe [NEW VERSION]
Fanfiction"I'll do everything as long as I can with you, Love."