05 "lagi-lagi pasti gagal"

297 55 15
                                    

[]

Pagi itu seperti biasanya, Sam akan berangkat bersama dengan Lanang yang kali ini tidak bangun kesiangan. Bisa dibilang, Abangnya ini cukup sering bangun kesiangan akibat kegiatan rapat di kampusnya yang bisa sampai tengah malam lalu cowok itu baru bisa tidur pukul 3 pagi akibat menyelesaikan tugas kuliahnya. Padahal Ibu sudah begitu sering membangunkan cowok itu, tetapi Lanang tetap saja baru bangun pukul 6 pagi dan cowok itu hanya sempat membasuh wajahnya lalu pergi ke kampus beserta mengantar Sam ke sekolah.

Karena kebiasaan baru dari Lanang itulah, membuat Sam sebal sendiri soalnya dia jadi lebih sering datang ke sekolah pukul setengah 7 tepat dibandingkan sebelumnya. Apalagi Lanang masih saja keras kepala untuk membiarkan cowok itu membawa motornya ke sekolah demi datang sebelum bel masuk berbunyi.

"Eh, Dek. Nanti pulang sekolah jalan dulu, yuk," ucap Lanang pagi itu di tengah perjalanan menuju sekolah.

Laki-laki itu melirik adiknya yang menatap cowok itu cukup terkejut. Mereka bisa dibilang sudah jarang sekali hang out berdua karena Lanang yang sibuk di kampus serta Sam yang memang sudah ogah buat jalan berdua dengan Abangnya itu. "Dih, kesambet lo?" balas Sam mengejek.

Lanang ingin sekali menghentikan motornya lalu memukul kepala adik kesayangannya itu, namun melihat jalanan ibukota yang ramai serta sekolah Sam juga sudah terlihat di kejauhan, cowok itu hanya bisa menahan keinginannya tersebut lantas menjawab. "Serius gue."

"Ya, ya. Dalam rangka apaan lo ngajak gue jalan berdua gini?" Sam menatap Lanang penuh selidik, sebelum akhirnya dia berujar. "Lo pasti mau buat gue biar gak berduaan sama Jihan sehabis sekolah, kan?" tebaknya asal. Karena memang sudah hampir satu bulan Sam berpacaran dengan Jihan, tetapi mereka tidak pernah benar-benar berduaan. Lanang selalu ada di sekitar mereka meskipun cowok itu bersama dengan Brian berada di sisi paling jauh dan mengintip dari balik dinding atau pun dari balik tanaman agar Sam tidak menyadari keberadaannya.

Lanang yang dituduh seperti itu pun tergelak. Cowok itu menghentikan motornya tepat di depan gerbang sekolah Sam, lalu menoleh saat adiknya itu melepas helm dan memberikannya pada sang kakak. "Nggak gitu, Sam. Lo nggak lupa kan soal hari ini?" dia bertanya kembali sembari menatap adiknya penuh sangsi.

Sam yang ditanya seperti itu pun tersenyum tipis, sekarang dia mulai tahu arah pembicaraan Abangnya. "Oooh, beli kue ulang tahun buat Ibu? Ayo, deh," dia nyengir lebar membuat Lanang gemas sendiri lalu mencubit pipi adiknya hingga memerah.

"Bang, malu bego! Diliatin temen sekolah gue, nih," dia menangkis tangan Abangnya sembari melirik ke arah teman-teman sekolah yang menatap dua orang itu seraya tertawa geli. Mungkin mereka menganggap kalau hubungan persaudaraan Lanang dan Sam itu adalah sesuatu yang sangat jarang ditemui, tetapi mereka tidak tahu bagaimana menyebalkannya Lanang kalau sudah mulai sikap protektifnya yang kebangetan. Bisa-bisa mereka mungkin mengundurkan diri jadi adik Lanang hari itu juga.

Lanang mendengus jengkel. "Yailah, Dek. Lo itu kan adek gue, jadi wajar lah gue gemes sama lo," ucap cowok itu sebelum turun untuk memasukkan helm milik Sam ke dalam jok motornya sebelum menoleh pada Sam yang masih menatapnya. "Dah, sana. Nanti gue jemput di sekolah, sekalian nunggu lo selesai ekskul," kata cowok itu.

Sam langsung melotot. "Nggak, nggak. Ekskul kan lama, Bang. Lo dateng pas jam 5 sore aja, sih. Diem gitu di kampus sambil nugas atau apa gitu. Gabut banget lo nunggu gue dua jam di sekolah," sentak cowok itu, berusaha agar Abangnya tidak menunggunya di sekolah karena sebenarnya hari ini ekskul band sedang diliburkan karena guru mereka masih menemani istrinya yang baru selesai lahiran tadi malam. Sehingga Sam berniat untuk menonton ekskul tari selagi melihat kekasihnya itu.

Bila Lanang datang dua jam sebelum selesai ekskul, rencana Sam hari ini akan gagal total!

Melihat adiknya yang sepertinya menyimpan sesuatu, Lanang pun tersenyum kecil sebelum mengangguk. "Yaudah, iya. Dah sana, nanti keburu bel."

BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang