12 "Liburan yang ditunggu (bagian 3)"

195 40 15
                                    

[]


Pukul 2 siang, matahari yang sudah tidak begitu terik dibandingkan pukul 12 siang tadi pun membuat Sam dan teman-temannya kembali bersemangat setelah mereka beristirahat di salah satu kursi sembari meminum air yang mereka bawa. Kali ini Sam kembali berpisah dari Lanang setelah mereka bermain enterprise ride lalu Abangnya itu ditarik Brian ke permainan lain, sedangkan Sam mengikuti para sahabatnya ke salah satu mainan air.

Cowok itu menenggak airnya sampai tandas, berdiri dari kursinya untuk membuang sampah, lalu kembali ke tempat semula dimana para sahabatnya sudah mulai bangkit dan berjalan ke permainan lain. Sam tersenyum pada Jihan yang menunggunya, lantas dua orang itu mengikuti Zidan dan Heri yang sudah berlari girang mendatangi Volcano Coaster.

"Berani gak nih?" ledek Jihan ketika mereka mulai naik ke kursi masing-masing, dan Jihan duduk di samping Sam sembari tangan mereka berpegangan pada besi di depan mereka.

Cowok itu mendelik. "Berani lah!" katanya dengan semangat.

Lalu kereta itu mulai meluncur di rel yang meliuk, mengikuti liukan kadang naik kemudian turun, lalu masuk ke dalam trowongan yang menyerupai sebuah gunung sebelum meluncur bebas. Permainan itu pun berakhir, dimana wajah Zidan dan Heri langsung pucat, sedangkah Sam, Felix, Jihan, dan Erina terlihat puas sekali. Salsa dan Lia tidak ikut naik karena mereka begitu takut naik permainan ekstrem, gadis itu menunggu di pintu keluar lantas menatap kaget wajah Zidan dan Heri yang jauh berbeda dari wajah mereka sebelum kereta itu meluncur di rel.

"Makanya, bro. Jadi orang nggak usah sok berani!" ejek Felix seraya tergelak karena sekarang Zidan langsung terduduk lemas di salah satu kursi yang kosong.

Erina menatap kekasihnya dengan heran sembari memberikan air miliknya yang masih ada.

"Mau ke mana lagi abis ini?" tanya Sam. Tangannya merogoh saku celana untuk mengeluarkan ponselnya yang bergetar, lantas nama Abang Jelek terlihat di layar ponselnya. Dengan enggan, Sam pun menggeser simbol hijau untuk mengangkat telepon tersebut. "Apa?!"

"Dimana lo?!"

Entah apa karena suara Lanang yang berisik atau cowok itu sebenarnya berdiri di dekat Sam dan lainnya. Cowok bersurai hitam itu pun menggerakan matanya untuk menatap sekitar, kemudian bersitatap dengan Lanang yang menyantel ranselnya di bahu kanan, dan satu tangannya memegang ponsel. Abangnya itu melambai. Di sampingnya ada Brian, Yugi dan Rina yang geleng-geleng heran kemudian keempat orang itu pun mendatangi mereka.

"Kalian belum makan, kan? Kita makan siang dulu, yuk. Terus main lagi dan jam 5 kita pulang," ucap Rina. Mengintrupsi mereka sebelum berjalan ke arah foodcourt dimana menjual banyak sekali makanan, baik itu nasi ayam hingga cemilan-cemilan.

***

Sehabis dari Jatim Park, Sam dan teman-temannya memilih istirahat di kamar mereka karena pukul 11 malam nanti mereka akan pergi menuju Bromo. Sedangkan Lanang, Brian, dan Yugi memilih untuk menetap di ruang tamu dengan cemilan berupa gorengan bakwan sampai molen yang dibelikan oleh Pakde Agus—Ayah Rina, alias Om-nya Yugi—dan ketiga cowok itu juga menyesap kopi yang mereka seduh sendiri di dapur.

Sejak dari Jatim Park, Lanang hanya diam memerhatikan pintu kamar dimana Sam mungkin sedang tidur bersama Zidan, Heri, dan Felix. Cowok itu sangat tahu bahwa saat di Jatim Park, Sam sempat mengalami kelelahan dan asma-nya kambuh lalu dibantu oleh teman-temannya. Laki-laki bersurai kecokelatan itu kesal sekali, apalagi dengan sifat keras kepala Sam yang memilih berpisah dengannya ketika di sana—ini semua karena Yugi serta Brian yang menarik Lanang untuk menjauhi anak-anak SMA itu agar dapat menikmati hari libur mereka.

BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang