28 "Cerita yang sebenarnya"

260 35 11
                                    

Sehabis sarapan bubur, anehnya Brian malah mengajak dua sahabatnya untuk olahraga. Konyol sekali karena mereka baru saja makan bubur, lalu Brian dengan seenak jidat mengajak keduanya pergi ke ruang gym. Di sana, mereka melakukan pemanasan dan Brian sudah asik dengan alat angkat beban sedangkan Lanang cuma duduk selonjoran saja sambil melihat Brian. Yugi sendiri sedang mencoba alat treadmil dengan kecepatan sedang. Terkadang, Lanang tidak mengerti dengan pikiran dua sahabatnya ini.

Empat tahun lalu ketika Lanang berada di hari terburuknya, mereka juga melakukan hal yang sama. Pertama-tama Lanang diberik makan enak, setelahnya cowok itu diajak bermain sepada keliling kompleks perumahan tanpa peduli beberapa menit lalu mereka habis makan soto ayam. Tidak tanggung-tanggung emang. Lanang nggak habis pikir dengan pikiran aneh dua sahabatnya itu yang nggak tahu memang niat menghibur atau niat menyiksa Lanang? Untung perutnya tidak apa-apa sehabis makan soto langsung diajak bermain sepeda. Tetapi untuk sekarang, Lanang tetap tidak mau nge gym karena khawatir asam lambungnya bisa naik tiba-tiba.

"He, kenapa lo malah selonjoran di sono? Olahraga woi, olahraga! Agar pikiran dan raga tetap sehat wal afiat!" seloroh Brian pada Lanang yang sejak tadi mencoba tidur dengan kaki diluruskan dan posisi duduknya yang bersandar pada kaca yang ada di dalam gym rumah Brian.

Cowok itu membuka satu matanya, wajahnya tampak jengkel. "Sehat pala lo! Sinting banget lagian. Mana ada abis makan olahraga! Yang ada olahraga dulu, baru makan."

Yugi pun menyahut seraya mematikan treadmil-nya. "Sori, Nang. Tapi kita mau ambil yang beda-nya. Makan dulu baru olahraga."

"Teru kalo abis olahraga laper?"

Brian terkekeh. "Ya, tinggal makan lagi. Gitu aja repot."

"Goblok."

Brian dan Yugi tertawa geli melihat raut wajah jengkel Lanang. Mereka kembali pada kegiatan mereka, sedangkan Lanang kembali menutup mata untuk memulai tidurnya lagi karena dia mulai merasa mengantuk kembali. Baru saja cowok itu pulas, dering ponselnya memecah mimpi Lanang yang hampir terbentuk. Kedua bola matanya membuka sempurna. Layar ponselnya menampilkan nama Ibu, jadi Lanang mengurungkan niatnya untuk berkata kasar.

Yakali dia ngomel-ngomel ke Ibunya sendiri! Bisa-bisa dia dimasukin ke neraka yang paling bawah.

"Waalaikumsalam, Bu. Ada apa?" cowok itu melirik dua temannya selagi mendengarkan penjelasan Ibu di seberang sana, kemudian dia mengangguk meskipun jelas Ibunya tidak dapat melihat anggukan cowok itu. "Oke, aku pulang 10 menit lagi. Oma baru sampe banget?"

"Oh, iya, iya. Aku pulang, Bu. Iyaaa, nggak bakal pergi lagi."

Kemudian sambungan telepon pun terputus, menyisakan tatapan khawatir dua sahabatnya dan juga wajah cemas Lanang. Meskipun Ibu tadi bilang bahwa Samudera sudah terlihat menerima, tetapi rasa cemas Lanang seakan tidak mau surut. Malam tadi, Lanang telah menghancurkan hubungan yang mereka bangun selama 16 tahun. Lalu sekarang, cowok itu akan kembali ke rumah dan menceritakan semuanya. Apakah hubungan mereka akan membaik, atau malah tidak sama sekali. Lanang tidak mau memikirkannya terus.

Apa dia kurang ya main Kart Ridernya semalam?

***

Setelah mengantarkan ketiga sahabatnya pulang, Sam dikagetkan dengan kehadiran Oma yang datang bersama asisten Oma, Kak Ali. Wanita itu langsung memeluk Sam dengan erat sembari melepas tangisnya, entah apa itu tangis rindu atau tangis rasa bersalah. Samudera mulai sulit menyimpulkan sesuatu, atau mungkin ini karena otaknya agak penuh akibat masalah yang berdatangan secara beruntun. Membuat jiwanya terguncang, dan pada akhirnya Samudera hanya menjadi sosok lemah dan cengeng. Sosok itu mungkin sudah kembali terlelap di dalam dirinya, tetapi Sam tidak dapat untuk menghilangkan sosok itu secara permanen.

BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang