20 "Kegiatan kampus Bang Lanang"

153 28 10
                                    

15 April 20xx

Siang ini langit begitu mendung, padahal Sam ingat sekali bahwa pagi harinya langit begitu cerah sehingga dia harus melaksanakan upacara padahal dia malas sekali. Sam tidak mengerti mengapa hari Senin pada pagi hari harus melaksanakan upacara, dimana ceramah kepala sekolah kadang isinya hanya itu-itu saja dan juga membosankan. Apalagi petugas upacara di sekolahnya selalu digilir tiap kelas, dan pagi tadi kelas Sam kebetulan mendapatkan giliran sebagai petugas upacara. Minggu lalu, Sam hampir ditunjuk sebagai pemimpin upacara namun akhirnya diganti oleh Yoga yang badannya lebih besar dan suaranya lebih lantang. Iyalah, Yoga merupakan anggota ekskul pramuka, sedangkan Sam lebih senang bernyanyi di ekskul paduan suara.

Cowok berumur 12 tahun itu mengetuk-ketuk ujung sepatunya di aspal sembari menunggu Ayahnya datang menjemput. Hari ini keluarga Sam berniat untuk mengambil foto dalam merayakan kelulusan Abangnya yang tinggal menghitung satu bulan lagi—lebih tepatnya 1 bulan lagi Lanang akan melaksanakan Ujian Nasional. Sam sih nggak ngerti mengapa fotonya harus sekarang, tetapi dia bukan tipe orang yang kepo. Mungkin saja Ayah tidak sabaran untuk melakukan foto keluarga baru dimana Sam sudah mengenakan seragam putih biru dan Abangnya yang terakhir kali mengenakan seragam putih abu-abu.

"Samudera!"

Suara keras Ayah membuat Sam yang masih asik mengetuk-ketuk ujung sepatunya ke aspal pun menoleh. Laki-laki itu berlari kecil menuju mobil sedan berwarna silver yang terparkir tidak jauh dari tempat Sam menunggu. Dengan cepat, Sam masuk ke dalam mobil dan bertukar pandangan dengan Lanang yang duduk dengan melipat kedua tangannya dan bola mata bulannya yang tajam.

"Apa?"

Lanang ingin mengajak Sam bertengkar siang ini, tetapi Sam lebih dulu menghindar soalnya dia malas mendengarkan ocehan Abangnya dan memilih untuk menatap Ibu yang tengah merapihkan rambutnya. "Bu, Sam laper. Nanti makan dulu, kan?"

"Foto dulu, lah!" Lanang lebih dulu menjawab, sedangkan Ibu menatap dua anaknya dengan pandangan terbiasa dan Ayah cuma tertawa.

"Makan dulu aja, Nang. Kasihan Adik mu nanti kelaperan pas foto," sahut Ibu, disusul anggukan Ayah dan Sam yang kini menjulurkan lidah untuk meledek Abangnya.

Satu kosong. Begitulah kira-kira arti dari ledekan Sam pada Abangnya yang kini merengut jengkel. Mobil mereka pun berhenti di restoran makan yang letaknya tidak jauh dari tempat mereka akan melakukan foto keluarga. Sam dengan cepat turun dari mobil dan berlari memasuki restoran, diikuti oleh Ibu yang terlihat tertawa melihat anak bungsunya tidak sabaran untuk makan siang. Di belakang mereka, Lanang dan Ayah jalan beriringan sembari membicarakan tentang ujian Lanang yang tinggal 1 bulan dari sekarang.

"Bu, aku makan sama ayam cabe ijo, ya!"

"Iya, iya. Kamu mau apa, Nang?" kini Ibu melirik Lanang yang berdiri di sampingnya, ikut mengantre untuk mengambil makanan. Restoran tempat mereka makan siang kali ini memang sistemnya ambil sendiri seperti prasmanan pernikahan dengan banyak-nya lauk dari ayam, telur, hingga tahu tempe. Tempat ini termasuk restoran makan langganan keluarga mereka, sehingga tidak heran Sam terlihat santai sekali memasuki restoran dengan berlari sampai-sampai menyapa pelayan di dalam restoran yang cukup mengenalnya sebagai bocah laki-laki riang.

Berbeda dengan Sam, Lanang lebih memperlihatkan sosok laki-laki galak meskipun kalau sudah berurusan dengan Adiknya, dia akan berubah menjadi sosok cowok nyebelin dan iseng.

"Aku udah gede, Bu," balas Lanang sembari menyendok nasi setelah Ibunya menyendoknnya nasi untuk Samudera yang masih saja manja. Padahal umurnya sudah 12 tahun!

Ibu tersenyum kecil. "Kamu tetap anak kecil buat Ibu, Nang—Sam, makan sayurnya!" sekarang Ibu kerepotan demi menyendokan sayur sop ke piring anak bungsunya yang main pergi setelah mengambil ayam cabai hijau serta kerupuk dan tempe goreng. Sejak dulu, Sam memang paling anti sayur. Sehingga Ibu kerepotan mengurus Sam agar anaknya mau makan sayur, berbeda dengan Abangnya yang apa saja cowok itu makan.

BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang