"KAMU BISA BERHENTI NGIKUTIN AKU GAK SIH?!" Bentak seorang gadis berambut sebahu, panggil saja dia helen.
"Lo jadi salah tingkah ya?" Bukannya pergi, pemuda yang sedari tadi mengikuti helen malah mengucapkan kalimat yang membuat gadis itu semakin murka.
"SALAH TINGKAH GUNDULMU, AKU RISIH TAU GAK? R I S I H" Lagi-lagi helen berteriak tanpa mempedulikan orang-orang yang menatapnya aneh.
Pemuda tadi terkekeh "Lo lucu kalau lagi salah tingkah gini"
Wajah gadis itu memerah, bukan karena tersipu melainkan karena marah. Sudah berkali-kali dia jelaskan, kenapa orang ini masih belum paham?
Tapi kalau meladeni makhluk gak jelas seperti dia hanya akan membuang waktu dan tenaga, jadi helen menarik napas panjang dan berjalan cepat berusaha menghindari pemuda itu.
Usahanya jelas sia-sia, sang pemuda memiliki kaki yang panjang jadi dia bisa menyusul dengan mudahnya.
"Kenapa ngelak terus sih?"
"Oi, helen"
"Lo dengerin gua gak sih?"
"Udah ngaku aja, nanti gua terima kok"
Langkah helen terhenti seketika dan langsung menatap pemuda tadi dengan ekspresi kagetnya, namun tidak bertahan lama karena dia kembali melanjutkan jalannya.
"Tuh kan, lo itu suka sama gua!"
"Gak"
"Ck, bosan gua dengarnya. Buktinya tadi lo langsung diam pas gua bilang bakal nerima"
Helen merotasikan bola matanya "Reflek"
"Cih ngeles, masih ada bukti lain ya. Yang chat itu"
"..." Langkahnya kembali terhenti, gadis itu menggertakan giginya dan mengepalkan tangannya kesal.
"Diam kan lo? berarti benar lo suka sama gua!"
Buk buk buk
Oke, sudah berapa kali helen mengamuk hari ini? tapi kali ini lebih 'menyeramkan' karena dia memukuli pemuda kelewat percaya diri itu dengan buku tebal yang dia bawa.
"Jangan malu-maluin lagi deh, na" Ucap cherry selaku sahabat helen.
"Malu-maluin gimana?"
"Ya jangan teriak-teriak gak jelas di koridor lah, lo kayak orang gila sumpah"
Helen mendelik "Oh jadi lo malu temenan sama gue?"
"Gak gitu naa, emang lo gak malu dilihatin orang-orang? karena kelakuan lo itu banyak juga omongan sampah yang bilang kalau lo gak waras"
"Ya mau gimana lagi? gue gak suka dilihatin dan di omongin begitu tapi gue lebih gak suka sama beomgyu" Mengucapkan nama pemuda aneh itu saja helen atau yang kerap dipanggil nana oleh orang terdekatnya itu sudah kesal, bayangkan kalau harus berhadapan dengan orang itu secara langsung? gak heran dia meledak terus.
"Gak usah teriak juga, cukup hindari aja papasan sama dia." Nasihat cherry sambil meneguk susu strawberry nya.
Helen tersenyum miris membayangkan usahanya selama ini "Kurang menghindar apa coba? gue bahkan pernah ngumpet di wc perempuan demi menghindar. Eh taunya dia nungguin di depan, kayak psycho"
Cherry melotot "Eh seriusan? gila sih tuh cowok. Apa dia emang psycho?"
"Mulutmu njing, ntar di aamiin-in malaikat" Ujar helen sembari memukul mulut sahabatnya itu.
Gadis itu hanya nyengir kuda "Hehe, ya maap namanya kelepasan"
Helen melirik ke arah kursi di sampingnya yang baru saja di tarik oleh beomgyu, kemudian dia kembali fokus kedepan pada guru yang baru saja memasuki kelas.
"Ketua kelas, bisa tolong hapus papan tulis?"
Mendengar itu helen selaku ketua kelas di 11 IPA 2 langsung saja beranjak menuju depan kelas. Tanpa sengaja matanya menangkap pergerakan tangan beomgyu yang seakan memberinya semangat. Cih, aneh.
"Baiklah terimakasih helena, sekarang kalian semua buka buku halaman 127 kita akan melanjutkan materi minggu kemarin"
Saat sedang fokus mencatat materi yang dijelaskan oleh guru, tiba-tiba saja beomgyu menyodorkan secarik kertas kecil. Helen meliriknya sekilas, nampak pemuda itu sedang tersenyum lebar sembari menaik-turunkan alisnya.
Karena penasaran gadis itu mengambil kertas tersebut dan membacanya pelan.
"Ngaku aja, jangan ngeles terus. Gua jadi gemas sendiri yang ada"
Helen menatap beomgyu penuh amarah dan merobek-robek kertas itu tepat dihadapan wajah sang pengirim.
"SUDAH BERAPA KALI AKU BILANG? AKU.GAK.SUKA.KAMU." Ucapnya penuh penekanan sembari menunjuk-nunjuk wajah pemuda menyebalkan itu.
Dia termakan emosi sampai lupa bahwa kegiatan belajar mengajar masih berlangsung dan guru yang masih setia berdiri di depan.
Hm, mampus.