"Soobin anakku?" Wanita paruh baya itu langsung memeluk langit erat, bahkan dia meneteskan air mata.
Langit yang diperlukan seperti itu mendadak langsung blank, dia terlalu kaget dan bingung untuk sekedar melepaskan pelukan itu.
"M-maaf sebelumnya, tapi dia kakak saya" Sela helen masih dengan ekspresi kaget nya
Beomgyu? dia hanya diam dengan mata yang membola. Terlalu kaget sampai tidak bisa berkata apa-apa.
"Kakak mu? saya yakin dia adalah anak sulung saya, soobin!" Bantah wanita paruh baya itu sambil menatap helen sengit
"Maaf ya bu, tapi ibu salah orang. Dia langit, kakak saya" Balas helen tak terima
"Insting seorang ibu tidak pernah salah!"
"Tentu saja bisa salah, siapa yang bilang begitu? langit adalah kakak saya dan langit tinggal bersama keluarga saya! ibu—"
"Len...gue pusing" Lirih langit sembari memegangi kepalanya
"Kak?! ayo kita pulang" Ucapnya sembari mengandeng tangan kakaknya itu, tak lupa dia pamit kepada beomgyu dan sedikit membungkuk ketika melewati orang tua pemuda itu.
Walau bagaimanapun dia tetap harus sopan kepada yang lebih tua, yah tapi helen tidak bisa berbohong bahwa dia benar-benar tidak menyukai orang tua beomgyu terlebih ibunya.
"Beom—ASTAGA" Helen membeku di tempat, niatnya ke sini karena ingin mencari beomgyu untuk membahas pekerjaan kelompok mereka beberapa hari lalu namun yang ia dapati adalah beomgyu yang tengah asik menyayat seekor tikus...
Beomgyu menoleh dengan wajah tanpa ekspresi nya, tentu saja helen menjadi semakin ketakutan. Dia bisa saja dibunuh karena telah mengetahui hal yang seharusnya tidak dia ketahui, tapi tidak mungkin kan beomgyu membunuh nya di sekolah?
Eh mungkin saja, dia akan membekap mulut helen agar tidak bisa berteriak lalu membunuhnya dengan cepat, dan dia akan menyembunyikan mayat helen di suatu tempat lalu—ah sudahlah.
"M-maaf...a-aku tidak akan memberitahu siapapun tentang ini, b-biarkan aku pergi..." Ucapnya terbata, tubuhnya juga gemetar hebat
"Santai aja, ada apa?" Tanya beomgyu enteng lalu menyimpan cutter yang dia pakai untuk menyiksa tikus kecil yang malang itu
"Eum...tadinya aku ingin diskusi tentang pekerjaan kemarin denganmu tapi kelihatannya kamu sibuk jadi lain kali saja, bye" Belum sempat helen melangkah menjauh, tangan nya sudah ditarik oleh beomgyu
"Gue lupa, ada yang mau gue bicarakan. Duduk sana"
Setelah helen duduk di sampingnya, beomgyu terlihat menghela nafas sebentar "Gue benci abang lo"
Helen menoleh dengan wajah yang tidak bisa dibilang santai sama sekali, matanya menyiratkan kata 'Kamu mau bunuh abangku?!'
Pemuda tinggi itu terkekeh "Gue ga akan bunuh manusia kok, apalagi bang langit...dia baik"
Helen tersenyum lega mendengar penuturan itu, pertama nyawanya tidak akan terancam dan kedua, abangnya tidak akan mengalami sesuatu yang buruk hanya karena dipeluk ibu beomgyu.
"...Tapi dia ngeselin"
"Setuju sih"
"Setelah kalian pulang hari itu, mereka terus menghujaniku dengan banyak pertanyaan mengenai kehidupan ku di sekolah. Walau hampir semuanya mengarah ke bang langit sih..."
Helen menatap beomgyu iba "Maaf, seharusnya waktu itu aku larang aja bang langit ikut" Ucapnya penuh sesal
Namun beomgyu malah tersenyum tipis dan menggeleng "Lo maupun bang langit gak salah, kalau gue punya adek cewek dan dalam keadaan begitu juga pasti gue bakal ikut. Abang lo gak mau lo kenapa-napa len, itu sebuah kebaikan. Bukan kesalahan sama sekali"
"Yang seharusnya disalahkan itu mereka, karena mereka lalai dalam menjaga bang soobin dulu. Bahkan hilangnya bang soobin bukan nya bikin mereka sadar untuk lebih memperhatikan anak, mereka masih sama. Hanya saja bang soobin bisa hilang karena dulu mereka terlalu mementingkan pekerjaan, dan sekarang mereka lalai lagi dalam mengurus ku karena terlalu sibuk mencari bang soobin. Miris banget"
"Terkadang gue benci sama bang soobin, kalau aja dia gak hilang pasti gue ga akan begini. Tapi setelah dipikir-pikir kayaknya tetap sama, kami tetap akan diabaikan karena mereka lebih memperhatikan pekerjaan"
"Kenapa dunia begitu ga adil? gue merasa hanya gue yang begini, disaat orang-orang bisa tertawa tanpa beban hanya gue yang tertawa dengan luka. Tersenyum jauh lebih menyakitkan dibandingkan saat gue nangis len, tapi gue dituntut untuk terus ceria. Kalau gue terlihat down mereka malah semakin marah, gue merasa semua nya juga harus merasakan rasa sakit ini"
Helen menatap mata beomgyu dalam "Beomgyu semua orang punya masalah sendiri dan itu berbeda-beda. Tuhan memberi kita ujian karena ingin melihat bagaimana usaha kita untuk menyelesaikan nya, kalau kamu begini Tuhan gak akan senang. Lagipula aku yakin, Tuhan memberi ujian sesuai dengan kemampuan masing-masing umatnya. Tuhan tau kamu bisa gyu, jadi ayo berusaha untuk bangkit."
"Kalau pun sekarang kamu butuh uluran tangan untuk membantu mu berdiri, dengan senang hati aku akan mengulurkan tanganku dan membantumu sebisaku. Menyiksa hewan seperti ini gak baik beom, tapi bukan berarti aku menyuruhmu melampiaskan emosimu pada dirimu sendiri"
"Kamu bisa cerita ke aku atau siapapun yang kamu percaya, kalau kamu cerita padaku maka aku berjanji akan menjaga cerita itu. Cerita tentang masalah yang kamu alami itu membuat lega loh, jadi kamu tidak perlu melampiaskan emosi negatif itu dengan menyiksa hewan seperti ini"
"Teriak juga boleh, kamu bisa berteriak agar merasa lega. Kalau kamu mau aku bersedia kok jadi tempat pelampiasan mu dalam hal itu"
Lagi-lagi beomgyu tersenyum tipis "Cewek gak suka dibentak"
"Hahaha tapi aku bakal mengerti kok"
"Gue tetap ga akan bentak lo, tapi saran lo tentang curhat itu boleh juga. Kalau gitu lo jadi tempat curhat gue ya, dan begitu juga sebaliknya."
"Oke, mau peluk?" Tawar helen sembari merentangkan tangan nya
"Katanya peluk bisa menyalurkan emosi positif dan membuang emosi negatif..." Jelasnya singkat ketika melihat ekspresi kebingungan beomgyu
"Thanks...makasih banget, nana" Lirih pemuda itu sambil memeluk helen erat.
• • •
Ada kah yang sama kayak beomgyu?
/send virtual hug
semangat kalian! jangan lupa gunakan tips dari helen ya...Masih ingat kan, nana itu panggilan untuk helen dari orang terdekatnya? helen masih belum anggap beomgyu dekat banget sih, tapi bagi beomgyu beda lagi.