Makan malam

153 86 17
                                    

"Lagi mikirin apa? sampe murung gitu" Helen langsung mendongak untuk melihat orang yang sedang berbicara di hadapannya.

Dan lagi-lagi orang itu adalah beomgyu. Tidak kok, bukannya helen tidak suka atau semacamnya malahan helen sangat bersyukur memiliki sahabat yang sangat peka dan perhatian.

Hanya saja, seperti ada sesuatu yang mengganjal. Sesuatu yang bahkan helen sendiri tidak tahu apa penyebabnya. Setiap dia melihat beomgyu maka dia akan merasa tenang dan gelisah disaat yang bersamaan, sangat aneh dan tidak masuk akal.

"Lo guna-gunain gue ya?" Tuduh helen asal lalu menguap sepersekian detik kemudian.

"Dih, gak ada kerjaan banget. Kenapa lo mikir gitu?"

Gadis itu menghendikkan bahunya "Gak tau, gue cuma ngasal doang"

Pemuda itu menatap helen gemas lalu mencubit hidung gadis dihadapannya "Jangan sembarangan kalo ngomong. Kalo bicara gitu ke gue sih gapapa, tapi jangan gitu ke orang lain ya? siapa tau nanti mereka tersinggung"

Helen menatap iris beomgyu seraya tersenyum tipis "Lo banyak berubah, jadi jauh lebih bijak dibandingkan awal kita ketemu. Apa tadi gue nyinggung perasaan lo? maaf ya, gue salah"

"Nope, cuma ingetin biar lain kali lo hati-hati kalo ngomong. Santai aja sama gue, btw lo diundang makan malam ke rumah. Orang tua gue sama bang soobin kangen katanya, gue juga kangen"

"Kangen? tiap hari kita ketemu beomgyuu dan ini kita lagi ngobrol juga"

"Gatau, masih kangen. Ntar dandan yang cantik, kan mau ketemu camer" Goda beomgyu dengan senyum usil nya

"Wait...gimana-gimana?"

Pemuda itu mencebik kesal "Gajadi deh, lo nya gak peka" Ucapnya sebelum pergi meninggalkan helen yang masih terbengong.

"Maksudnya apa sih?"

"Eh— CHOI BEOMGYU!"















"Gimana sekolah mu, nak?" Tanya nyonya choi disela acara makan malamnya. Tentunya pertanyaan tersebut ditujukan pada helen.

Gadis itu mengangkat kepalanya untuk menatap wajah nyonya choi. Tidak sopan berbicara tanpa menatap lawan bicaranya "Baik-baik saja tante, yah memang belakangan ini lebih sibuk tapi masih bisa diatasi kok" Ujarnya lembut dengan senyum manis yang terpatri di wajah.

"Heum...gitu ya, kalau beomgyu nya gimana? di sekolah dia macam-macam gak?"

Helen menatap beomgyu sekilas, terlihat pemuda itu mengerucutkan bibirnya sebal. Sepertinya hubungannya dengan orangtuanya sudah jauh lebih baik, tapi— kok beomgyu jadi gemes banget?!

Sebuah ide jahil tiba-tiba saja terlintas di kepalanya. "Beomgyu nya kadang marah-marah gak jelas kalau gak ngerti materi nya tante, kadang juga dia gak mau makan siang" Adunya sambil cekikikan. Lagi, dia melirik beomgyu untuk melihat reaksi yang ditunjuk pemuda tersebut.

Terlihat beomgyu melotot lebar kearahnya, bahkan matanya seakan bisa copot kapan saja. Berbeda dengan sang adik, soobin justru tertawa sambil memukul-mukul meja.

"Ah begitu rupanya...beomgyu kenapa kamu tidak pernah bilang kalau sedang kesulitan memahami materi? apa perlu les sepulang sekolah?"

Mendengar hal tersebut sontak membuat beomgyu menggeleng heboh, pulang sekolah itu waktunya tidur. Bukan waktu untuk belajar lagi! dia bukan soobin yang akan menyetujui hal semacam itu dengan senang hati, enak saja waktu istirahat nya harus berkurang karena tumpukan soal tambahan dari luar sekolah.

"Terus bagaimana? kalau kamu terhambat di satu materi itu akan menghambat proses belajar di materi selanjutnya karena materi-materi tersebut terkadang berkaitan. Nanti kamu ketinggalan" Kini tuan choi yang angkat bicara setelah sekian menit hanya menyimak.

"Kalau kamu, apa kamu paham semua materi nya helen?"

"Paham aja sih, walau gak terlalu lancar tapi saya masih paham inti materinya" Jawab helen seadanya

"Hm...kamu keberatan gak kalau belajar nya sekalian bantu beomgyu?"

Beomgyu langsung tersenyum dan menatap helen penuh harap, tidak masalah waktu tidurnya berkurang karena belajar. Asalkan yang mengajari adalah helen, ikhlas banget kok.

Kini semua pasang mata di ruangan itu menatap helen, gak enak banget kalau nolak. Apalagi ketika melihat beomgyu yang menatapnya layaknya seekor anak anjing, lucu banget.

Pada akhirnya gadis itu hanya menganggukkan kepalanya. Tidak ada ruginya juga, lagipula dia jadi memiliki teman belajar.

TYPO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang