Part 2

142 12 0
                                    

Tiga puluh menit sejak kepergian si gadis dan pria yang menolongnya dari kantor pihak berwajib itu, sepeda motor yang mereka naiki menepi di depan sebuah bangunan, berupa rumah. Gadis tersebut turun setelah mesin dimatikan, kemudian ia pun diajak masuk ke tempat itu.

Di beranda depan, seseorang menyambut mereka, lalu mempersilahkan untuk duduk di ruang tamu. Tak lama, seorang pria bertubuh gempal datang, mereka bersalaman, terkecuali si gadis yang hanya menunduk menatap lantai.

Pria berseragam dan pria bertubuh gempal terlibat percakapan, namun lebih didominasi oleh pria berseragam, sedangkan lawan bicaranya hanya mengangguk, sesekali melirik gadis di seberangnya.

"Aku ingin kau merawatnya." Ucap si pria berseragam, memohon.

Pria bertubuh gempal menghela napas, menatap prihatin setelah mendengar kisah tersebut. Kemudian ia pun tersenyum, "Dengan senang hati. Aku akan merawatnya."

Tersungginglah senyum di wajah pria berseragam. Ia menoleh ke samping, lalu mengusap kepala gadis yang tak bersuara itu.

Kunjungan tersebut tidak berlangsung lama. Setelah menyerahkan tanggung jawabnya kepada pria bertubuh gempal, pria berseragam pamit pulang ke rumahnya. Ia menyalakan mesin motor, melambaikan tangan, tapi tidak dibalas oleh gadis yang ditolongnya. Tak apa, mungkin ia belum terbiasa. Sepeda motor itu pun segera melaju, meninggalkan rumah dengan banyak penghuninya.

Panti asuhan.

Rupanya pria berseragam itu membawa gadis tersebut ke sebuah panti asuhan. Rumah di mana anak-anak yatim piatu berkumpul, dirawat, dan dididik oleh pihak pengelolanya.

"Kamu sebaiknya mandi dulu, ya. Pakaian ganti kamu nanti disiapkan sama Kak Maya, kakak pembimbing kamu." Pria bertubuh gempal itu memanggil seseorang. Datanglah seorang perempuan dewasa berambut hitam ke hadapannya.

"Nah, ini yang namanya Kak Maya. Kalau ada apa-apa, kamu bilang aja sama dia, ya. Pasti dibantuin kok. Iya kan Kak Maya?"

Kak Maya mengangguk semangat.

Gadis itu pun dipindah tangankan lagi. Sekarang ia dan Kak Maya sedang berjalan menuju kamar yang akan ditempati si gadis. Kak Maya termasuk orang yang suka berbicara, sedari tadi ia menjelaskan berbagai peraturan di panti tersebut, diselingi cerita juga, sambil mengambil beberapa potong pakaian dari lemari. Kemudian melangkah lagi untuk mengantar ke kamar mandi.

"Kamu jangan lama-lama ya mandinya. Nanti bisa-bisa ketinggalan makan malam lagi. Soalnya, anak-anak lain suka berubah jadi gentong kalau udah lihat makanan. Rakus. Main makan aja, gak ingat itu bagian siapa." Kak Maya tertawa ringan.

Gadis itu mengangguk, menerima handuk dan pakaian ganti. Lalu masuk kamar mandi. Tanpa mengucap terima kasih.

Dua puluh menit berlalu. Gadis tersebut telah menyelesaikan mandinya. Meski merasa segar dan wangi oleh sabun, tetapi wajahnya tetaplah murung. Rambut panjangnya ia rapikan terlebih dahulu, lantas berjalan gontai menuju ruang makan. Tadi Kak Maya sudah menunjukan pula seluruh ruangan yang ada di rumah itu. Jadi, ia tidak akan tersesat untuk pergi ke sana.

Langkah si gadis terhenti di bingkai pintunya. Ia melihat meja makan yang berserakan piring dan gelas kotor sisa makan malam. Para penghuninya tengah menyandarkan tubuh, memegang perut, mereka tampak kekenyangan. Satu dua dari mereka bahkan bersendawa keras. Yang diiringi dengan tawa dan ledekan.

Gadis itu akhirnya balik kanan. Menjauh dari ruang makan. Benar apa kata Kak Maya. Para penghuni panti memang rakus. Nasi dan lauknya tandas tak bersisa di atas piring. Tidak masalah. Lagipula ia tidak lapar. Ia hanya bingung. Ke manakah ia harus pergi? Gadis itu ingin sendiri. Tapi tak tahu di mana tempat yang sesuai untuknya.

Tunggu Aku.. [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang