Hari-hari berlalu begitu cepatnya bagai lesatan anak panah yang dilontarkan sebuah busur.
Begitulah waktu yang dilalui oleh Ve di masa sekolahnya. Tak terasa, ia sudah menyelesaikan ujian akhir semester 5 dan menerima rapor. Dengan nilai yang terbilang memuaskan. Sebab semester ini, Ve dapat meraih peringkat 3 di kelasnya. Di bawah Shani yang berada di urutan kedua.
Rupanya, kehadiran Dimas dan Boby berpengaruh sangat besar dalam motivasi belajar mereka. Tak cuma mengaburkan kesedihan saja, Dimas dan Boby juga mampu membakar semangat Ve dan Shani sehingga mereka berdua dapat memperbaiki prestasi yang sempat menurun akibat rasa sedih dan sakit di hari lalu itu.
Kini, suasana hati Ve dan Shani tak lagi runyam. Mereka dapat kembali ceria di hadapan maupun di belakang teman-temannya.
Berbeda dengan Atlas. Laki-laki itu masih dirundung dilema dalam menafsirkan perasaannya. Ia masih sering merasa sakit ketika Ve dengan riangnya mengatakan bahwa Dimas akan mengajak ia ke tempat favorit mereka dulu. Atau, saat kedapatan melihat Shani dan Boby tengah bergurau di depan kelas.
Atlas masih merasakannya. Sakit, sesak, dan kesal bercampur menjadi satu dalam hatinya. Namun, ia tak dapat berbuat apa-apa selain menutupi semua itu. Karena ia tidak ingin Nabila dan Vinny sampai menegurnya lagi dengan kata-kata yang menusuk. Cukup hari kemarin saja mereka berkata demikian, jangan terulang lagi.
Akan tetapi, Atlas keliru. Ia benar-benar telah melakukan kesalahan yang amat menyakitkan. Sehingga bukan lagi teguran yang ia peroleh, melainkan sesuatu yang lebih berat, lebih menyayat.
* * *
"Vin, minjem buku PKDK." Nabila menengadahkan tangan, meminta kepada orang yang duduk di sebelahnya.
Vinny menoleh. "Buat apa?"
"Mau gue kilo ke kang loak." Jawab Nabila asal. "Ye, mau gue bacalah." Sambungnya dengan ketus.
"Lo juga punya buku, Bil. Ngapain pinjem sih?"
"Punye gue materinye ade yang kelewat. Entar kalo keluar pas waktu ulangan kan berabe. Lo mau, gue sat-sut-sat-sutin, heh?"
"Ya, nggaklah. Gue pengen ulangan dengan tenang."
"Ye, udeh. Sini buku lo." Nabila merampas buku catatan PKDK di atas pangkuan temannya.
"Emangnya semalem kamu gak belajar, Bil?" Ve menutup buku di tangan, mendongak. Ia dan sebagian teman sekelasnya sedang menunggu giliran mengerjakan ujian di luar ruangan. Begitu pun dengan kelas-kelas lain. Hari itu tengah diadakan ujian tengah semester.
"Kagak." Singkat Nabila. Ia membalik lembar demi lembar buku catatan.
"Buka buku juga nggak?" Tanya Shani.
Nabila menggeleng. Mulai membaca materi.
"Kenapa?"
"Males. Kalo udeh rebahan ame main HP, hawa-hawanye males bet dah buat cume megang buku aje."
"Seenggaknya, kalau mau ada ulangan, minimal kamu pake SKS aja, Bil. Sistem Kebut Semalam. Biar gak terlalu nge-blank." Ve memberikan saran.
"Gue juge lagi pake SKS ini." Nabila membalik halaman buku, membaca lembar berikutnya. "Sistem Kebut Sejam."
Ve geleng-geleng menanggapi jawaban dari Nabila. Sedangkan Shani menepuk dahi. Dan Vinny mendengus sebal.
"Vin, Shan."
Empat gadis yang duduk melingkar itu mendongak saat ada yang memanggil dua diantara mereka.
"Lo berdua dipanggil sama Bu Ratna ke ruang guru." Nazril--ketua kelas Pk-1--menyampaikan pesan yang ia terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunggu Aku.. [Complete]
Romance"Hidup kita ini bagai sebuah drama. Dunia adalah panggung pementasannya. Lalu takdir yang mengatur alur kisahnya. Dan kita, sebagai pemainnya. Keren, kan? Tanpa disadari, ternyata kita itu artis." ---------- "Saat aku mulai percaya, kenapa kamu mala...