Part 16

30 10 0
                                    

Dengan hati-hati, Ve mendekati pohon tersebut. Tangannya terulur, hendak mengambil bendera itu.

Dapat!

Ve telah menemukan satu bendera. Ia tersenyum senang. Membayangkan betapa bahagianya mereka jika bendera tersebut genap menjadi 10 buah. Bukan doorprize-nya yang mereka inginkan, tetapi keseruan dan petualangannya. Bagi Ve, pengalaman ini tidak akan pernah--

"Aaa!!"

* * *

Dari kejauhan, Shani terperanjat, menoleh, "Ve?"

Tanpa pikir panjang, ia bergegas berlari ke arah sumber suara. Melompati batuan, menyibak semak-semak, juga memburaikan tumpukan daun kering.

Di tengah gelapnya malam, diantara deretan pohon yang tinggi menjulang, dua orang pria berbadan kekar berdiri kokoh. Salah satunya tengah membekap seorang gadis menggunakan sapu tangan yang diberi obat kimia.

"Kenapa harus narik tangannya? Jadi teriak, kan?"

"Di depan ada batu. Kalau kesandung, terus lecet, Tuan bisa ngamuk."

Hitungan detik saja, tubuh gadis itu melemas. Ia pingsan.

Pria yang membekapnya segera menahan tubuh korban agar tidak jatuh ke tanah.

"Ve! Ve! Kamu di mana?"

Teriakan lantang Shani membuat dua pria itu saling pandang. "Sembunyi." Bisik salah satunya. Mereka pun membawa sekalian tubuh Ve untuk bersembunyi di balik semak-semak.

"Ve! Kamu dengar aku?! Kamu di mana?! Ve!!" Shani terus meneriaki nama temannya itu. Tetapi tidak ada balasan. Ve seolah raib. Suaranya lenyap begitu saja.

Shani menyorotkan lampu senternya ke semua arah, ke berbagai tempat, takut Ve terperosok ke dalam lubang atau tergelincir ke sebuah parit.

Tetap tidak ada. Hingga Shani tiba di tempat Ve menemukan bendera itu pun, ia tak kunjung pula menemukan wujud temannya.

Gadis itu menghela napas gelisah. Khawatir akan keberadaan dan keadaan Ve.

Tercetuslah satu nama dalam kepalanya. Ia pun segera merogoh saku jaket, mengeluarkan ponsel. "Vinny. Aku harus minta bantuan sama mereka."

Shani menyalakan ponsel itu, mencari nama Vinny dalam kontak teleponnya. Belum sempat menemukan apalagi menelepon, dari arah belakang, seseorang tiba-tiba menyergap gadis itu, membekapnya dengan sapu tangan yang sama saat membekap Ve.

Shani sontak memberontak. Sekuat tenaga ia melepaskan tangan orang yang menutup paksa mulut dan hidungnya. Akan tetapi, beberapa detik kemudian, tubuh Shani melemah. Tumbang dengan sendirinya, bagai bunga tak disiram air, layu.

"Apa yang akan kita lakukan padanya?" Tanya pria kekar yang membekap Shani.

Rekannya berpikir sejenak. Lalu, "Bawa. Kita bisa memanfaatkannya."

Si pria kekar mengangguk. Memasukan sapu tangan juga ponsel milik Shani ke saku celana. Kemudian beralih menggendong gadis tersebut.

Dua pria kekar itu lantas membopong Ve dan Shani. Berjalan keluar dari dalam hutan.

* * *

"Bil, lo dapat benderanya?"

"Kagak. Malah digigitin nyamuk, gue. Ampe bentol-bentol gini dah." Nabila menggaruk-garuk lengan dan wajahnya. Gatal. "Lo sendiri dapet?"

Atlas mengangkat bendera temuannya. "Cuma satu tapi."

Di saat yang sama, Vinny berjalan mendekat ke arah Atlas dan Nabila. "Lo kenapa, Bil?" Tanyanya.

Tunggu Aku.. [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang