Chapter 20 🐰

1.5K 181 81
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Orang yang paling bahagia di dunia adalah orang yang menautkan hatinya hanya kepada Allah SWT.

︎▪︎▪︎FUCKBOY KAMPRET ▪︎▪︎

🌾🌾🌾

Reni melangkah dengan hati gusar, entahlah. Mengapa ia merasa seperti ini, seharusnya ia biasa saja. Mengapa ia harus mempermasalahkan hal yang seharusnya tak perlu ia pikirkan. Itu menurut ego, namun hati berbeda. Hatinya mengatakan hal yang berbeda, sesuatu yang tak seharusnya marah. Ia cemburu? Tentu saja tidak! Tapi, mengapa ia tak suka saat Niko memeluk wanita lain? Ia saja yang sebagai istri sahnya tak pernah dipeluk seperti itu. Kenapa? Ia tak tahu jawabannya.

Ia sampai di halte dekat kantor Niko, ia memikirkan kejadian tadi. Ah, ia menyesal mengapa datang di waktu yang tak tepat. Kalau begini, apa yang harus ia katakan pada bunda. Pasti mertuanya itu akan bertanya mengapa ia pulang sendiri. Ia saja bingung akan menjawab apa nantinya, masih terngiang bagaimana balasan Niko tadi padanya.

Reni tersenyum miring melihat pemandangan di depannya. Sama halnya dengan Niko yang terkejut, tapu sedetik kemuadian berubah ikut menampilkan senyum tanpa dosa. "Hai istriku, ngapain kesini? Kangen ya? Duh, sayangnya gue nggak kangen sama lo. Soalnya, udah ada yang lebih cantik dan pastinya pengertian."

Memutar matanya malas, "Jadi orang jangan kepedean. Gue kesini karena Bunda yang minta, katanya ada bayi besar yang nggak akan makan kalau gak diingatkan, ada bayi besar yang hobinya kerja tapi nyusahin orang lain."

Niko tak merasa tersinggung sama sekali, tanpa melepaskan rangkulannya pada Nita. Ia menuntun wanita itu agar duduk di sofa yang tersedia. "Siniin makanannya, kebetulan gue emang udah laper. Nit, kamu juga laper gak?" Nita yang belum paham situasi dan tak mengenal sama sekali siapa Reni ini hanya mengangguk saja, ia masih syok atas kejadian yang baru saja menimpannya.

"Nih, makan yang banyak. Gak usah protes kalau ada rasa yang beda. Soalnya gue udah naro racun tikus di sana." Reni bahkan meletakkan rantangnya dengan kasar membuat Niko menatapnya curiga.

"Kenapa lo liatin gue kek gitu? Iya gue tahu kalau cantik." Selalu pede, itu motto seorang Reni. Gak baik insecure. Karena kita memiliki kelebihan tersendiri. Kita memiliki sesuatu yang tak dimiliki orang lain. Jadi, berbanggalah. Eits, asal jangan sampai sombong. Itu juga gak baik, pede boleh asal tak berlebihan dan pandai mengatur tempatnya dimana yang pas.

"Dih, gue cuma heran aja. Ngapain lo naro rantangnya kasar gitu. Jangan-jangan lo ..."

"Gue kenapa?"

"Cemburu!" Sambung Niko membuat mata Reni membulat!

"What?!" Demi apapun Reni tak akan terima jika dikatakan bahwa dirinya merasa cemburu. Ia tak merasa seperti itu, sama sekali tidak! "Nggak usah ngadi-ngadi, gue nggak akan pernah cemburu sama lo. Mau lo sama cewek, istri orang, atau ja***g sekalipun gue nggak kan peduli!"

"Bagus dong kalau gitu, ah senangnya diriku masih bebas. Yaudah pulang sono, hush hush. Bersihin rumah, nyapu, ngepel, jangan lupa cuciin pakaian gue juga ya. Soalnya udah numpuk tuh di keranjang cucian."

"Lo pikir gue pembantu lo?!"

"May be, lagian cocok kok." Dengan santannya Niko berucap seperti itu. Amarah Reni sudah meluap, bahkan wajahnya kini sudah merah padam. Hendak menyemburkan amarahnya suara Nita menginterupsi.

Fuckboy Kampret ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang