Chapter 8 🐰

1.6K 245 95
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Supaya engkau tak mati dua kali, maka engkau jangan kembali pada orang yang menggagalkanmu. Satu-satunya orang yang senantiasa bersamamu adalah dirimu sendiri. Karena itu, janganlah membebaninya dengan yang ia tak mampu.*

▪︎▪︎FUCKBOY KAMPRET ▪︎▪︎

🌾🌾🌾

Sudah berpuluh kali Niko berkutat dengan kitab yang entah bagaimana caranya ia bisa menghafalnya, sungguh menghafal bahasa asing adalah kelemahannya apalagi ini bahasa arab. Ia anti dengan hafalan seperti itu.

"Aish, ini cara hafalnya gimana sih!" Ia terus mengeluh. Bagaimana ini? Sudah seminggu berlalu dari waktu yang ditentukan, dan satu ayat pun ia belum hafal sama sekali. Benar-benar memalukan!

Harusnya ia tak perlu risau, karena ini memang keinginannya. Tak perlu ada acara untuk menikahi gadis bar-bar dan hidupnya akan tentram. Nyatanya tak semudah itu, ketika janji telah diikrarkan maka hukumnya wajib untuk ditunaikan, harusnya ia menolak saja waktu itu. Hei, waktu itu ia benar-benar tak di pelet kan?

Tok! Tok!

"Masuk!" Serunya agar orang di luar sana mendengar suaranya.

"Halo sayangkuh, cintakuh, maniskuku dan yang pastinya valin tanvan sedunia. Nikokuh!!!" Niko langsung bergidik ngeri saat orang itu muncul apalagi mendengar ucapannya, yang errr sangat menggelikan!

"Ngapain lo kesini?" Jawabnya acuh, sungguh ia tak mengharapkan makhluk itu muncul. Karena tentu saja akan merecoki hidupnya.

"Ya nyamperin yayang Niko lah, ngapain lagi." Ia berucap santai, bahkan terlalu santai hingga langsung menduduki sofa yang tersedia di ruangan kerja Niko tersebut.

"Ck, ganggu aja." Decaknya, mengapa pula makhluk ini bisa sampai disini, ingin sekali rasanya ia melemparnya dari lantai lima.

"Va, please lah. Keluar dari ruangan gue, ini jam kantor kalau lo gak keluar gue mana bisa konsentrasi buat kerja laporan." Memang sebagai bos Niko tak hanya leha-leha, ini sudah menjadi kewajibannya jika karyawan lain sulit mengerjakannya maka ia yang akan mengambil alih. Bos yang baik bukan?

"Lo ngusir gue?" Ia bertanya seakan ia sangat terluka, terlalu lebay memang. Dan jangan lupakan mata yang tentu saja sudah berkaca-kaca menahan tangis.

"Va, ayo lah please ngertiin posisi gue sebagai atasan. Bukan berarti karena gue atasan, gue bisa seenaknya, nggak gitu konsepnya. Ketika karyawan gue bekerja keras untuk kembali membangkitkan perusahaan yang hampir collaps ini. Berarti tanggungjawab gue semakin besar. Paham kan?" Ia sudah menjelaskan dengan nada pelan, ia tak bisa meninggikan suara apalagi di hadapannya itu wanita. Dia memang fuckboy tapi percayalah selama ini tak ada satupun mantan nya yang menangis saat diputuskan. Ia memiliki seribu satu cara agar acara putusnya tak diwarnai dengan adegan menye-menye.

"Nik, gue cuma kangen. Apa salahnya sih gue datang?" Ah, rasanya Niko ingin menyumpal mulut gadis cerewet ini.

"Isva, lo masih inget kan kalau kita itu udah mantan?" Isva yang ditanya seperti itu hanya mengangguk dengan semangat. "Itu artinya kita gak punya hubungan apapun lagi, gak ada lagi Isva. Paham gak sih?" Lelah, tentu saja ketika kewajibannya untuk menghafal banyak ayat dan tentu saja menjadi imam yang membuatnya ketar-ketik tak karuan.

"Gue gak peduli, mau lo mantan, mau lo pacar, atau maupun lo suami orang sama sekali gue gak peduli. Yang gue peduli itu hanya gue kangen, gue bakalan terus ada di dekat lo, paham?!" Aish, semakin berat saja cobaan yang dihadapinya. Isva ini memang sangat keras kepala, dan termasuk mantan yang entah ke berapa. Karena dia anak tunggal membuatnya menjadi seperti sekarang, egois. Dia akan selalu mementingkan dirinya dari yang lain.

Fuckboy Kampret ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang