Chapter 18 🐰

1.2K 184 13
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Wanita semakin terhormat, semakin tidak senang kalo dia memamerkan dandanannya, semakin dia mulia, semakin rasa malunya tinggi. Maka menjadilah wanita yang semakin hari semakin meningkatkan budaya rasa malu.

[ Buya Yahya ]

▪︎▪︎FUCKBOY KAMPRET ▪︎▪︎

🌾🌾🌾

Reni masih terpekur, setelah mendengarkan nasihat dari Anggi rasanya ia amat terhampar. Mamanya memang buka wanita yang sangat agamis tapi mampu mendidik anak-anaknya dengan baik. Anggi yang seorang bisniswoman tapi pernah melupakan kewajibannya sebagi seorang istri dan ibu. Tak sekalipun Anggi mengeluh bahkan tak menyewa jasa pembantu di rumahnya. Katanya, biarkan ia lelah asal surganya tetap dirinya yang mengurus, ia tak mau orang lain mendapatkan pahala yang seharusnya menjadi miliknya karena lebih mementingkan karir. Berkarir boleh namun kewajiban jangan sampai terlalaikan. Masih sangat jelas di ingatan Reni setelah papanya masuk ke dalam kamar. Anggi menghentikan langkahnya dan memberikan petuah yang begitu manis.

"Ren, bisa duduk sebentar. Ada sesuatu yang ingin Mama sampaikan." Reni hanya duduk dengan pasrah, tak ada gairah sama sekali. Ia sudah kecewa karena tak bisa mendapatkan dukungan dari kedua orang tuanya. Ia tak ingin pergi ke Bandung apalagi bersama Niko. Tahu sendiri kan Niko sifatnya bagaimana.

"Apa, Ma?" Masih dengan nada pelan, bahkan tak ada kesungguhan sama sekali ia hanya menuruti keinginan mamanya untuk tetap disana dan mendengarkan apa yang akan Anggi ceritakan.

"Mau dengar kisah gak? Ini kisahnya bagus loh."

"Jadi, Mama nahan aku buat dengerin cerita? Jangan bilang cerita Aldebaran atau Guddan ya Ma." Anggi menggeleng sambil tersenyum.

"Bukan kok, kalau kisah Aldebaran atau Guddan bisa belakangan." Anggi memang sedang tergila-gila dengan dua tontonan beda negara itu. Anggi akan stay di depan televisi setiap jam tiga sore setelah pulang dari kantor dan juga jam delapan malam untuk menantikan film kesayangannya. Walaupun kedua film itu berbeda genre dan negara namun sanggup membuat Anggi tak tahan untuk ketinggalan satu episode saja.

"Terus, ini kisah apa?"

"Tentang seorang putri yang meminta dipilihkan jodoh oleh ibunya."

"Wah kek nya seru, terus ceritanya gimana. Ma?"

"Suatu hari, seorang anak bertanya pada sang Ibu. "Bu, jika kelak anakmu ini akan menikah, suami seperti apa yang mesti kupilih?"

Sang Ibu yang bijak pun menjawab, "Nak, seorang suami yang baik adalah dia yang saat kau pandang hilanglah resahmu. Saat kau bersamanya tentram hatimu. Saat kau capek dengan pekerjaan rumah tangga, ia turun tangan menolongmu."

Sang Ibu pun lalu bersenandung,
Mencipta rumahnya seindah surga,
Menjaga akhlaknya sebening mata,
Qona'ah selendangnya dalam rumah tangga,
Sejuk di kalbunya tunduk pandangnya.

"Tapi Bu, aku kan belum tahu sifatnya. Bagaimana mungkin aku dapat mengenalnya?" Sang anak menyela.

"Nak, jika kau ingin melihat kasih sayangnya padamu, lihatlah bagaimana ia memuliakan ayah bundanya. Jika kau ingin tahu apakah ia kasih terhadap anak-anakmu kelak, lihatlah perlakuannya terhadap adik kakaknya."

Fuckboy Kampret ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang