Chapter 30 🐰

1.4K 203 144
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Hati yang berdetak hanya untuk Allah akan selalu menjadi orang asing diantara hati yang berdetak untuk dunia.

▪︎▪︎ FUCKBOY KAMPRET ▪︎▪︎

🌾🌾🌾

Siapkan hatimu, part ini mengandung plot twist yang agak nganu 👉👈

---

Akan datang suatu masa yang rodanya dapat menggilas keimanan. Keyakinan hanya tinggal pemikiran, yang tak berbekas dalam perbuatan. Banyak orang baik tapi tak berakal, ada orang berakal tapi tak beriman. Ada lidah fasih tapi berhati lalai. Ada yang khusyuk namun sibuk dalam kesendirian.

Ada ahli ibadah namun mewarisi kesombongan iblis. Ada ahli maksiat rendah hati bagai sufi. Ada yang banyak tertawa hingga hatinya berkarat. Ada yang banyak menangis karena kufur nikmat. Ada yang murah senyum namun hatinya mengumpat. Ada yang berhati tulus tapi wajahnya cemberut. Ada yang berlisan bijak namun tak memberi teladan. Ada pezina yang tampil menjadi figur.

Ada yang punya ilmu tapi tak paham. Ada yang paham tapi tak menjalankan. Ada yang pintar tapi membodohi. Ada yg bodoh tapi tak tau diri. Ada orang beragama tapi tak berakhlak.

Ada yang berakhlak tapi tak berTuhan.

Lalu, di antara semua itu, dimana aku berada?

Suara hati Ali bin Abi Thalib nyatanya sekarang telah benar-benar terjadi. Terlalu banyak manusia yang susah di percayai, terlalu banyak orang yang bermuka dua bahkan lebih. Tampil seenak hati dan mencaci sesuai naluri. Sungguh, inilah jamannya kehancuran akan terjadi di muka bumi. Lantas apa saja yang sudah kau pelajari?

Tidak ada.

Kita masih stay di tempat yang sama, terlalu menganggap enteng segala pertanda yang ada. Seolah merasa dunia masih lama, nyatanya kita hidup hanya sebentar saja.

Reni tak lagi kuasa menahan isak tangis, sampai kapan ia akan mengenyam luka seperti ini. Baru kemarin malam ia ternodai, baru beberapa saat lalu ia menyukai pelukan hangat yang terasa menjaga, dan sekarang segalanya terenggut paksa dalam sekejap saja. Apakah takdirnya benar-benar hanya tentang ini? Luka dan luka? Sampai kapan dirinya merasakan pedihnya luka yang siap membuatnya gila.

Saudara kembarnya sedang terkapar tak berdaya di sana, tak ada yang berniat akan menolongnya. Apakah ini takdir yang adil? Mengapa ujiannya selalu saja sulit.

"Selamat datang di istana kita!" Reni menatap sekitar tempat yang kini dipijakinya. Ini bukan istana melainkan sebuah rumah tak terpakai yang sudah sangat lama ditinggal oleh pemiliknya.

"Ternyata lo lebih gila dari Fadel!" Senyum bahagia tadi luntur dalam sekejap saja, menatap Reni tajam tak seperti biasanya.

"Ha ha, bukan lebih gila lagi, tapi jauh sangat gila!" Walau tertawa nada suaranya tak seperti orang tertawa. Ia menyeramkan dari apa yang Reni pikirkan. Apa yang salah dengan takdirnya hingga harus di pertemukan oleh manusia-manusia jahanam yang tak pantas berada di muka bumi, melainkan di neraka saja.

"Lo gila, Gus. Ah, nggak. Nama Gus di depan nama lo sekarang, sangat tidak pantas bersanding. Lo lebih buruk dari semua orang yang pernah gue kenal, wajah munafik. Bersembunyi di balik wajah saleh, pendiam, santun, dan menjaga diri dari segala macam fitnah dunia. Tapi nyatanya? Lo manusia termunafik yang pernah gue kenal!" Cecar Reni yang sama sekali tak dihiraukan oleh mereka yang berada di tempat ini.

Fuckboy Kampret ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang