Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Namun Jasmine masih belum beranjak dari tempat duduknya di kafe. Gadis itu terlalu malas pulang ke rumah karena menurutnya untuk apa pulang jika hanya sepi dan sunyi yang menyambutnya. Tidak ada sambutan suara Ibu yang memarahi anaknya jika pulang terlambat. Tidak ada pelukan hangat yang semestinya ia terima seperti remaja lain seusianya. Kehidupan Jasmine berbeda.
Ditemani pemandangan jalanan malam dengan rintik hujan serta lagu melow yang dinyanyikan musisi di panggung kafe pas sekali menemaninya malam ini. Isi kepalanya penuh dengan angan-angan tinggi yang ingin ia capai. Ingin ia lakukan. Ingin ia rasakan. Sampai seseorang mengagetkan lamunannya.
"Wih ada Jasmine, sendirian aja nih." Ucap seseorang di belakangnya.
Jasmine menoleh.
Deg..
Jasmine merasa jantungnya berhenti ketika tatapan matanya jatuh pada salah seorang laki-laki yang sangat ia kenal. Laki-laki itu tidak sendiri, dia bersama dua temannya. Sungguh, acara healing nya gagal sudah. Sial, batin Jasmine.
"H-hai Jo." Ucap Jasmine sedikit terbata kepada Jonathan, orang yang memanggilnya tadi. Jonathan namanya. Teman akrabnya dulu. Ya, dulu. Sekarang sudah berbeda.
"Kita-kita duduk disini boleh kan? Ya pasti boleh lah ya." Jo mengedipkan sebelah matanya. Belum sempat Jasmine menjawab, Jo sudah mengambil tempat duduk di sebelahnya.
"Lo berdua kagak mau duduk? Sini lah masih kosong dua kursi tuh." Ucap Jo kepada dua temannya. Gariel Athmar dan Faza Givano.
Jasmine yang bingung pun akhirnya hanya bisa pasrah ketika tiga orang laki-laki itu mengganggu ketenangannya. Orang yang selama ini ia hindari kini tepat berada di depannya. Duduk berhadapan dengannya pula. Sial, sungguh sial. Rasanya seperti dejavu. Mereka ber-empat sering sekali berkumpul seperti ini dulu. Saat Jasmine dan Gariel masih menjadi sepasang kekasih. Namun kali ini sudah berbeda.
"Sorry ya, kita ganggu gak nih? Lo gapapa kita duduk disini?" Tanya Faza merasa tak enak hati. Hanya Faza yang peka keadaan Jasmine. Dari dulu Faza orang paling pengertian tanpa diminta dan peka terhadap siapapun dalam keadaan apapun.
"Ganggu, ganggu banget!" Batin Jasmine berteriak. Namun tidak mungkin Jasmine berkata seperti itu. "Gapapa kok, santai aja." Jawab Jasmine dengan senyum yang sedikit dipaksakan. Bagaimana bisa ia menolak jika Jo saja sudah dulu duduk tanpa menunggu persetujuan darinya. Huh.
Dulu mereka sangat akrab satu sama lain. Sampai terjadi sesuatu yang dilakukan oleh Gariel kepadanya membuat Jasmine terpaksa menjauhi mereka juga. Gariel pasti akan selalu bersama Faza dan Jo. Dan itu yang membuatnya tak nyaman.
Tak apa jika hanya Faza dan Jo yang duduk bersamanya. Namun Gariel, mantan kekasihnya itu membuat Jasmine tak nyaman. Canggung sekali rasanya sekarang. Tak tahu harus berbuat apa, Jasmine hanya sibuk mengaduk-aduk minumannnya.
"Jo lo pesenin sana, gue pesen kaya biasa. Tenang aja gue yang bayar." Titah Faza kepada Jonathan yang langsung disanggupi Jo dengan wajah sumringahnya. Siapa yang tidak mau gratisan coba.
"Nah gitu dong, duit gue aman malem ini. Riel pesen apa lo?" Tanya Jo pada Gariel.
"Gausah." Jawab Gariel. Namun tatapan matanya tak lepas dari Jasmine. Sorot matanya lekat menatap wajah Jasmine yang selama ini dirindukannya. Selalu cantik.
"Oke. Lo mau pesen makan lagi gak Je?"
"Gue gausah Jo." Jo mengangguk berlalu untuk memesan makanan.
Jasmine yang menyadari tatapan Gariel itu merasakan jantungnya berdetak tak karuan. Dirinya tak menyangkal jika pengaruh Gariel pada dirinya masih sebesar dulu. Rasa cintanya pun belum hilang sepenuhnya. Namun sekarang ia sedang berusaha untuk menghilangkannya. Move on.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY YOU (ON GOING)
Teen Fiction♡♡♡ "Gariel...." Panggil Jasmine dengan tatapan kecewanya. Gariel dan perempuan itu menoleh mendengar panggilan Jasmine. Perempuan yang bersama Gariel tampak terkejut dan melepas pelukan mereka. "Jasmine." Batin Gariel dalam hatinya. Tak kalah t...