10 | Yang Sebenarnya

882 44 3
                                    

"Kamu beneran gapapa? Masih pusing?" Tanya Jason sambil mengelus lembut dahi Jasmine.

"Beneran deh ah. Ga percayaan banget." Jawab Jasmine. Ia masih berada di atas kasurnya dengan hidung merah, mata yang membengkak dan juga tangannya yang terluka.

"Kalo pusing mending tiduran lagi aja Je jangan dulu bangun." Ujar Flo. Raut wajahnya masih terlihat khawatir. Arav juga mengangguk meng iya kan.

Jasmine memutar bola matanya malas. "Kalian itu kenapa sih? Gue beneran udah gapapa, gaada yang harus dikhawatirin." Padahal ia masih merasa sedikit pusing dikepalanya.

"Eh btw makasih ya Flo, Arav. Maaf banget nih jadi ngerepotin dan bikin kalian bolos sekolah." Ucap Jasmine merasa tak enak.

"Santai aja kali ah. Lo kan emang sering ngerepotin gue kalo lo lupa." Jawab Flo dengan cengengesan. Ia hanya ingin menghibur Jasmine.

"Ck lo mah. Tapi makasih banget pokoknya kalo gaada kalian gue mungkin pingsan mengenaskan di rooptop." Ucap Jasmine dengan lirih. Sorot matanya kembali sendu.

"Udah sstt jangan mikirin yang tadi lagi. Sekarang kamu istirahat masih lemes itu keliatannya." Ucap Jason dengan lembut.

"Flo, jangan dulu pulang ya. Temenin gue disini." Pinta Jasmine. Ia hanya tak ingin sendirian, walaupun ada Jason namun ia butuh Flo untuk menemaninya.

Flo mengangguk. "Oke deh. Lagian gue juga bingung mau kemana, sekarang kan masih waktunya sekolah." Flo bisa saja pulang ke rumahnya, namun di rumah pun ia akan bosan karena adiknya yang masih smp masih sekolah.

Jasmine melirik kearah Arav yang hanya diam memperhatikan kemudian menampilkan senyumnya. "H-hmm Rav makasih banyak ya. Maaf gue gabisa ikut rapat nanti."

Arav membalas senyum Jasmine. "Sama-sama. Oh itu rapatnya biar besok aja kalo lo sekolah. Kalo gitu gue mau balik ke sekolah lagi Je. Lo cepet sembuh."

"Ah iya makasih sekali lagi." Ujar Jasmine melebarkan senyumnya. Ia tak ingat kenapa bisa ada Arav yang mengantarnya. Mungkin nanti ia harus bertanya pada Flo.

"Saya pamit bang." Ucap Arav pada Jason.

"Makasih Bro udah nganter Alen. Gue Jason, sorry belum sempet kenalan. Lain kali main kesini lagi." Jawab Jason menepuk pundak Arav dengan senyum tipisnya.

Arav hanya mengangguk, setelah pamit kepada Flo juga ia keluar dari kamar Jasmine diantar Jason kemudian berlalu dari rumah Jasmine dengan perasaan yang sulit ia jelaskan. Senang bisa lebih dekat dengan Jasmine, khawatir, juga rasa penasaran akan kondisi Jasmine yang baru pertama kali ia lihat.

***
"Kamu tuh udah berapa kali mama bilang jangan berantem! Ini kan akibatnya, hancur tuh wajah ganteng kamu! Cape-cape mama sama papa bikin wajah ganteng kamu itu, seenaknya aja diancurin! Omel Rosa, mama Gariel yang cerewetnya itu minta ampun.

"Kok cape sih Ma? Bukannya enak ya bikin an- awshh jangan diteken perih Mama!" Gariel meringis ketika mamanya dengan sengaja menekan luka diwajahnya.

Gariel terpaksa pulang ke rumahnya karena tidak mungkin jika pulang ke apartemen, disana tidak ada obat-obatan yang dibutuhkan untuk mengobati lukanya itu.

"Ngomongnya dijaga masih kecil kamu tuh! Salah apa sih mama dulu bisa dapet anak kaya kamu. Hobinya tuh bikin mama pusing!" Protes Rosa dengan wajah kesalnya.

Gariel mendengus, yang ada dirinya pusing mendengar semua ocehan mamanya itu.

"Kenapa sih bisa sampe ancur gini wajah kamu. Berantem sama siapa?" Tanya Rosa. Tangannya sibuk mengobati luka di wajah Gariel.

"Udah dibilangin ngga berantem Ma." Jawab Gariel. Memang benar kan.

"Ya terus kalo ga berantem kenapa bisa kaya gini? Ngeles aja terus kamu tuh!"

Gariel menghela nafas. "Dipukulin Ma."

"DIPUKULIN? SIAPA YANG BERANI-BERANI NYA MUKULIN ANAK GANTENG MAMA HAH? SINI BIAR MAMA KASIH PELAJARAN!" Teriak Rosa berdiri berkacak pinggang. Nafasnya tak beraturan. Ck, dasar ibu-ibu.

Gariel menutup telinganya. Suara mamanya itu terdengar nyaring. Mamanya itu selalu bersikap berlebihan, alay dan cerewet menurutnya.

"SIAPA ORANGNYA? BELUM TAU DIA MAMA INI BISA BIKIN DIA MASUK RUMAH SAKIT!"

Gariel memutar bola matanya. "Duduk dulu Ma, aku belum beres ngomong."

"Gabisa! Mama ga terima anak mama dipukulin sampe mukanya ancur gini!" Protes Rosa keukeuh.

"Bang Jason. Aku yang salah Ma, bukan dia." Ucap Gariel dengan lirih.

Rosa terkejut mendengar ucapan anaknya. Ia mengenal Jason, kakak dari Jasmine pacar anaknya itu. Sekarang mantan, namun Rosa belum tahu.

"K-kenapa Jason bisa pukulin kamu?"

Gariel menghela nafasnya berat. Mamanya itu sangat menyayangi Jasmine dan Jason bahkan sudah menganggap mereka sebagai anak. Dan dirinya dengan seenaknya berbuat kesalahan fatal.

"Aku yang salah Ma. Aku sama Alen udah putus dari lama. A-aku selingkuhin Alen. Terus tadi aku cemburu liat dia sama cowok lain kalut sama emosi sampe nekat ci-cium dia di sekolah." Lirih Gariel memejamkan matanya. Ia sudah siap menerima kemarahan Mamanya itu.

Plak! Benar kan..

"MAMA GA PERNAH AJARIN KAMU KAYA GITU GARIEL! YA JELAS JASON SEBAGAI KAKAK MARAH! MAMA AJA MARAH SAMA KAMU!

Rosa tak pernah menyangka Gariel akan berbuat seperti itu. Selama ini ia tau hubungan Gariel dan Jasmine adem-adem saja. Namun nyatanya tidak seperti itu.

"Maafin aku Ma, aku khilaf." Cicit Gariel. Pipinya perih mendapat tamparan dari Rosa, apalagi dipipinya itu masih ada lebam.

Rosa memijit kepalanya, tak habis pikir. Kepalanya terasa sedikit pening akibat terlalu banyak berteriak. Ia menghela nafas.

"Mama gabutuh maaf kamu. Kalo papa sampe tau masalah ini. Mama gabisa bayangin apa yang bakal dia lakuin sama kamu Gariel."

Gariel diam. Ia tau papanya akan marah besar jika ia tau masalah ini, karena papanya itu teman baik orang tua Jasmine dan Jason.

"Mama mau ketemu Jasmine. Mau minta penjelasan dari Jasmine sama minta maaf karena kelakuan kamu. Mama gaakan percaya lagi sama ucapan kamu!" Sentak Rosa kemudian berlalu dari hadapan Gariel.

Gariel hanya bisa menghela nafas. Melarang pun tak ada gunanya, karena mamanya itu sangat keras kepala.

♡♡♡

thank you buat kalian yang udah baca sampe part ini!
| cover and photo by pinterest |

ONLY YOU (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang