"Wow." Gumam Jasmine lirih menatap pemandangan indah dihadapannya. Ini yang Jasmine butuhkan.
"Lo suka?" Arav memperhatikan Jasmine yang masih terpesona dengan pantai dihadapannya.
Jasmine menoleh seraya tersenyum senang. "Suka banget! Ini yang paling gue butuhin saat ini, suasana tenang nyaman."
Arav membalas senyum Jasmine singkat. Dalam hatinya Arav merasa lega sekaligus pilihannya membawa Jasmine ke pantai memang sangat tepat.
Jasmine memejamkan matanya menikmati semilir angin yang sejuk dan menenangkan.
Semua beban dan rasa sakit yang dirasakannya akhir - akhir ini seperti terbang terbawa angin — terbebas dari dalam dirinya.
"Makasih udah bawa gue kesini." Ucap Jasmine dengan tulus dengan masih memejamkan mata.
Arav mengangguk walau tak terlihat oleh Jasmine. "Gue rasa lo memang lagi butuh suasana kaya gini."
Arav tak henti-hentinya menatap lekat wajah Jasmine di sampingnya. Entah apa yang dirasakannya, namun ada sesuatu yang berbeda dalam diri Arav ketika bersama Jasmine.
"Gue mau main air tapi gak bawa baju ganti." Ucap Jasmine dengan sebal.
Jasmine ingin sekali bebas berlarian mengejar ombak dari pinggir pantai. Namun sayangnya ia tak ingin seragamnya basah dan pulang dalam keadaan kedinginan.
Arav terkekeh singkat. "Lain kali gue ajak lagi kesini. Gak dadakan kaya sekarang." Tangannya mengelus rambut Jasmine.
Jasmine menoleh menatap Arav.
"Eh — sorry." Ucap Arav seraya menurunkan tangannya tersenyum canggung. Namun ternyata respon Jasmine diluar dugaan.
"Gapapa kok, santai Rav. Tapi lo janji ya bakal bawa gue kesini lagi." Jasmine memicingkan matanya, jari telunjuknya menunjuk tepat di depan wajah Arav.
"Iya. I'm promise."
Hingga beberapa saat mereka saling terdiam menikmati suasana pantai dengan pikirannya masing-masing.
Arav menoleh hendak mengucapkan sesuatu namun ia urungkan. Namun Jasmine menyadarinya.
"Mau ngomong apa Rav? Jangan ditahan gitu. Tanya aja gue gapapa kok."
Arav terlihat salah tingkah kemudian berdehem. "Lo hm sama Gariel beneran udah selesai? Maaf nih kalo pertanyaan gue sedikit gak enak buat lo."
Jasmine menoleh. "Seperti yang lo liat. Gue sama dia udah pisah." Jasmine terlihat memaksakan senyumnya lalu menghela nafas berat.
Arav diam beberapa saat. "Jadi.. kalo gue deket gini sama lo gabakal ada yang marah kan." Sial, kalo gini caranya bukannya gue keliatan agresif ya, batin Arav.
"Santai aja kali Rav. Gue udah free kok kecuali kalo lo macem-macem sama gue, ya harus siap kena tonjok abang gue sih." Jasmine tertawa lepas dihadapan Arav.
Arav ikut tertawa. "Siap kalo gitu. Gue pasti jagain lo kok tenang aja."
Jantung Jasmine berdetak tak karuan tersipu malu. Namun Jasmine harus tetap terlihat santai walaupun dirinya terbawa perasaan.
"Pulang yuk. Nanti abang gue nyariin kalo lama disini." Ucap Jasmine seraya berdiri membersihkan sisa pasir yang menempel di roknya.
Arav mengangguk, menatap Jasmine beberapa detik kemudian berdiri melakukan hal yang sama.
"Yuk."
***
"Makasih Rav. Hati-hati dijalan!" Ujar Jasmine melambaikan tangannya kepada Arav yang berada di dalam mobil. Tak lupa wajahnya yang berseri-seri.
"Sama-sama. Gue duluan Je." Arav tersenyum singkat kemudian melajukan mobilnya keluar dari perumahan Jasmine.
Jasmine masuk ke halaman rumah. Mobil Jason sudah terparkir digarasi yang artinya abangnya itu sudah lebih dulu pulang dibanding dirinya.
"Bang! Alen pulang." Teriak Jasmine ketika memasuki rumah. Namun tak ada sahutan dari Jason. Entah dimana Jasmine tak mempermasalahkannya.
Ketika hendak pergi ke dapur, matanya tak sengaja melihat sebuah kotak yang lumayan besar di atas meja.
Jasmine mengerutkan dahinya menerka-nerka isi kotak tersebut. Tidak ada identitas apapun disana. Hanya sebuah kotak berwarna hitam dengan pita berwarna emas.
Karena penasaran Jasmine membuka kotak misterius itu. Dan isi dalam kotak membuat Jasmine semakin mengerutkan dahinya bingung. "Boneka?" Ucapnya bertanya dalam hati.
Jasmine menerka-nerka siapa yang mengirim boneka tersebut. Apakah dari Gariel mantannya?
Jasmine buru-buru menggelengkan kepalanya."Ngapain sih gue mikirin dia amit-amit." Gerutu Jasmine kesal bisa-bisanya ia berpikir boneka itu pemberian Gariel, namun mungkin saja dugaannga benar kan.
"So misterius banget sih yang ngirim ini." Tambahnya lagi.
"Apa itu dek?" Jason tiba-tiba saja duduk disamping Jasmine.
"Anj — eh abang! Ngagetin aja tau." Hampir saja ia mengumpat di depan abangnya. Bisa-bisa habis sudah Jasmine mendapat ceramahan panjang.
"Ngomong tuh dijaga." Ucap Jason menyentil bibir Jasmine pelan. Jasmine hanya cengengesan menanggapinya.
"Ini dari siapa sih bang?" Tanya Jasmine seraya menyodorkan boneka beruang ke hadapan Jason.
Jason mengendikkan bahunya acuh seraya menyalakan televisi. "Gak tahu, tadi ada kurir yang nganterin kesini."
"Aneh banget deh ah, tapi lucu juga bonekanya." Jasmine memeluk boneka beruang dengan erat.
"Lumayan dapet boneka buat nemenin kamu tidur kan." Ujar Jason, matanya fokus menatap layar televisi di depannya.
"Iya sih — eh ada suratnya bang." Ternyata ada sebuah surat kecil menempel dibelakang boneka beruang itu.
"Bacain dek."
"Ekhem... "Hai Je. Simpen bonekanya baik-baik ya! Kalo lo sedih boneka itu bakal nemenin lo disaat gue gak ada buat lo. I hope u like it, love."
Jasmine semakin dibuat bingung oleh si pengirim kotak misterius itu. Pikirannya lagi-lagi tertuju pada Gariel. Siapa lagi kan? Hanya Gariel yang dekat dengannya, dulu.
"Gariel?" Tanya Jason pada Jasmine.
"I don't know. Bisa aja orang lain kan. So misterius banget sih tu orang sumpah apa susahnya ngasih langsung." Gerutu Jasmine.
Jason terkekeh mengelus kepala Jasmine dengan sayang. "Udah lah cuma boneka doang, kalau yang ngirim macem-macem baru kita harus waspada."
"Yaudah deh aku keatas dulu ya, mau mandi."
Ketika Jasmine akan beranjak dari tempat duduk, Jason menahan tangannya.
"Kemana dulu tadi sama si Arav sampe telat pulang?" Tatapan Jason menyelidik.
"Oh iya! Maaf ya tadi diajak ke pantai dulu sama dia, ngga macem-macem kok cuma duduk di pinggir pantai ngobrol sedikit." Ujar Jasmine dengan cengengesan.
Tatapan Jason masih menyelidik tak percaya.
"Yaampun abang! Alen serius tanya aja ke Arav langsung. Maaf ya lain kali kalo mendadak gitu alen chat abang." Jasmine menampilkan puppy eyes nya dengan memasang wajah imut.
"Yayaya — jangan diulang."
Jasmine tersenyum riang lalu mengecup pipi Jason singkat. "Yey thanks my bro, muach!"
♡♡♡
thank you!
| cover and photo by pinterest |Jangan lupa vote yaa buat dukung aku terus! Komen juga buat kritik dan sarannya <3
| Jangan bosen baca cerita ini ya! Pantengin terus sampe selesai | huhuuu akhirnya update lagi walaupun masih gak jelas ceritanya...
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY YOU (ON GOING)
Teen Fiction♡♡♡ "Gariel...." Panggil Jasmine dengan tatapan kecewanya. Gariel dan perempuan itu menoleh mendengar panggilan Jasmine. Perempuan yang bersama Gariel tampak terkejut dan melepas pelukan mereka. "Jasmine." Batin Gariel dalam hatinya. Tak kalah t...