3 | Sayang

1.6K 97 15
                                    

"Flo, titip batagor Pak Jaja satu ya. Gue lagi males ke kantin."

"Kenapa lo? Gak biasanya." Flo heran pasalnya Jasmine tak pernah mau diam di kelas selama istirahat berlangsung.

"Gue lagi gak enak badan aja Flo." Jasmine menghela nafas. Entahlah hari ini dia merasa sangat tidak bersemangat dan kepalanya pun terasa pusing.

"Lo sakit? Kalo sakit kenapa sekolah sih Je?" Tanya Flo khawatir. "Gue gapapa Flo. Cuma pusing dikit aja sih nanti juga sembuh. Beliin gue batagor aja plis sana."

"Lo yakin gue tinggal sendiri?" Pasalnya jika waktunya istirahat, semua siswa tidak ada yang berada di kelas.

"Iya Flo. Gue bukan anak kecil lagi ih sana sana."

"Yaudah deh, kalo pusing lo makin kerasa nanti gue anter pulang aja ya. Gue kantin sekalian nyamperin si sapi dulu." Flo berlalu keluar kelas. Jasmine memakai earphonenya mendengarkan musik. Dia menelungkupkan wajahnya dimeja. Pusing.

Di luar, Lintang sudah menunggu di depan kelasnya.
"Kok lo sendiri, Jeje mana?" Tanya Lintang ketika melihat Flo keluar kelas sendirian.

"Dia ada di kelas, gak enak badan katanya." Jawab Flo.

"Jeje sakit? Kok lo tinggalin sih? Kita temenin dia aja yuk gausah ke kantin." Raut wajah Lintang pun terlihat khawatir.

"Dia bilang gausah gue aja diusir nih disuruh beli batagor. Ayok kantin." Flo berjalan mendahului Lintang. Lintang mengekorinya di belakang.

Sedangkan suasana di kantin saat ini sedang ramai.

Gariel dan ketiga temannya keluar dari markas dan memilih duduk di bangku pojok kantin. Siswa lain menyebut bangku itu bangku keramat. Pasalnya pernah sekali ada dua orang siswa yang duduk di bangku itu langsung dapat bogeman dari Gariel. Dan hingga saat ini tak ada yang berani duduk disana.

"Abang tukang bakso mari-mari sini si ganteng mau beli.. Ahayyy Kang Jaka baksonya satu kaya biasa!" Teriak Jo kepada tukang bakso.

"Siap den Jo." Jawab Kang Jaka mengacungkan jempolnya. 

"Apa sih enaknya bakso, lebih enak batagor Mang Jaja kali." Sahut Dhika, ia paling tidak suka pada bakso. Entahlah aneh sekali Dhika ini. 

"Kok gue denger suara tapi gak ada orangnya sih. Lo denger juga gak Za, Riel?" Jo celingak-celinguk pura-pura tak tahu. 

"Sialan lo anak kadal!" Kesal Dhika melempar beberapa kuaci milik Faza kearah Jo.

"HAHAHA eits gak kena gak kena." Jo menggerakan badannya kesana kemari menghindari lemparan kuaci dari Dhika dengan tawa nya yang menggelegar.

"Anjing itu kuaci gue abis monyet! Maen ambil aja lo! Ganti ga!" Faza, si gila kuaci itu kesal. Sangat kesal. Pasalnya ia memang sangat menyukai kuaci. Jika sudah kesal seperti itu, seluruh penghuni kebun binatang akan ia sebut satu-satu. Image-nya sebagai wakil ketua osis yang berwibawa hilang sudah.

Kemudian ia menarik telinga Dhika dengan sekuat tenaga. "Ganti ga lo?! Itu kuaci kesayangan gue lo lempar-lempar! Ganti 3 bungkus!" Teriak Faza tanpa ampun.

"HAHAHAHAHAHA rasain lo Dhik!" Tawa Jo semakin menggelegar membuat seisi kantin menatap mereka. Sudah tidak aneh lagi memang semua siswa disana hampir setiap hari melihat kejadian seperti itu.

"Aduh aduh Za lepasin ini sakit telinga gue anjing! Iye iye gue ganti 3 bungkus!" Dhika meringis sakit. Tak main-main memang si Faza kalo masalah kuaci.

"Sana, cepet!" Faza melepas tarikan telinganya masih dengan wajah kesal.

Gariel terkekeh melihat kelakuan teman-temannya itu.

"Iya iya sabar dong bang ah merah nih telinga gue sialan." Gerutu Dhika lalu berjalan ke warung kecil yang ada di kantin.

"Gue pergi dulu." Ucap Gariel beranjak dari tempat duduk. Sedari tadi dia tidak melihat Jasmine. Gariel berniat mencari mantannya itu.

"Mau kemana lo bos? Makan dulu lah." Tanya Jo. Daritadi Gariel memang hanya diam saja memperhatikan teman-temannya.

"Nyari calon istri." Jawab Gariel.

"Siapa calon istri lo Gariel oi! Lo udah mau nikah heh sama siap- mmptt" Faza membekap mulut Jo dengan tangannya.

"Diem, cukup." Faza menatap tajam Jo kemudian melepas tangannya.

"SIALAN FAZA TANGAN LO BAU KUACI BANGSAT!" Jo kembali berteriak dengan kencangnya. Wajahnya terlihat sangat kesal.

Gariel berjalan meninggalkan kantin tak memperdulikan teriakan Jo. Di koridor Gariel berpapasan dengan Flo dan Lintang.

Gariel berdehem. "Alen kemana kok gak bareng kalian?" Tanya Gariel tanpa basa basi.

Flo memutar bola matanya malas. "Mau apa lo nyariin temen gue? Mau lo sakitin lagi hah?!" Flo berlalu dari hadapan Gariel dengan sengaja menyenggol bahu Gariel.

Flo memang sudah sangat benci terhadap Gariel karena kelakuannya dulu. Dia tak terima sahabatnya diperlakukan seperti itu, dulu.

Hanya tinggal Lintang disana yang masih berdiri di hadapan Gariel. Dan ia juga sepupu Gariel. Mamanya merupakan adik Bundanya Gariel.

"Lintang, Alen dimana?"

"Kelas." Lintang menjawab dengan malas. Gariel bergegas menuju kelas Jasmine, namun tangannya ditahan oleh Lintang.

"Lo mau apa lagi sih Riel? Gausah muncul lagi di kehidupan Jasmine deh. Dia udah berusaha mati-matian lupain lo." Lintang menatap Gariel penuh dendam.

"Gue cuma mau perbaiki kesalahan gue sama dia." Tanpa memperdulikan Lintang, Gariel dengan tergesa-gesa berjalan menuju kelas Jasmine.

Sesampainya disana, Gariel melihat Jasmine tidur.
Dengan langkah perlahan, Gariel mendekati meja tempat Jasmine berada.

Gariel tertegun melihat wajah damai Jasmine ketika tidur. Sudah hampir dua bulan dia tak pernah lagi melihat Jasmine seperti sekarang.

"Cantik." Batin Gariel.

Gariel tak ingin mengganggu tidur Jasmine. Dia memilih duduk dikursi depan Jasmine. Tatapan matanya terus tertuju pada wajah cantik gadisnya.

Ah gadisnya.

Gariel merutuki kebodohannya. Bisa-bisanya ia menyia-nyiakan perempuan cantik dan tulus seperti Jasmine.

Terlihat pergerakan kecil dari Jasmine, namun ia masih tetap tidur.

"Mama Papa Alen kangen." Lirih Jasmine dalam tidurnya. Air mata jatuh ke pipinya. Jasmine menangis dalam tidurnya.

Gariel merasa hatinya sakit melihat Jasmine seperti itu. Gariel tahu segala hal tentang Jasmine. Gariel mengusap air mata di pipi Jasmine. Ternyata hal tersebut membuat Jasmine terbangun dan terkejut ketika melihat Gariel dihadapannya.

"L-lo ngapain disini?" Tanya Jasmine kaget sambil melepas earphone di telinganya. Namun kemudian ekspresi wajahnya terlihat datar.

"Gue cuma pengen ketemu lo, Al." Ucap Gariel dengan senyum hangatnya.

"Pintu keluar ada disana. Lo bisa keluar sekarang." Jasmine memalingkan wajahnya tak ingin melihat Gariel. Gariel yang melihat Jasmine seperti itu hanya bisa menghela nafas.

"Gue pergi. Jangan lupa makan. Jaga kesehatan. Gue sayang lo Alen." Gariel mengusap kepala Jasmine lalu pergi dari sana.

Setelah kepergian Gariel. Jasmine termenung memikirkan kalimat terakhir yang diucapkan Gariel.

"Gue sayang lo Alen."
"Gue sayang lo Alen."
"Gue sayang lo Alen."

Kalimat itu terus berputar-putar di kepalanya.

Tak terasa air matanya jatuh kembali.

♡♡♡

thank you!
| cover and photo by pinterest |

ONLY YOU (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang