07: percakapan keduanya yang alot

546 105 34
                                    

Kurang dari 5 jam lagi, Seonghwa sudah harus siap ke bandara, tetapi dia belum memasukan selembar pakaian pun ke dalam tasnya. Bukan hanya karena bingung harus memasukkan pakaian model yang tidak membuatnya mendengarkan omelan Hongjoong, tetapi juga karena Seonghwa tidak mau pergi. Namun, kalau Seonghwa tidak mulai berkemas dan mencoba membatalkan tidak akan menghasilkan apa pun. Karena pasti Hongjoong memutuskan menghampirinya dan memilih sendiri pakaian yang sepantasnya Seonghwa pakai dan membuang semua pakaian yang membuatnya nyaman.

Meski semua orang bilang pakaian yang membuatnya nyaman itu sudah lusuh.

"Aaaa...," Seonghwa menggerutu, "Aku tidak mau pergi."

Setelah menunda-nunda, satu jam sebelum supir Hongjoong menjemput Seonghwa, akhirnya dia memilih pakaian yang akan digunakannya dengan malas-malasan. Pakaian bermerek yang kebanyakan bukanlah gayanya, tetapi ada di walking closet-nya karena Om-nya yang membelikan. Seonghwa paling tidak suka kalau terlihat dia seperti orang yang memiliki uang, karena selama ini sudah melihat sendiri kalau dia bersikap tidak punya uang maka akan diabaikan. Begitu menyadari bahwa Seonghwa setara atau malah kedudukannya di atas mereka, sikapnya mendadak berubah dan itu seujurnya mengerikan.

Kenapa uang bisa semengerikan itu?

Seonghwa menghela napas saat melihat nomor yang disimpannya sebagai nomor telpon supir Hongjoong. Mengangkat telepon dan tersenyum, mencoba menyakinkan diri sendiri bahwa ini tidaklah seburuk pemikirannya.

"Selamat sore, Tuan Seonghwa. Saya supir Tuan Hongjoong dan sudah berada di bawah."

"Oh, saya akan segera ke bawah."

"Apa saya perlu menjemput untuk membawa barang bawaan Anda, Tuan Seonghwa?"

"Tidak ... tidak perlu. Saya ke bawah sekarang."

"Baik, Tuan Seonghwa."

Lagi, Seonghwa menghela napas. Dirinya sudah tidak bisa melarikan diri dan sekarang harus menghadapi orang yang selama setahun belakangan ini dihindarinya. Sebenarnya jika Seonghwa bisa jujur kepada Hongjoong, mungkin dirinya tidak akan merasa tersiksa seperti ini. Namun, Seonghwa selalu tidak tega dan merasa mau bagaimana pun, Hongjoong adalah sahabat satu-satunya yang berharga. Orang yang selalu bersamanya sejak kecil dan menemaninya di segala situasi. Rasanya tidak adil Seonghwa ingin mengakhiri pertemanan mereka hanya karena perkara pacar-pacarnya yang selalu berakhir menyukai Hongjoong.

Karena pada akhirnya, jika orang-orang itu benar mencintai Seonghwa, seharusnya tidak akan meninggalkannya.

Hongjoong hanya berada di tempat dan situasi yang salah.

"...Hwa, Seonghwa...," panggilan itu membuat Seonghwa mengerjapkan mata beberapa kali, lalu akhirnya menoleh. Melihat Hongjong yang berdiri di dekatnya dan bersedekap, "Kamu kenapa? Aku dari tadi manggil kamu, tapi gak noleh-noleh."

"Enggak apa-apa, kok."

"Hwa, aku udah pernah bilang belum kalau kamu pembohong yang payah?" Pernyataan Hongjoong itu hanya bisa membuat Seonghwa tersenyum. Tentu dia tidak perlu diberitahu untuk menyadari hal ini. "Kenapa? Apa Mingi marah sama kamu karena gak boleh ikutan dengan kita? Kalo iya, biar aku...."

Seonghwa buru-buru menyela. "Enggak kok. Aku hanya kepikiran sesuatu."

"Dan sesuatu itu adalah...?"

"ML." Seonghwa bisa melihat wajah Hongjoong yang berubah menjadi galak dan dia buru-buru menambahkan. "Ma-maksudku game ... game Mobile Legend. Iya, itu namanya!"

Padahal Seonghwa tidak memiliki aplikasinya dan tidak pernah mencari di internet ini tentang permainan apa. Namun, dari semua hal yang bisa Seonghwa jadikan alasan, perkataan San tentang game yang terlintas pertama kali di kepalanya dari semua hal yang bisa dijadikan alasan dirinya melamun.

Vermilion | SanhwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang