16: kita memang akan menjadi jahat dikehidupan seseorang

300 62 11
                                    

Seonghwa tahu, mengharapkan Hongjoong untuk tidak muncul dikehidupannya adalah hal yang mustahil. Namun, yang tidak Seonghwa harapkan adalah saat keluar kamar untuk ke kampus, dia melihat Hongjoong yang menatapnya dengan marah.

Bukankah seharusnya Seonghwa yang marah karena privasinya tidak dihargai oleh Hongjoong? Bahkan Seonghwa tidak ingat pernah memberikan kartu akses apartemennya kepada Hongjoong dan sekarang dia melihatnya berada di depannya.

"Apa menurutmu semua ini lucu?" tanya Hongjoong dan Seonghwa kebingungan karena tidak tahu hal yang dimaksud. "Apa menurutmu aku tidak diberitahukan hari wisudamu bertepatan dengan hari pernikahanku itu lucu?"

Kemudian melihat Hongjoong melengos dan mengusap wajahnya dengan kasar. Saat tatapan mereka bertemu, Seonghwa tahu bahwa hubungan pertemanannya dengan Hongjoong sudah berakhir dan sejujurnya itu menyakitkan.

Sebenarnya, sejak kapan mereka menjadi salah begini?

Sebenarnya, apa mereka akan terus saling menyakiti seperti ini?

Sebenarnya, mereka sebenarnya apa saat ini?

"Maaf...."

Namun, kemudian Seonghwa memutuskan untuk diam. Karena setelah mengatakan itu, Seonghwa marah kepada dirinya sendiri. Terlalu terbiasa untuk meminta maaf dan mengambil kesalahan yang bahkan sebenarnya Seonghwa tidah tahu apa yang dilakukannya kepada Hongjoong.

"Maaf untuk apa, Seonghwa?"

Kenapa Seonghwa yang harus meminta maaf, sementara dia yang selama ini terus disakiti oleh Hongjoong?

"Seonghwa, aku tanya apa...?"

"Apa kamu bisa pergi?" tanya Seonghwa dan memotong perkataan Hongjoong. Membuat Seonghwa mendapatkan tatapan marah dari Hongjoong, tetapi dia juga sudah lelah untuk semua hal yang terjadi. Bahkan untuk berpura-pura pun, Seonghwa sudah tidak sanggup. "Atau aku saja yang pergi. Semoga harimu menyenangkan, Hongjoong."

Seonghwa berjalan melewati Hongjoong, meski sebenarnya dia berharap ada jalan lainnya di apartemen ini untuk membuatnya bisa keluar. Namun, baru beberapa langkah, sebelah tangannya ditarik dan membuat Seonghwa dipaksa untuk berbalik. Bohong kalau cengraman Hongjoong tidak terasa sakit, tetapi untuk kali ini Seonghwa menahan diri untuk tidak meringis, menandakan dirinya kesakitan.

Karena untuk apa Seonghwa menyuarakannya jika Hongjoong nyatanya terus mengulangnya? Menyakiti Seonghwa berulang kali dan saat tatapan keduanya kembali bertemu, dia menarik tangannya dari Hongjoong.

"Berhenti menemuiku, Hongjoong." Pada akhirnya Seonghwa bisa mengatakan hal ini. "Kamu sudah menikah, jadi tolong hargai dia. Aku tidak mau ada salah paham, karena hidupku sudah cukup menyakitkan." Seonghwa mengusap pergelangan tangannya dan meski ekspresi Hongjoong marah, tetapi entah kenapa tatapannya seperti panik. "Selama kita berteman, aku tidak pernah meminta apa pun kepadamu. Jadi untuk kali ini saja, apa kamu bisa membantuku untuk mewujudkannya?"

"Seonghwa, apa maksudmu mengatakan itu?!"

"Seperti kataku, Hongjoong. Berhenti menemuiku."

"Kamu pikir permintaanmu itu apa masuk akal bagiku?" tanya Hongjoong dengan nada tinggi. "Kamu pikir setelah semua yang kita lalui selama ini, apa aku akan bisa melakukannya?"

"Lalu, apakah aku yang harus pergi dari hidupmu?"

"Seonghwa!"

Seonghwa tidak mengatakan apa pun dan menatap Hongjoong tanpa ekspresi. Sebenarnya, Seonghwa tidak tahu apa yang dirasakannya saat ini, tetapi kali ini dia tahu tidak akan ada jalan kembali. Namun, kalau pun ada, Seonghwa tidak akan mau kembali.

Vermilion | SanhwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang