17: dia yang memutuskan menghilang dan dirinya yang keras kepala mencarinya

334 56 11
                                    

"Bang, napa deh mukanya kayak nungguin ada yang cariin?" tanya Jongho yang membuat San mendelik.

"Gue gak gitu!"

Yeosang yang mendengar jawaban San, menoyor kepala lelaki itu sembari berkata, "Santai aja jawabnya, bro."

San berdecak dan mendelik ke arah Yeosang. Tentu yang mendapatkan tatapan tidak peduli dan Jongho tahu kalau dia tidak berinisiatif untuk memisahkan keduanya, pasti akan berakhir dengan perdebatan yang tidak perlu.

Namun, belum sempat Jongho mengatakan sesuatu, San tiba-tiba berdiri dari kursinya dan pergi. Yeosang mendengkus, merasa sikap San terlalu dramatis, sementara Jongho merasa berada di posisi serba salah. Di satu sisi, Jongho merasa San beberapa hari ini lebih sensitif dari biasanya, tetapi di sisi lain juga penasaran alasan sikapnya yang seperti itu.

"Biarkan dia, Ho," suara Yeosang membuat Jongho menoleh ke arah lelaki yang lebih tua darinya itu, "meski sikapnya memang jauh lebih menjengkelkan dari hari biasanya, mari kita anggap dia sedang memiliki hari yang buruk."

"Memangnya sedang ada workload yang gila-gilaan?"

"Masih awal bulan, masih anteng."

"Gak dapat gactha Genshin kali ya?"

"Dia gamers, tapi gue rasa gak akan semenyedihkan itu juga kalo cuma urusan game."

Jongho memutuskan untuk diam. Bukan karena rasa penasarannya telah terjawab, tetapi menyakini kalau San akan bercerita jika ingin suatu saat nanti. Meski sejujurnya rasa penasarannya saat ini benar-benar bisa membunuh Jongho.

Sementara itu, San sudah berada di taman yang ada di area kantor. Sejujurnya dengan cuaca panas ibukota, lebih baik kalau San berada di lobi kantornya atau duduk di area kantin daripada berada di sini. Hanya saja, San merasa lebih baik berada di sini daripada kemungkinan untuk bertemu dengan orang yang tidak diharapkannya begitu tinggi.

Siapa lagi kalau bukan Hongjoong.

"Seonghwa...," panggil San yang berusaha untuk tidak terdengar kesal atau marah karena selama beberapa hari ini diabaikan, "aku harus nunggu berapa lama lagi sampai kamu ngomong?"

"Aku ... kamu?"

San berdecak karena Seonghwa justru fokus kepada hal yang tidak perlu seperti rujukan kepada satu sama lainnya. "Apa itu sekarang penting?"

"Aneh mendengar San mengatakannya."

"Sesama orang aneh, jangan saling berkomentar."

"Huh?"

San seharusnya sekarang merasa kesal karena Seonghwa yang membuatnya menjadi tidak seperti diri sendiri yang biasanya. Namun, sialnya bibir San membentuk senyuman karena membayangkan Seonghwa yang memasang eskpresi kebungungan, tatapan matanya yang bergerak panik selama beberapa saat lalu mengerjapkan mata beberapa kali dengan cepat karena mencoba memproses apa yang barusan didengarnya.

Sial.

San benci kepalanya yang sudah membuat projeksi yang tidak diminta tentang Seonghwa. Padahal mereka baru mengenal satu sama lain dan San merasa dia bahkan lebih memberikan usaha untuk bersama Seonghwa daripada selama ini bersama dengan Wooyoung. Ada banyak kemungkinan dan San tidak mau memikirkannya, karena itu adalah area asing yang tidak ingin dimasukinya.

"San ... apa masih di sana?" tanya Seonghwa yang terdengar ragu-ragu membuat San menghela napas. Meski bukan berarti San tidak tersenyum karena mendengar suara Seonghwa sekarang. "Maaf ... kalau aku mengganggumu."

"Jangan meminta maaf untuk hal-hal yang bukan menjadi tanggung jawabmu."

"Tapi...."

San tidak mengatakan apa-apa dan Seonghwa juga tidak menyelesaikan perkataannya. Mereka kembali diam, sampai San mendengar suara pengumuman yang membuat matanya membesar.

Vermilion | SanhwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang