Dua hari belakangan, Seonghwa kembali mimpi buruk setelah sekian lama tidurnya tidak memiliki mimpi. Sebenarnya kalau yang dimimpikannya hanyalah mimpi, Seonghwa bisa mengabaikannya. Namun, kalau mimpi itu adalah pengulangan momen yang nyata terjadi di depan matanya antara Yunho dan Hongjoong, tentu Seonghwa tidak bisa tidak berakhir tertekan.
"Haah, ini gila."
Seonghwa menangkupkan wajahnya dan kemudian mengacak rambutnya dengan frustrasi. Di luar masih gelap dan kamarnya juga hanya diterangi lampu dari nakas. Tentu tidaklah cukup untuk menerangi kamarnya dan Seonghwa kembali menghela napas.
Bukankah ini lucu? Orang yang dulu dianggap Seonghwa sebagai yang berharga, sekarang dianggap sebagai mimpi buruknya.
Mungkin keadaan mental Seonghwa sudah semakin buruk, tetapi dia yang berkeras bahwa semuanya baik-baik saja. Selama ini Seonghwa cukup pintar menyembunyikan semua itu dari semua orang, meski sejujurnya semakin hari pemikirannya semakin mencekiknya. Saat Seonghwa bisa lepas dari obatnya adalah saat memutuskan untuk keluar dari kantor dan berkuliah kembali. Mengambil jarak dari Hongjoong dan ternyata, itu membuat keadaannya menjadi lebih baik.
Namun, sekarang Seonghwa merasa perlahan kembali melangkah ke masa-masa tergelapnya itu. Mengingat hal itu membuat Seonghwa memejamkan matanya lebih erat dari yang diniatkannya, mencoba mengatur pemikirannya. Mengatur pola napasnya untuk menenangkan pikiran Seonghwa, karena jika dia tidak tenang maka pada akhirnya 18 bulan terlepas dari obat akan menjadi sia-sia.
Membunuh dirinya tentu mudah, tetapi Seonghwa tidak mau melakukannya. Tidak sebelum membuat keluarga dari Adik Ayahnya menderita sebagai ganjaran karena membuat kedua orang tua Seonghwa meninggal saat usianya masih 5 tahun.
Seonghwa membuka matanya dan menatap ke arah jendela dengan tatapan kosong. Menatap tirai tipis putih yang tidak pernah Seonghwa tutup saat tidur, karena menurutnya tidak ada yang perlu disembunyikan. Tidak ada hal apa pun yang menguntungkan saat melihat Seonghwa di kamar, kecuali melihatnya tiba-tiba mengalami kejatuhan mental dan melihatnya histeris karena tiba-tiba semua hal dari masa lalunya muncul dikepalanya.
Membuat Seonghwa menyesal dan bertanya-tanya hal yang paling sia-sia. Bagaimana jika Seonghwa waktu itu memutuskan untuk mengambil pilihan yang lainnya?
Pada akhirnya, Seonghwa tidak kembali tidur dan mengambil ponselnya. Sejujurnya, dia masih tidak begitu paham cara menggunakannya meski sudah diajari oleh San dan Seonghwa masih mencari cara untuk mengembalikan uang yang digunakan untuk membelikannya ponsel yang dipegangnya. Karena Seonghwa baru tahu harganya saat salah satu pengawalnya, Kai, menanyainya apakah ponsel lamanya sudah tidak bisa diperbaiki dan akhirnya membeli barang baru sesuai dengan kondisi ekonominya yang sebenarnya.
Namun, untuk apa punya ponsel mahal kalau tidak ada yang bisa dihubungi?
Seonghwa tidak sudi menyimpan semua nomor anggota keluarga Adik Ayahnya. Tentu Seonghwa punya nomor Kai dan Sehun, tetapi tidak mungkin menceritakan hal-hal yang dialaminya karena mereka tidaklah sedekat itu dengannya. Tidak mungkin juga Seonghwa menghubungi Om Pengacara di jam yang tidak wajar seperti ini, meski bukan berarti tidak bisa dihubungi. Meski tampangnya lebih seperti tukang keluar masuk kelab malam yang membawa perempuan naik ranjang di hotel, kenyataannya Om Pengacara lebih banyak menghabiskan waktu di kantornya untuk mengurusi kasus hukum.
Tidak ada yang bisa Seonghwa hubungi karena nomor yang Seonghwa simpan hanyalah itu. Karena hanya 3 nomor yang Seonghwa bisa hafalkan di luar kepalanya.
Lalu matanya menemukan 1 kontak yang namanya membuat Seonghwa tanpa sadar tersenyum. Mengetuk nomor itu, lalu jarinya tidak sengaja menekan ikon yang membuatnya berakhir di ruang aplikasi pesan. Seharusnya, Seonghwa langsung mengeluarkannya dan bukan terdiam cukup lama untuk menatap ruang pesan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vermilion | Sanhwa
أدب الهواةIni tentang San yang berusaha untuk membenci Seonghwa, tetapi justru semakin terjatuh kepadanya. Ini tentang Seonghwa yang untuk kali ini saja, berharap bahwa seluruh pertaruhannya serta keegoisannya kepada San akan memberikan hasil yang baik. Atau...