i n t r o

1.1K 166 18
                                    

Orang-orang yang terlihat memiliki segalanya, sebenarnya tidak memiliki apa pun.

Kalimat itu cocok untuk menggambarkan kehidupan Seonghwa. Mungkin yang tahu sekilas tentang latar belakangnya, menganggap Seonghwa adalah manusia satu persen beruntung. Memiliki uang yang tidak terbatas, memiliki sahabat yang sama kayanya dengannya, memiliki pacar yang tampan dan sebentar lagi lulus menyandang gelar Magister Teknik Perminyakan.

Namun, apakah orang-orang tahu yang sebenarnya terjadi?

Uang yang tidak terbatas itu adalah sumber petaka bagi kehidupan Seonghwa, karena orang tuanya meninggal akibat dicelakakan oleh saudara ayahnya yang iri dengannya. Membuat Seonghwa tidak ingin mengurusi perusahaan ayahnya, tetapi sesekali harus menggertak agar saudara ayahnya itu becus dalam bekerja.

Sahabat yang sama kayanya dengan Seonghwa itu entah sejak kapan berubah menjadi orang terakhir yang ingin diingatnya. Mereka mungkin bersama sejak kecil dan berbagi segalanya, tetapi itulah sumber masalahnya. Karena apa pun milik Seonghwa akan berakhir selalu dimiliki oleh sahabatnya dan sejujurnya, itu memuakkan.

Pacar yang menurut orang-orang tampan itu nyatanya tidak mencintainya. Seonghwa bahkan bertanya-tanya, apakah dirinya sebenarnya dikutuk saat lahir untuk tidak merasakan cinta? Karena semua orang yang dicintainya selalu berakhir mencintai sahabatnya. Membuatnya hanya bisa tersenyum dan berkata mengerti, meski hatinya berdarah-darah karena tersakiti.

Gelar Magister Teknik Perminyakan yang Seonghwa sandang sebenarnya adalah caranya untuk melarikan diri dari radar sahabatnya. Seonghwa lelah menoleransi, dia ingin sendirian dan tidak tergapai oleh radar sahabatnya. Dia ingin menyibukkan diri sendiri dan melupakan rasa sakit hatinya, tetapi nyatanya tidak pernah semudah itu. Karena bahkan sudah berusaha untuk tidak tergapai, sahabatnya akan datang kepadanya dan akhirnya akan mengambil apa yang menjadi miliknya.

Seonghwa sebenarnya tidak punya apa-apa.

"Gue benci sama lo, Hwa." Perkataan lelaki itu membuat Seonghwa hanya bisa tersenyum. "Berhenti tersenyum kalau itu bukan yang ingin lo lakukan, Seonghwa!"

"Tidak apa-apa, San. Mendengar orang membenciku ternyata jauh lebih baik daripada katanya mencintaiku, tetapi berakhir meninggalkanku."

"Sumpah, lo aneh banget. Dimana-mana orang bakalan kesal atau sedih kalo dengar ada yang benci sama dirinya."

"Tapi bukankah sejak awal kita berdua memang aneh?" Seonghwa tersenyum dan menatap San. "San, aku tidak apa-apa kalau dibenci olehmu, tetapi aku minta tolong satu hal padamu."

"Apa?"

"Kalau sudah lelah melihatku, kasih tahu aku. Biar aku menghilang dari hidupmu."

San tidak pernah menjawab permintaan Seonghwa yang satu itu. Membuat Seonghwa yang tadinya sudah menyusun rencana kehidupan untuk pergi ke ujung Indonesia untuk memulai semuanya dari awal dalam sepi, melakukan pertaruhan kepada dirinya sendiri. Membuatnya memutuskan untuk tetap tinggal meski tahu kemungkinannya hanya ada satu kali sepuluh pangkat minus sembilan alias ketidak mungkinan untuk terjadi kepadanya.

Membuat San melewati batas bencinya kepada Seonghwa dan mencintainya.

Bertaruh atas segalanya yang tersisa di hatinya bahwa San tidak akan diambil oleh sahabatnya seperti semua pacar-pacarnya terdahulu karena lelaki itu bukanlah tipe yang mudah dicintai.

Karena pada penghujung hari, Seonghwa tidak membutuhkan hal-hal lainnya selain dicintai oleh seseorang dan tetap memilihnya sampai akhir.

Vermilion | SanhwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang