Soobin

3.8K 59 6
                                    


"Ugghh"


"Sakit kak?"



"Sedikit, tapi enak bun."


"Jangan terlalu diporsir kak. Kamu mau nikah loh bulan depan kalau tumbang gimana?"


Soobin mengangguk. Matanya tertutup menikmati pijatan yg diberikan bundanya.
"Iya bun.. udah tinggal ngerjain sisanya aja ko."

"Sshhh enak bun itu diurutnya."

"Gini?? Gak mau dikerok sekalian kak?" Jimin lebih sering memijat bagian pinggang bawah putra sulungnya. Sedikit menambah tenaga karena badan putranya 2x lebih besar, mirip seperti sang suami.

"Iya sshhh enak itu bun.. sakit, tapi enak klo dipijitin bunda"

"Junie lagi sibuk apa kak? Persiapan nikahan kalian gimana? Kalo butuh bantuan, bilang bunda. Dari awal kan bunda udah bilang biar orang tua aja yg ngurus kalian tinggal kasih tau mau tema apa. Biar gak terlalu repot kaliannya."


"Njun lagi nyelesain kerjaannya. Soalnya kan dia mau resign klo nikah nanti. Persiapan udah 50% bun, tinggal fitting baju sama undangan. Ahhh"


"Bunda kerokin aja deh ya, dari tadi dipijitin pinggangnya masih ngeringis aja." Saran Jimin. Dia sudah bersiap keluar kamar mengambil koin yg tadi dipakai putri bungsunya.


"Pinggang aja ya bun, gak usah semua." Pinta Soobin.


"Tergantung. Klo pinggangnya dikerokin gosong, ya semua bunda kerok."



Soobin cuma menghela napas. Melihat ibunya sudah keluar kamar.
Tidak lama, ibunya kembali membawa koin ditangannya. Dia tidak datang sendiri, ada gadis cantik dibelakang badan mungil ibunya.


"Kakak sakit juga?" Tanya si bontot duduk didekat kepala kakaknya.


"Cuma pegel-pegel, tapi bunda malah nyuruh dikerok sekalian." Jawab Soobin memanyunkan bibirnya.

"Kan bunda cuma mau ngerokin pinggangnya kak."

Jimin mulai menggerakkan koin dibagian pinggang Soobin. Baru 2x koin digerakkan, sudah terlihat warna gerah pekat.


"Sshhh sakit bun." Soobin meliukkan pinggangnya membuat kerokan Jimin kadang berhenti.


"Diem kak, merah ini loh!" Tangan Jimin yg nganggur, menahan punggung Soobin biar tetap diam.


"Ssshhh duhhh sshhh adduuhh sakiit bun~" Tangan Soobin mengerat, membentuk bulatan besra.


"Iya iya bunda urut dulu." Jimin menghentikan kerokannya. Kembali mengurut pinggang putranya.


"Aakkhhh aduuhh lebih sakit bunnn aaakkkkkhh udah udah.."

Bagaimana Soobin tidak teriak, kedua ibu jari Jimin menekan kuat pinggangnya, lalu diurut keatas masih dengan menekannya.

Jimin berhenti mengurut, kembali mengerok pinggang putranya yg baru terdapat satu garis merah gelap.

"Kamu diem dulu kak, bunda selesain kerokannya dulu nanti bunda urutin lagi."

Soobin diam saja, dia tidak menjawab karna sudah lemas. Soomin sebagai adik yg sayang kakak, mengelap keringat dikening kakaknya.

"Sshhh"


"Aahhh...sshh....aaduuhhhh"


"Mmhhhh sakitt...aakkkhhhh"


"Bun aakhhh udah belum sih aduuuhhh... gak selesai2 Sshhhh"


Our LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang