06

118 8 13
                                    

.

Nonton

.

Tadi pagi aku dapat telefon dari pacarku, katanya ia sudah membeli tiket nonton bioskop untuk 2 orang.

Lalu kemarin Fanny mengajakku juga, menonton anime yang baru ia temui. Judulnya Dororo, ia hanya mengajakku seorang karena teman mainnya (Alucard dan Harith) sibuk.

Granger pergi ke studio musik di tengah kota bersama Silvanna. Kakak kandungnya tengah melamar kerja. Semua sudah punya kegiatan masing-masing, namun Irithel mengacaukan janjiku kepada Fanny. Aku harus apa? Terima atau tolak? Ah, lebih baik ku bincangkan pada Fanny.

Aku melangkah ke kamar sebelah, mengetuk pintu Fanny dan masuk ke sana setelah dapat sahutan. "Ada apa Claude?"

"Irithel, dia mengajakku nonton."

Fanny yang sibuk dengan game-nya langsung tak konsen. Ia langsung AFK saat aku bilang begitu, lalu meletakkan ponselnya diatas nakas. Kami saling bersitatap beberapa saat, "Bagaimana ini? Harus ku tolakkah ajakan Irithel?"

Gadis pirang itu memutus kontak mata dan membuang muka. Ia berkata padaku untuk menerima ajakan Irithel, namun rasanya seperti ada yang mengganjal di hati. Lihat, dia sedih sekarang.

"Tak perlu pikirkan aku. Irithel itu pacarmu loh, nanti dia minta putus kalau tahu alasanmu absen menemaninya."

"Tapi kan aku sudah janji sama kamu, Fan."

"Santai saja. Sudahlah, cepat kabari Irithel, kasihan dia menunggu."

"Yang benar? Kamu baik-baik saja nanti?"

"Iya! Sudah sana! Mengesalkan sekali."

Anak itu ya, aku lagi khawatir malah dicemooh. Hatiku mencelos namun masih ada rasa sayang-sebagai teman-padanya. Kalau begitu yasudah, aku akan bersiap-siap dan pergi ke rumah Irithel. Walau masih ada keganjilan di lubuk hatiku.

Aku berjalan keluar cafe ditemani Fanny, lalu berpamitan padanya. Aku dengan langkah berat menuju ke rumah Irithel yang tak terlalu jauh dari Moniyan Cafe.

Aku sengaja pergi lebih cepat agar acara kencannya cepat juga selesai. Gadis itu kali ini menguncir seluruh rambutnya rendah-rendah, ia memakai Hoodie dengan warna senada sama seperti Hoodie milikku, warna hitam.

Dasar, mengapa ia suka memakai baju yang mirip-mirip denganku? Ah, terserahlah. Aku ingin mengakhiri kencan tanpa makna ini secepatnya, Fanny sendirian di rumah.

"Ma-maaf lama menunggu. Ayo kita segera pergi, Claude. Nanti terlambat," katanya cemas. Siapa suruh telat. Sebagai balasan, aku mengangguk saja sembari menarik lengannya agar cepat keluar dari rumah.

"Nanti kita nonton film apa, Thel?" Tanyaku padanya. Ia tersenyum lebar, "Nonton filmnya Gusion Paxley! Dia main sama Lesley Vance loh, artis kesukaan kamu," jawabnya padaku.

"Film romantis ya?" Karena wanita ini lebih pendek dariku, aku memandang wajahnya ke bawah. "Romance-action. Kamu mau nonton?"

"Yah, asalkan bersamamu aku mau-mau saja."

Ku lihat pipinya bersemu manis dibawah terpaan cahaya mentari. Cukup menghibur. Mungkin aku lebih baik menonton film yang dibintangi Lesley daripada menonton anime dengan Fanny.

.
.

Lelaki itu menghilang dari tatapan Fanny. Gadis berkuncir yang sedang berdiri di halaman depan langsung menunduk tak semangat. Ia kembali masuk ke dalam cafe, menuju ruang keluarga dan masuk ke kamar.

Jemari mungilnya meraih ponsel dan membuka chatroom Miya, ia meminta gadis platina itu menemaninya menonton anime movie bergenre adventure nanti malam, pukul 8. Sekarang sudah pukul 4, Fanny tidak ada teman sama sekali, dia sendirian.

Miya
Kutebak, sekarang kamu sedang kesepian.

Ya, tepat sekali.

Miya
Ayo push rank. Kamu pakai Blade Dancer, aku pakai Moonlight Archer.

Ah, benar juga! Aku bosan.

Miya
Humm, bantu aku sampai mythic, butuh 2 bintang lagi.

Tenang, aku bantu sampai mythical glory, hehe:D

Miya
UwU baiklah, aku sudah on. Tinggal menunggumu

On the way.

Mereka berdua pun akhirnya bermain game online hingga tak kenal waktu. Jangan sampai saat Tigreal pulang nanti, kamarnya tidak rapi, bisa-bisa Fanny diseleding sampai mars.

Padahal lelaki itu sendiri yang membuat mood Fanny tambah hancur. Sebelum fajar menyingsing, kakak kandung Fanny itu telah melarikan diri bersama Natalia untuk mengurus pernikahan mereka tanpa berpamitan.

Iya, Fanny mengerti kalau mengurus pernikahan itu repot. Tapi apa tak bisa pamit terlebih dahulu? Untung saja ada Miya, setidaknya gadis itu tak benar-benar kesepian.

Pukul delapan malam Miya tiba membawa tas kecil berisi baju ganti, peralatan mandi dan perlengkapan ponsel. Fanny dengan suka cita menyambutnya di depan cafe.

"Aku menginap disini sampai hari Sabtu."

"Eh, boleh ya? Nanti Kak Estes dan Kak Karina khawatir loh."

"Tenang saja, Selena akan datang melihat keponakannya. Aku juga lelah mengurus anak Kak Estes dan Kak Karina. Nakal sekali seperti kamu."

"Apaa!? Aku beda jauh dengan Elena!"

"Fanny, kamu dan Elena itu sama-sama kekanakan. Sudah jangan membantah. Ayo ke kamar, katanya mau nonton."

Fanny mengangkat tas ransel Miya ke kamarnya lalu nonton Dororo bersama. Miya akan selalu berusaha ada untuk Fanny.

T
B
C

Ignorant PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang