15 || Snowdrop

4.6K 1.5K 158
                                    

Yoshi baru saja melangkahkan kakinya keluar dari pagar bangunan flat. Maniknya berpapasan dengan Jaehyuk yang tengah berjalan di ujung gang. Yoshi segera melambaikan tangannya ke arah pemuda tersebut. Jaehyuk pun melakukan hal yang sama. Namun, ntah kenapa senyum Jaehyuk menghantarkan deja vu. Yoshi merasa tak asing.

"Aku bawa kentang manis yang masih hangat!" Teriak Jaehyuk dari jauh. Ia cukup yakin cara untuk menyenangkan Yoshinori hanyalah dengan makanan.

Tiba-tiba, ingatan masa lalu merasuki otak Yoshi. Dia menurunkan tangannya karena degup jantung tak memberikannya toleransi. Ia terdiam selagi Jaehyuk berjalan ke arahnya.

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Yoshi bukan sengaja bertemu Jihoon, Jaehyuk dan Doyoung. Bisa dibilang, keadaan rumit inilah yang mempertemukan mereka. Ntah Yoshi harus bersyukur atau tidak, yang jelas dia senang bertemu dengan tiga orang tersebut. Dengan begitu, Yoshi jadi yakin—bahwa orang baik masih ada di dunia ini. Setidaknya dari segi kepercayaan Yoshi sendiri.

Sebelum ayahnya dibunuh oleh tentara sekutu karena berkhianat, Yoshi ingat satu hal yang beliau pesankan pada sang anak. Hanya satu ungkapan pendek untuk tidak mempercayai siapapun. Kala itu, Yoshi ingin marah mendengarnya. Bagaimana Yoshi bisa bertahan hidup di luar sini hanya berbekalkan kalimat wasiat tersebut?

Yoshi tidak sepintar itu untuk menilai siapa yang jahat dan siapa yang baik. Namun, Yoshi percaya bahwa Jihoon, Jaehyuk dan Doyoung tak memiliki tujuan tertentu terhadapnya. Mungkin karena mereka berada pada posisi krusial yang serupa. Kepercayaan Yoshi luluh, karena sepotong kentang manis yang mereka berikan ketika menemukan Yoshi dalam keadaan hampir mati karena gizi yang buruk di cuaca yang amat dingin.

Setelah itu, sekian hari mereka melalui banyak waktu bersama. Tak ada hal berarti yang terjadi selain ancaman yang berada dimana-mana. Mungkin karena pada waktu itu, Yoshi tak mengerti makna kata 'berarti' yang sesungguhnya. Yoshi merasakan bahwa setiap detiknya berharga ketika keadaan membuat mereka terpisah. Yoshi baru tau, bahwa bertahan hidup bersama itu juga salah satu hal paling mengesankan yang terjadi dalam hidupnya.

Petang menjemput malam untuk yang kelima kali. Selama itu, Jihoon dan Doyoung yang berkata akan membawakan makanan tidak kembali lagi. Artinya sudah lima hari Jaehyuk dan Yoshi hanya menunggu kedatangan mereka di bawah pohon kering. Salju berjatuhan menimpa ubun-ubun kepala. Bantalan lembab tempat bersimpuh itu tentunya tak begitu nyaman. Tak perlu menjabarkan apa yang terjadi, Yoshi sudah paham bahwa semesta mungkin telah merengut kedua temannya pergi.

Yoshi, hampir saja putus asa. Tubuhnya sudah di serang demam sejak beberapa hari lalu. Daya tahan tubuhnya tak pernah bagus. Dia mungkin akan tumbang sebentar lagi. Ia pikir, ini saatnya untuk menyerah. Tapi Jaehyuk kemudian menyelipkan bunga snowdrop dengan kelopak putih yang ia cabut dari sisi tepi sungai kering.

"Bunga ini tumbuh ketika musim akan berganti. Kau tau artinya?" Jaehyuk mengerling sambil tersenyum.

Yoshi hanya menggeleng pelan.

"Harapan baru. Musim dingin akan segera berakhir," ujar Jaehyuk lagi.

Waktu berlalu, musim dingin benar-benar berakhir. Tapi bunga di saku baju Yoshi sudah hampir mati. Jiwa Yoshi juga hampir padam tertelan oleh ketidakberdayaan tubuhnya sendiri. Bagaimanapun, ketika ia bertemu dengan Jaehyuk pertama kali, kondisinya sudah tak bagus. Yoshi sendiri tau bahwa ia tak akan bertahan lama dengan daya tahan tubuh rendah akibat kekurangan asupan makanan.

Tapi ia tak ingin Jaehyuk tertinggal sendiri. Pemuda Yoon itu sudah cukup terluka dengan tidak kembalinya Jihoon dan Doyoung. Setidaknya cukup sampai Jaehyuk bertemu orang baru lagi, maka Yoshi akan menyerah. Yoshi berdoa terus menerus sepanjang jalan. Dan hari ini, Tuhan mengabulkan itu dengan adanya Choi Hyunsuk.

birthdeath [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang