10 || What if

5.2K 1.6K 280
                                    

Hyunsuk menyukai dunia. Tapi mungkin dunia tak membalas rasa sukanya. Buktinya ia masih tak diijinkan menetap di badan bumi sebagai penduduk asli. Ia hanya menjalankan tugasnya disini, berbekal ketidaktahuan yang menganggunya selama bertahun-tahun. Meski begitu, Hyunsuk bersyukur ia masih bisa menyaksikan perputaran dunia—meski tak bisa menghirup udaranya.

Hyunsuk sudah lupa rasa mencekut di musim dingin, ataupun gerah pada musim panas. Ia lupa bagaimana aroma lembab pohon pada musim gugur, dan untuk apa semua orang mengadakan pesta pada musim semi. Hyunsuk melupakan itu semua karena dia bukan manusia lagi.

"Apa aku bahkan pernah jadi manusia?" Monolog Hyunsuk beriringan dengan langkah gontainya.

Berkelana sendirian sebagai pancabut nyawa sebenarnya tidak buruk. Hyunsuk sering berteriak jika dia frustasi dan tak ada satupun yang menganggapnya gila. Hyunsuk juga sering berjoget di tengah jalan jika dia mendengar musik. Itu tak membuatnya malu. Karena tidak ada yang bisa melihatnya dan mendengarnya. Tapi tetap saja, Hyunsuk merasa agak kesepian. Apalagi setelah tiga rekannya kini hidup sebagai manusia sementara.

Sepucuk kertas tiba-tiba muncul di tasnya. Itu adalah list nama yang harus segera ia bawa menuju alam baka besok hari. Hyunsuk berhenti di depan gang dan membuka surat tersebut. Membacanya satu persatu sambil berkeluh kesah karena isinya banyak sekali—sementara dia agak takut dengan hantu.

Bruak!

Hyunsuk terperanjat karena bunyi benda jatuh tak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan sedikit bergidik, Hyunsuk putar arah pelan menuju salah satu sisi gang. Ada tong sampah besar disana dengan lampu jalan yang berkedap-kedip. Tadinya Hyunsuk ingin lari karena ia pikir itu hantu, tapi tepat saat lampu jalan itu bertahan selama lima detik menerangi area bawah—Hyunsuk bisa tau itu Junkyu—temannya Jaehyuk.

Dia mendekat dan menilik secara intens. Sosok itu jatuh bersandar pada dinding. Matanya terpejam dan keringat bercucuran dari seluruh permukaan kulitnya.

"Kenapa dia tidur disini? Apa dia mabuk?" Hyunsuk mencoba mengendus. "Tapi dia tak bau alkohol."

"Jelas-jelas dia pingsan bodoh!"

Hyunsuk terkejut mendengar suara gadis itu dan kemudian sontak menoleh kebelakang. Ternyata disana ada Jihoon dan Ryan yangbdatang ntah darimana. Jihoon segera berlari dan mengecek Junkyu. Menepuk wajahnya beberapa kali dan mencoba membangunkan si Kim Junkyu. Tapi pemuda itu tak merespon.

"Ryan cari taxi, kita harus bawa dia ke rumah sakit," pinta Jihoon. Ryan mengangguk dan berlari keluar gang.

Hyunsuk masih dalam posisi yang sama sambil menatap Junkyu. Ntah kenapa dadanya sakit. Ia tak tau apa yang terjadi sampai ia tiba-tiba kalut. Jihoon yang tak sengaja melihat itu pun mengerutkan kening.

"Hyung, kau menangis?" Tanya Jihoon.

Hyunsuk baru menyadari itu dan dia pu mengelap air matanya dengan cepat.

"Kenapa aku menangis?" Tanya Hyunsuk tak mengerti.

"Kenapa malah tanya ak—"

"Jihoon, taxi-nya sudah datang!"

Jihoon tak melanjutkan pembicaraannya dan berlari sambil menggendong Junkyu di punggungnya. Meninggalkan Hyunsuk yang termanggu mempertanyakan apa yang sebenarnya baru saja ia alami. Kenapa dia menangis tanpa sebab?

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

"Hei, kenapa kita disini?" Tanya Asahi kepada Jaehyuk yang mengajaknya datang ke rumah Mashiho. Tapi mereka malah hanya berdiri di depan pagarnya saja.

birthdeath [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang