Ada satu pertanyaan populer dari makhluk bumi; mengapa kita semua terluka oleh masa lalu yang buruk? Bukankah mereka telah tertinggal dan tak akan datang menyapa kembali?
Kemudian kita semua menjawab dalam hati—masa lalu tak pernah pergi. dia hanya berganti tempat kedalam memori.
.
.
.Doyoung sebenarnya enggan melakukan hal-hal seperti ini. Tubuh manusianya bisa dibilang terlalu sulit bergerak—atau memang karena dia malas saja. Ia melenguh beberapa kali dengan pakaian petugas kebersihan.
Dan helaan napas penuh tekanan itu masih bisa ditangkap oleh rungu Yoshi yang sedang pura-pura mengepel. Pemuda bermata kucing tersebut hanya bisa maklum, Doyoung memang tak suka melakukan pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan banyak tenaga. Tapi apa boleh buat? Mereka harus menyamar.
Lagipula Hyunsuk ada-ada saja. Mereka berdua sama-sama tidak beres—pikir Yoshi. Ia takut Doyoung malah menyerah dan pulang untuk tidur sebentar lagi.
"Sudahlah, aku ngantuk!" Doyoung meletakkan sapunya sembarangan di dinding. Ia pun melepaskan masker putih yang tadi ia gunakan agar tak ada yang mengenali. "Disini yang ada hanya orang sakit. Untuk apa juga penguntit Jaehyuk membangun markas di rumah sakit. Hyunsuk hyung tak masuk akal."
"Apa yang kau lakukan?" Yoshi panik dan membekap Doyoung kembali dengan maskernya. "Kau mau dimarahi Hyunsuk hyung?"
Doyoung mengedikkan bahu. "Tak ada hal menyeramkan darinya."
Pemuda dengan wajah tak acuh itu berjalan pergi begitu saja sambil menguap. Mengabaikan kebingungan Yoshi di belakang sana. Karena sudah tak tau harus bagaimana, Yoshi akhirnya berlari menarik pakaian Doyoung untuk ikut bersamanya. Doyoung yang malas bergerak hanya mengikuti tubuhnya seiring tarikan Yoshi.
"Sebentar saja. Kita cari orang-orang yang mencurigakan seperti kata Hyunsuk," bujuk Yoshi.
"Ya terserah. Tapi aku tak mau menyapu lagi. Sial, aku lelah sekali," dengus Doyoung.
Andai Yoshi tau caranya marah.
Image polos sudah mendarah daging sampai dia benar-benar bodoh soal memarahi orang lain. Jadi dia hanya mengut-mangut saat Doyoung menyuarakan protesnya yang tak terlalu penting. Daripada itu, Yoshi lebih memilih untuk fokus pada tujuan mereka disini.
"Kalau begitu aku akan cari di sekitar sini sampai ke bawah, hyung cari ke atas," ujar Doyoung.
"Kenapa?"
"Aku malas naik tangga."
"Kan ada lift."
"Tetap malas." Doyoung beranjak tanpa persetujuan Yoshi dan mulai mencari ke sekitarnya.
∘₊✧──────✧₊∘
Jaehyuk yang sedang banyak pikiran tanpa sengaja memasukkan angka yang salah dari total pembelian. Ia yang bekerja sebagai tukang kasir di toko roti ini akhirnya diceramahi hampir setengah jam oleh paman pemiliknya. Tapi bukannya merenungkan kesalahannya, pria Yoon itu lebih fokus memikirkan siapa yang mengekori ia dan kakaknya tadi. Dan apakah mereka masih mengekori Jisung atau tidak.
Hampir menuju petang. Tak ada yang benar-benar berarti hari ini selain pertemuannya kembali dengan sang kakak. Jaehyuk menenteng keluar pakaian-pakaian yang ia beli di pasar. Berjalan gontai sembari menatap lamat cakrawala yang berhiaskan kapas putih.
Pikirannya berkecamuk. Lama kelamaan, ia tak memperhatikan langkah. Terlalu asyik bercokol dalam rumitnya permasalah di dalam benaknya. Semuanya tampak tak pernah usai dan Jaehyuk sudah seperempat muak.
KAMU SEDANG MEMBACA
birthdeath ✓
Fanfiction[Sudah Terbit] 𝐃𝐢𝐬𝐢𝐧𝐢𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐞𝐦𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧 𝐣𝐢𝐰𝐚, 𝐬𝐞𝐫𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐧𝐮𝐡 𝐭𝐚𝐰𝐚. *sebagian part sudah dihapus