Hampir setengah jam lebih Yoon Jaehyuk duduk bersimpuh sambil menyimak cerita yang dibeberkan ketiga orang aneh ini tepat di hadapannya. Beberapa kali Jaehyuk menahan napas karena tak mempercayai apa yang telah ia dengar.
"Jadi kalian adalah malaikat pencabut nyawa yang belum reinkarnasi, kemudian akan membantuku menghapus kutukan itu agar kalian bisa reinkarnasi?" Jaehyuk mencoba menyimpulkan apa yang ia dengar. Ketiga orang itu mengangguk. "Apa aku harus percaya itu?"
Yoshi berdecak. "Ayolah, kelahiranmu saja yang telah terencana sudah tak masuk akal kan?"
Benar juga. Berdasarkan cerita yang ia dengar—Jaehyuk hanya lahir demi keselamatan kakak pertamanya. Itu saja sudah tak masuk akal. Artinya dia memang harus mencoba untuk membuka pikiran dan mempercayai hal-hal semacam itu mulai dari sekarang.
"Tapi kenapa aku?" Tanya Jaehyuk.
Kalimat tanya tersebut sejatinya tak memiliki jawaban pasti. Bahkan Hyunsuk sang ketua tim pun tak tau mengapa misi mereka adalah Jaehyuk. Mungkin tuhan berharap ke-empatnya menemukan jawaban sendiri.
Jihoon mengedikkan bahu. "Mungkin karena kau anak baik. Tuhan ingin kami membantumu."
Jaehyuk menunjuk dirinya sendiri. "Aku anak baik?"
Doyoung mengangguk. "Hyung melakukan banyak hal untuk orang lain. Bahkan dalam perjalanan ke flat ini saja hyung sempat membantu bibi pemilik roti menyebarkan selebaran, memperbaiki pintu pria tua di flat bawah dan membantu seorang anak kecil mengenakan tali sepatu. Hyung melakukannya dengan tulus."
"Aku tidak se-tulus itu." Mata Jaehyuk menunduk sendu. Ia tak merasa melakukan itu dengan tulus. Ia hanya ingin menjadi baik. Ia pikir, barangkali jika ia berbuat baik—tuhan akan memberikannya kesempatan untuk hidup lebih lama dari yang telah di janjikan.
Mati diusia muda, akan sangat mengerikan. Jaehyuk hanya ingin tau, apa yang akan terjadi pada dunia ketika ia sudah tua nanti. Ia ingin merasakan bagaimana rasanya menikah, punya anak serta memiliki cucu-cucu yang lucu.
"Apa kalian benar-benar bisa membantuku?" Tanya Jaehyuk sambil menatap penuh harap. "Aku akan membayarnya dengan apapun."
Detik jam mengintruksi. Mereka saling bertatapan satu sama lainnya. Baru kali ini, Yoshi melihat wajah Jihoon agak serius dari biasanya. Ia menatap lekat Jaehyuk yang berada diantara dua pilihan bertolak belakang—ingin menyerah atau ingin tetap bertahan hidup.
"Kau tau Jaehyuk, aku sebenarnya tak berniat untuk reinkarnasi. Aku hanya ingin membantumu," ujar Jihoon jujur. "Aku menyaksikanmu lahir. Aku melihat semuanya. Ketika kau pertama kali bicara, pertama kali berjalan, bahkan pertama kali sekolah. Aku melihat itu semua sampai rasanya teramat akrab. Kau anak yang baik, hatiku tak tahan melihatmu diperlakukan tak adil oleh keluargamu sendiri."
Doyoung dan Yoshi terkagum-kagum dalam hati. Ternyata Park Jihoon bisa serius juga dalam mengatakan sesuatu. Selama ini ia hanya tau bersenang-senang.
Mendengar itu—untuk pertama kalinya Jaehyuk merasa sedikit berharga dari sebelumnya. Ia tak tau, ada makhluk yang menyaksikan segala usahanya untuk bertahan hidup. Ia pikir, semua itu telah lama terabaikan dan hanya omong kosong belaka. Bahkan orangtuanya pun tak peduli dengan proses pendewasaan yang ia lalui.
Malam yang terasa hangat untuk Jaehyuk adalah malam ini. Mereka bertiga tidur dilantai sementara Jaehyuk sama sekali tak bisa tidur di atas matrasnya. Pikirannya dipenuhi banyak cabang acak mengenai kehidupannya sendiri.
Jadi kehidupan sebelumnya benar-benar ada. Apakah disana ia juga anak yang ter-kutuk?
KAMU SEDANG MEMBACA
birthdeath ✓
Fiksi Penggemar[Sudah Terbit] 𝐃𝐢𝐬𝐢𝐧𝐢𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐞𝐦𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧 𝐣𝐢𝐰𝐚, 𝐬𝐞𝐫𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐧𝐮𝐡 𝐭𝐚𝐰𝐚. *sebagian part sudah dihapus