Jihoon yakin benar bahwa sosok yang keluar dari mobil barusan adalah orang yang sama dengan yang ia lihat pada album foto keluarga Jaehyuk. Dan sensasi sesak bercampur panik yang Jihoon rasakan pun sama dengan saat itu. Orang itu bukanlah orang yang berada di tengah barisan. Dari kumpulan pria berjubah tersebut dia berada di sisi kiri.
"Kau tak apa kan?" Tanya Hyunsuk yang heran melihat Jihoon jadi pendiam sesaat. Ia bahkan tak menyelesaikan pernyataan-pernyataan sok taunya.
Jihoon mengangguk dan melangkah pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Hyunsuk. Pergerakannya agak aneh. Hyunsuk memandang sekali lagi gerombolan orang berbaju putih tersebut. Pasti ada yang tak beres sampai Jihoon jadi seperti itu.
· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·
Jaehyuk sebenarnya enggan untuk datang kembali ke tempat ini. Tapi mungkin Jihoon sangat terburu-buru tadi membawa Junkyu—sampai ia tak menyadari bahwa ini adalah tempat yang paling Jaehyuk hindari. Rumah sakit milik keluarganya. Selalu ada hawa yang tak enak di tempat ini. Mau berapa kalipun Jaehyuk datang, ia selalu merasa tak nyaman.
Gerombolan orang berjubah putih memasuki pintu utama. Disambut oleh sekian pegawai serta karyawan rumah sakit dengan amat terhormat. Lantai marmer itu bahkan di sapu hingga berdecit hanya untuk dilalui oleh mereka. Semua orang mempersilahkan mereka lewat dengan tubuh membungkuk. Dan itu membuat Jaehyuk muak.
Manik itu tak sengaja bersitetap dengan mata tua yang sudah sedikit berkerut. Namun Jaehyuk cepat-cepat berdehem sambil mengalihkan diri dengan berbual pada Asahi, Mashiho dan juga Junkyu disana. Lagipula pria tua itu tak akan memberikan respon sekalipun Jaehyuk meneriakkan kata 'ayah' padanya saat ini.
"Junkyu hyung, kau masih bekerja disini sebagai cleaning service?" Tanya Jaehyuk.
Junkyu mengangguk polos. Tak ada di antara mereka yang tau bahwa Jaehyuk sebenarnya adalah anak dari seorang penerus rumah sakit ini. Jaehyuk sendiri benci mengakui hal tersebut jika mengingat apa perlakuan yang sudah ia terima.
"Berhenti saja," pinta Jaehyuk.
"Kau tau betapa sulitnya melamar pekerjaan disini meskipun hanya cleaning service?" Junkyu terlihat keberatan dengan permintaan yang menurutnya konyol tersebut.
"Berhenti saja. Di sini terlalu banyak kotoran." Jaehyuk berujar dengan sedikit sarkasme. Dan hal itu tentunya mengundang segudang kalimat Tanya dari teman-teman di hadapannya kini.
· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·
Seperti yang diketahui oleh orang-orang terdekatnya, Doyoung suka sekali tidur. Terlelap adalah hal paling nikmat sejauh penglihatannya sebagai manusia jadi-jadian. Tapi akhir-akhir ini, Doyoung sedikit takut untuk terbuai dalam alam mimpi. Sensasi yang mencekut it uterus berlangsung berulang kali tanpa peringatan. Mimpi buruk selalu datang padanya tiap kali ia menutup mata.
Dan kini mimpi itu jadi semakin jelas. Persis pada keadaan yang rumit berlatarkan penjajahan. Orang-orang dengan senapan, menghardik manusia pribumi, merampas hasil tanah menjadi milik mereka dan bahkan eksploitasi sumber daya besar-besaran. Semuanya terlalu mengerikan meski hanya bergelayut samar di otak milik Doyoung.
Yoshi pasti sedang cari makan jam segini. Doyoung sendirian di rumah dan dia mimpi buruk lagi. Ia pun segera menuju lemari pendingin lalu meneguk botol besar air mineral.
Kali ini apa yang Doyoung lihat dalam mimpinya membuatnya frustasi. Ia mendudukkan diri di sofa dengan otak yang masih senantiasa bekerja.
"Kenapa di dalam mimpi tersebut aku seperti dikejar oleh seseorang? Dan kenapa aku merasa pernah melihat orang itu sebelumnya?" Monolog Doyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
birthdeath ✓
Fanfiction[Sudah Terbit] 𝐃𝐢𝐬𝐢𝐧𝐢𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐞𝐦𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧 𝐣𝐢𝐰𝐚, 𝐬𝐞𝐫𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐧𝐮𝐡 𝐭𝐚𝐰𝐚. *sebagian part sudah dihapus