Yang Hyunsuk tau, ia kini sedikit terobsesi pada kenangan masa lalunya. Apa yang terjadi setelah Yoshi menitipkan Jaehyuk? Hyunsuk hanya ingat sepotong ingatan lain ketika ia meninggalkan Jaehyuk kepada Junkyu dan Asahi. Berkata pada keduanya untuk menjaga Jaehyuk dan tak membiarkannya terluka lagi.
Kebetulan, hari ini Asahi sedang bersama Junkyu di sebuah meja di halaman kampus. Biasanya mereka disitu untuk mengerjakan tugas atau mencocokkan materi. Tapi hari ini keduanya hanya duduk sembari memainkan ponsel masing-masing. Sungguh tidak menarik sekali untuk dilihat. Meja kayu di depan sana pun mungkin bosan karena tak dipakai sama sekali.
"Kenapa Jaehyuk tak masuk hari ini?" Tanya Junkyu dengan raut heran.
Asahi hanya mengedikkan bahunya. Pertanda bahwa ia pun tak tau menahu soal bolosnya Jaehyuk. Yah, meskipun Jaehyuk memang sering bolos tapi biasanya ia akan mengabari. Ntah itu kepada Mashiho, Asahi ataupun Junkyu. Tapi tidak dengan hari ini.
"Mungkin dia sedang mencari cara untuk hidup lebih lama," ujar Hyunsuk meskipun tau bahwa ia tak akan di dengar.
Junkyu mengusap tengkuknya. "Kenapa tiba-tiba aku merinding?"
Asahi mendecih. "Kupikir kau tak percaya hantu, hyung."
"Ya memang tidak. Itu hanya tipuan film," Junkyu berujar dengan raut sok taunya.
Kali ini, gantian Hyunsuk yang mendecih. "Coba saja kau jadi pencabut nyawa dan ditugaskan memburu sejumlah hantu per hari."
Hyunsuk tak lagi memiliki jantung, tapi tiba-tiba dia tersentak tanpa sebab. Seperti sedang dirasuki oleh sesuatu. Nyatanya, yang masuk ke dalam dirinya adalah satu lagi kepingan puzzle. Bagian terakhir yang seharusnya jadi jawaban atas pertanda titik koma di pergelangan tangan seorang Hyunsuk.
· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·
Dalam perjalanan menuju rumah gubuk itu kembali, Hyunsuk dan Jaehyuk harus berlari karena tak sengaja bersitetap dengan salah satu tentara Negara sebelah. Kaki sebelah kiri Jaehyuk di serang peluru karena menyelamatkan Hyunsuk yang jatuh terjerembab.
Kala itu, Hyunsuk bertanya—kenapa Jaehyuk tak lari saja dan meninggalkannya. Dan kemudian, Jaehyuk menjawab bahwa ia tak ingin kehilangan orang-orang lagi. Dia merasa bagai kutukan—dimana semua orang yang bersamanya meninggal satu-persatu. Jaehyuk tak ingin membenarkan bahwa keberadaannya adalah malapetaka.
Untungnya, mereka berhasil mencapai rumah gubuk itu. Meski Jaehyuk harus merintih sambil menyeret kaki kirinya yang terus mengucurkan banyak darah. Asahi dan Junkyu sudah menunggu di depan pintu. Mereka terlihat sangat lega atas kembalinya Hyunsuk. Pemuda Choi itu langsung memberikan rantang makanan.
"Siapa yang peduli pada makanan?" Ujar Junkyu mencoba untuk bersikap tegar. "Aku pikir hyung tidak akan kembali."
Hyunsuk gemas sendiri melihat Junkyu yang mirip anak kecil yang tidak ingin lepas dari ibunya.
"Tapi dia siapa?" Tanya Asahi kemudian lantas menunjuk Jaehyuk yang dirangkul oleh Hyunsuk.
Hyunsuk segera menurunkan Jaehyuk dan menyandarkannya di dinding rapuh tersebut. "Dia Jaehyuk. Dia membantuku mencuri makanan para tentara. Sekarang dia sepertinya sedikit sulit diajak bicara."
Hyunsuk merobek salah satu helai bajunya, kemudian mengganti ikatan di pergelangan kaki Jaehyuk yang masih saja mengucurkan darah. Asahi dan Junkyu sedikit meringis melihat luka tembak itu.
· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·
"Kau yang namanya Asahi?" Tanya Jaehyuk ketika ia mendapati Asahi memberikannya segelas air putih hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
birthdeath ✓
Fanfiction[Sudah Terbit] 𝐃𝐢𝐬𝐢𝐧𝐢𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐞𝐦𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧 𝐣𝐢𝐰𝐚, 𝐬𝐞𝐫𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐧𝐮𝐡 𝐭𝐚𝐰𝐚. *sebagian part sudah dihapus