4 || Dream

7.5K 2K 397
                                    

Beberapa mimpi tak datang hanya sebagai bunga tidur. Pesan-pesan dari sang pencipta terkadang juga ia selipkan lewat alam bawah sadar manusia.

.

.

.

"Kau bukan orang Korea?" Tanya Ryan masih pada si arwah tampan bernama Haruto itu.

Orang-orang disekitarnya mulai merasa heran akan perilaku janggal Ryan. Dan yang paling terpojokkan disini adalah Jaehyuk yang hanya bisa mengusap tengkuknya karena demi tuhan, ia sudah merinding berkali-kali. Ia tak pernah menyangka dirinya benar-benar dihadapkan dengan manusia yang bicara pada makhluk gaib.

"Apa itu penting, Son Ryan?" Ujar Haruto kemudian.

"Kau tau namaku." Kening Ryan berkerut karena ia menyadari sesuatu. "Kau bukan hantu baru, kan?"

"Ayolah, bicara padaku juga." Jaehyuk yang merasa takut sekaligus terabaikan pun akhirnya buka suara. Dalam hati ia merutuki keempat orang yang meninggalkannya bersama gadis aneh ini.

Ryan sampai lupa ada Jaehyuk disini. Hantu bernama Haruto itu jauh lebih menarik untuk dicari tau. Selain bisa melihat arwah, Ryan juga bahkan bisa melihat ambisi serta aura makhluk tak kasat mata tersebut. Dan aura Haruto itu terkesan seperti ledakan yang tertahan. Seakan-akan dia memiliki lebih dari satu jenis emosi.

"Kau benar-benar tak tau kau diikuti?" Ryan memandang Jaehyuk.

Pemuda Yoon itu menggeleng. "Bagaimana aku tau?"

Benar juga-pikir Ryan. Jaehyuk kan tidak sepertinya yang bisa melihat hantu. Gadis itu memesan minuman dan Jaehyuk lekas menutup laptopnya. Sepertinya, ini adalah obrolan serius. Jihoon bilang, gadis ini bisa membantunya mematahkan kutukan itu.

"Mau bicara santai?" Tanya Jaehyuk, pasalnya daritadi ia terus bicara formal. Dan itu cukup menganggunya lantaran Ryan terlihat lebih muda darinya.

"Kau tau umur asliku berapa?" Ryan dengan santai menyeruput kopinya. Jaehyuk tak menjawab dan menunggu Ryan mengatakannya sendiri. "Aku empat puluhan tahun."

Jantung Jaehyuk rasanya sempat berhenti sesaat. Haruto yang juga menyaksikan itu malah tak terkejut sama sekali. Menyadari itu, anggapan Ryan-bahwa bisa saja, Haruto sudah ada bahkan sejak sebelum Jaehyuk lahir-semakin kuat. Haruto, pasti berasal dari ketika Ryan masih belum bisa melihat hantu. Dilihat dari seragam sekolah yang kuno itu juga.

"Tapi, waktuku berhenti saat usia dua puluh tahun," sambung Ryan.

Jaehyuk pikir, ia dan jiwanya yang dijual sudah tak masuk akal. Sekarang ia malah dihadapkan dengan sejumlah fakta baru yang luar biasa tak logisnya. Bahwa ada tiga malaikat maut yang jadi manusia, gadis yang tak menua, serta arwah yang menempelinya. Jaehyuk rasa habis ini ia harus sering-sering mempercayai sesuatu yang gila dan berbau fantasi. Siapa yang tau jangan-jangan vampire serta warewolf itu benar-benar ada?

"Lalu, kau ingin apa dariku? Kata Jihoon, kita bisa saling menguntungkan." Jaehyuk langsung masuk kepada intinya.

Gadis itu masih berwajah datar. Ia memberikan jeda sejenak untuk membuka suara. "Aku seharusnya sudah mati dari lama sekali. Tapi, jam ini tak bergerak lagi."

Ryan menunjuk arloji di pergelangan tangannya yang mati. Barangkali, benda itu adalah penanda bahwa waktunya telah membeku.

"Siapapun yang bisa membuat jam ini bergerak lagi, bisa mendapatkan jatah usiaku," jelas Ryan.

Jaehyuk kesulitan untuk mencerna perkataan gadis itu. "Intinya, jika aku berhasil-aku bisa mengambil jatah hidupmu?"

Gadis itu mengangguk yakin. "Tepat sekali."

birthdeath [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang