1 || Stranger

12.9K 2.5K 735
                                    

Dua pasang tungkai pun kadang tak tau mengapa ia masih berpijak. Barangkali sekedar mengirim pesan pada bumi—bahwa mereka masih sanggup dan akan selalu baik-baik saja.

.

.

.

Yoon Jaehyuk tak pernah suka hidupnya. Ia bahkan lupa kapan terakhir kali ia bersyukur karena masih bernapas. Dia hanya belum bisa menyerah. Sekalipun cahaya pagi tengah menatapnya penuh iba dan tak sungkan menyinari wajah penuh keputus-asaan tersebut. Biasan mentari sudah ribuan kali membantu Jaehyuk agar ia segera bangun dari posisi dan segera menghadapi sesuatu yang disebut realita.

Hidup selalu berjalan secara monoton. Bangun di pagi hari, kemudian kuliah, lalu bekerja paruh waktu, pulang dan tidur lagi. Mau bosan juga tidak bisa, karena itu sebuah keharusan. Jaehyuk hanya perlu bertahan hidup dengan baik. Bahagia tidak terlalu dibutuhkan. Jaehyuk kehilangan minat untuk mencari apa itu bahagia yang sesungguhnya.

Setelah usai mandi dan berpakaian, ia berdiri memandang pintu. Di luar sana, topeng harus dipasang kembali. Orang-orang tak boleh tau segala neraka yang mendekam dalam darah dagingnya. Jaehyuk pikir, untuk terlihat normal, ia harus melapisi diri dengan kebahagiaan yang palsu.

Ia pun lantas membuka knop pintu untuk menemui dunia luar—yang menurutnya adalah panggung. Dia dan manusia lainnya adalah pemeran sandiwara yang ceritanya tak tau akan berakhir kapan.

Namun hidup adalah teka-teki. Sama seperti bagaimana manusia tak mampu mengukur kedalaman laut—manusia pun tak punya kuasa untuk menyelami masa depan. Itu urusan tuhan. Apa yang harus dilakukan manusia hanyalah menerima.

Seperti pagi ini—Jaehyuk menemukan kejutan baru.

Pemuda Yoon itu hampir terkena serangan jantung—kala menangkap tiga presensi manusia yang berdiri di-depan pintu flat-nya.

"Si-siapa kalian?" Tanya Jaehyuk. Sebelah tangannya masih senantiasa mengelus dada-nya usai kaget tadi.

Salah satu yang bersurai coklat gelap tersenyum. "Hai Yoon Jaehyuk. Aku Yoshi."

"Yo-Yoshi?" Ulang Jaehyuk. Nama yang aneh dan asing.

Pemuda berwajah ramah itu mengangguk. Ia sangat penuh dengan aura positif dan hangat. Jaehyuk membatin—bertanya-tanya bagaimana orang itu tau namanya. Ia yakin tak pernah bertemu salah satu diantara mereka sepanjang hidupnya.

Seorang lagi dengan surai merah gelap mendekat dan menilik Jaehyuk secara lekat. "Kau benar-benar bisa lihat kami?"

Jaehyuk menelan ludah dan mengangguk pelan.

Pemuda itu tersenyum lebar dan menjabat tangan Jaehyuk dengan penuh semangat. "Senang bertemu denganmu, aku Jihoon."

Ia mulai meloncat-loncat kegirangan. Jaehyuk mulai menduga, sepertinya orang bernama Jihoon ini adalah manusia yang hiperaktif.

Seorang lagi melambai dari jauh. "Aku Doyoung."

Bagian paling menyebalkannya; Jaehyuk merasa paling bodoh sendiri di sini karena tak memahami apapun. Ia mencoba mengembalikan fokusnya dan menarik tangannya dari tangan Jihoon sambil mengambil langkah mundur.

"Se-sebentar. Situasi macam apa ini? Kalian siapa? Kenapa berdiri didepan flat-ku dan bagaimana kalian tau namaku?" Ujar Jaehyuk dengan sedikit gelagapan.

Ketiga orang itu saling berpandangan. Seperti tak tau harus menjelaskan dari mana. Jihoon tampak berpikir demi mencari alasan. Dan lagi, ini bukan situasi yang tepat untuk bertukar cakap mengenai hal diluar akal. Mereka butuh suasana yang kondusif.

birthdeath ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang