37. through the hands

4.6K 749 149
                                    

Percaya nggak, diantara tiga bersaudara, yang paling berambisi itu Hyunjin?

Jeno suka dibilang ambis, padahal dia biasa-biasa aja, cuma udah nemu titik serunya belajar dan dia pikir belajar itu kebaikannya. Sunwoo juga dibilang ambis kalau masalah balas dendam, dia baru tenang kalo orang yang berbuat salah sampe sujud minta maaf ke dia.

Hyunjin? dia tipe yang he want it, he get it. Barang semahal apapun yang dia mau, dia kuat nabung lama, waktu itu beli Ipad untuk gambar pake uangnya hasil nabung 2 tahun, dimarahin Mama dan akhirnya duitnya diganti dan utuh sekarang. Dia juga, walau slengean, kalo udah belajar bisa ngalah-ngalahin Jeno sama Sunwoo.

Ya, emang dasarnya Tri Gemintang pinter semua, ga nunjukin aja, cuma Jeno yang paling menonjol karena dia emang tipe yolo.

Tatap nanar jendela seberang, gorden putihnya ketutup, tapi lampu temaram oranye masih setia menyala, beri kesan betapa hangatnya kamar itu. Hyunjin turun lewat jendelanya, lewat rak pot dan tanaman rambat. Seberangin taman, naik ke rak pot di tembok pemisah, loncat dari temboknya ke tempat kompresor AC kamar Seungmin. 

Jendelanya nggak dikunci, Hyunjin angkat keatas, sibak gorden, tengok kedalam dan langsung temuin Seungmin sembunyiin sesuatu dibelakang tubuhnya yang terbalut baju kaos kebesaranㅡHyunjin yakin itu punya dia.

Hyunjin nggak sapa, bahkan sekadar beri senyum, dia tau presensinya bagi Seungmin saat ini bukan di waktu yang tepat, dia langsung masuk kesana, tutup jendela, dan tutup gorden lagi. Jalan mendekat ke entitas candu-nya.

"maaf..." cicit yang lebih muda, wajahnya mendongak, tatap penuh penyesalan manik hitam Hyunjin yang sama sekali nggak nunjukin kehangatan kayak biasanya. 

"nggak perlu sembunyiin, gue nggak bego." nggak ada nada ketus, nadanya lembut, tapi menusuk Seungmin tepat di dada. 

"Cam... gueㅡ"

Omongan Seungmin dipotong waku Hyunjin dengan kasar buka ventilasi lebar-lebar, dibuat kaget dan keheranan, Hyunjin liatin dia sambil nyandar ke kusen.

"kalo mau ngerokok, buka jendela." ya, Hyunjin nggak bego untuk bisa pastiin situasi sekarang. Bola mata si manis yang berair, asap dari belakang tubuhnya dan bau rokok. Nggak mungkin silogisme kali ini salah.

"Icam, maafin gue." suara Seungmin bergetar bukan main, padahal Hyunjin nggak ada melotot atau bentak dia, cuma liatin dia intens.

"minta maaf? kenapa? gue marah?" tanya Hyunjin, dia berdiri tegak lagi, melangkah mendekat ke si manis, bersidekap dan munduk tepat didepan Seungmin. Air mata udah merembes keluar, terangsang sama rasa takut berlebihㅡentah itu takut dimarahin, atau takut kehilangan, Seungmin nggak bisa pastikan.

"ayo ngerokok lagi, gue tungguin." ucap Hyunjin, tajam. Seungmin menggeleng, gigit bibirnya erat-erat tahan isakan. 

"kenapa nggak mau? apa bedanya ngerokok pas ada gue sama nggak ada gue?"

Geleng lagi.

"apa? apa bedanya?" alis Hyunjin terangkat, "kenapa nggak mau jawab? mulutnya kenapa?"

"Icam, maaf..." lihat nafas Seungmin yang tercekat begitu, Hyunjin berseloroh, "hm? maaf kenapa?"

"maaf..."

"iya, maaf kenapa?" 

Yang berlinang makin bebas mengalir waktu si empunya menunduk dengan, tangan terkepal kuat. Dia takut, beneran takut. Dia lebih pilih Hyunjin datang bentak dia atau bahkan hajar dia, jangan begini.

"hey, kenapa nggak jawab?" tanya Hyunjin lagi. Dia kini ikut menunduk, seiringan dengan satu tangan Seungmin yang tutupi wajahnya sendiri. Tangis itu pilu, terdengar putus asa, diiringi batukan karena bau rokok yang masih menyala.

[✔] tri gemintang ; hyunjin, jeno, sunwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang