Seungmin nggak pernah tau apa dia pantas untuk lanjutin impian terbesarnya itu. Jadi ballerino, tapi kedua orang tuanya nggak bisa duduk bersebelahan di bangku penonton, kalau begitu untuk apa?
Semuanya hancur beberapa bulan yang lalu, Papa pulang kerumah dengan seorang cewek yang nggak jauh umurnya sama Seungmin.
Hamil, 8 bulan.
Papa yang pernah jadi orang tersayang, sekarang jadi pusat semua kebencian yang terkumpul di segenap hati Seungmin. Sejahat apapun Papa, senggak pedulinya Papa, beliau tetap tertulis di tempat khusus, tapi sekarang enggak lagi, Seungmin beneran hapus semua tentang Papa di hatinya.
Dia benci Papa, dia mau Papa mati, dia mau perempuan itu mati, dan dia mau anak haram mereka mati. Tapi Mama kelewat cinta mati sama Papa, dia yang hari itu tahan Seungmin keluar dari kamar dengan gergaji mesin yang dia temuin di gudang penyimpanan.
Pun sekarang, Hyunjin nggak bisa dihubungin. Semalem mereka video call, tapi sekarang chat pun nggak dibaca, telepon nggak diangkat, udah mau malem lagi. Seungmin tau Hyunjin sibuk, tapi emangnya balas sapa sebagai tanda dia masih hidup nggak bisa?
Seungmin cuma mau tau dia udah makan atau belum, Seungmin cuma mau tau dia lagi ngapain, istirahat kah? Gimana latihannya? Apa dia baik-baik aja? Sesederhana itu, Seungmin nggak nuntut apa-apa.
Sampai hari kedua, Hyunjin nggak bales chat-nya. Seungmin sarapan di meja makan dengan lesu, hari ini tumben Mama belum bangun, jadi Seungmin sarapan sendiri.
Selesai sarapan, Seungmin hendak naik lagi ke kamarnya, tapi kamar Mama pintunya kebuka, dia iseng-iseng masuk.
"Ma? Mama?" panggil Seungmin, Mamanya nggak ada di kamar, dia cek ke kamar mandi, kebetulan pintunya nggak dikunci.
Dan itu adalah penyesalan terbesar dalam hidupnya.
"MAMA!!!"
Seungmin menjerit, sekeras mungkin.
Sang Mama terkulai lemas didalam bath tub dengan mata terbuka, air yang harusnya jernih, jadi merah. Seungmin menangis, setengah mati pertahanin kakinya untuk berdiri, tapi nggak bisa.
"Ma, Mama nggak mau ya liat Angit diatas panggung?"
Mamanya udah nggak bernafas, nadi pun nggak berdenyut. Semuanya pergi tinggalin dia, nggak ada bahu untuk bersandar, nggak ada tangan yang bantu dia menopang tubuh sendiri.
Sang Langit diceritakan kuat menahan bintang dan kontelasinya di atas sana, namun, mengapa menopang rasa sakit saja tidak mampu?
"Rimba."
Langkah Sunwoo berhenti waktu suara itu panggil dia, diikuti siluet Renjun yang nggak ada disebelahnya. Renjun diam ditempat, tangannya mengepal, dia menunduk dan tiba-tiba aja air mata lolos.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] tri gemintang ; hyunjin, jeno, sunwoo
Fiksi Penggemarproses menuju kedewasaan bersama trio gemintang anak mama dean: samudera, rimba, dan angin! warning! mpreg (implied); bxb; kapal antar galaksi; bahasa non baku © 2019 eclipseuuu