10 years later
Bogor, IndonesiaSunwoo berjalan sepanjang taman dengan jalan setapak di sisi-sisinya yang di kelilingi tanaman hijau dan berbagai macam bunga itu, pepohonan rindang menutupi sedikit dari banyaknya cahaya, memberi kesan sejuk. Sunwoo masih ingat jelas bagaimana dia habiskan waktu istirahatnya disana, di salah satu pendopo untuk makan siang dengan dua saudara kembarnya dan pacar mereka.
Renjun cuma mampir beberapa kali.
Tangan Sunwoo memegang erat lembar foto itu, giginya menggertak pelan, tahan untuk nggak ngeluh lagi, tahan untuk nggak nyalahin dunia terus menerus, tahan untuk nggak bikin Renjun-nya kecewa disana.
"Dokter Rimba, anak-anak sudah siap, bisa langsung ke podium."
Sunwoo mengangguk, begitu salah satu guru baru itu tegur dia, dia melihat ke sekeliling untuk yang terakhir kalinya, sudut bibir terangkat, sebegitu rindunya sama masa SMA, sebegitu rindunya sama masa-masa dengan masalah sekadar rebutan cowok cantik atau rebutan kue buatan Mama, sebegitu rindunya sama masa-masa dia punya pegangan.
Masa-masa dia masih punya Renjun.
Dia tarik nafas, kenakan jas putih dengan name tag "Dr. Rimba Semeru" yang sedari tadi cuma dia gantung di salah satu lengannya, lalu rapihkan kerah bajunya sebelum dia kembali ke lapangan untuk berpidato, kali ini dia diundang oleh SMA-nya untuk jadi bintang tamu Seminar Kesehatan Sekolah.
Jadi pusat perhatian, Sunwoo sebelumnya merasa itu sesuatu yang nggak perlu.
Semua berubah sejak dia kehilangan Randu-nya, dia tetap optimis kalau orang favorit-nya itu masih hidup, masih akan sambut dia pulang ke dalam pelukan, setia dengan tawa hangatnya dan suara lembutnya.
Renjun mungkin jauh, tapi Sunwoo percaya, mereka tetap satu seperti sedia kala.
Berdiri diatas podium, jadi atensi utama di area, Sunwoo kuatkan hatinya, dia kembangkan senyumnya dan pegang mikrofon-nya.
"Selamat siang semuanya, perkenalkan saya Dokter Rimba Semeru, saya lulus dari sekolah ini 9 tahun yang lalu." ucapnya, memperkenalkan diri pada ratusan murid berseragam putih abu-abu itu. Kalau aja Sunwoo dimasa itu, dia pasti milih duduk di belakang (parahnya kadang kabur ke perpustakaan) dan dengerin musik pake earphone, bagi dia, seminar-seminar kayak gini nggak penting, tapi nggak ada yang pernah tau masa depan, sekarang Sunwoo malah jadi pembicara di depan.
"Tadi saya keliling-keliling sebentar, ternyata banyak yang berubah ya, bangunannya jauh lebih bagus, meja, kursi, ruang guru, parkiran juga udah tingkat tiga, rapih, dan udah pake karcis, dulu mah kalo mau pulang mesti berantem dulu sama yang naruh motornya nggak presisi." ucapnya, penuh memori, "yang nggak berubah cuma kenangannya, bahkan taman yang pada jaman saya udah dibilang bagus banget, sekarang lebih bagus lagi. Cuma itu, pendopo bikin kangen banget, dulu saya kalo ngejulid sama berantem disitu soalnya."
Pengakuan kalimat terakhir undang tawaan kecil dari yang di lapangan, nggak cuma murid, tapi guru-guru tua maupun muda, dan staff sekolah.
"sebelum kita mulai, saya mau cerita-cerita sedikit nih, hitung-hitung nostalgia dulu, gapapa ya?"
"gapapa pak!" jawab anak-anak, kompak.
"pernah denger quotes 'we were born to be alone'? quotes itu nggak berlaku buat saya, kalian liat kepala saya, kecil kan?" tanya Sunwoo, anak-anak yang nonton saling tatap-tatapan dan ngangguk.
"iya, saya dari di dalem perut, udah digencet dari dua sisi, saya nggak lahir sendirian, ada dua kembaran lagi yang kelakuannya kayak abu lahab dan abu jahal."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] tri gemintang ; hyunjin, jeno, sunwoo
Fanficproses menuju kedewasaan bersama trio gemintang anak mama dean: samudera, rimba, dan angin! warning! mpreg (implied); bxb; kapal antar galaksi; bahasa non baku © 2019 eclipseuuu