13. jadi dewasa

5.9K 932 440
                                    

Selama perjalanan pulang dari tempat beli bubur, Jeno diem, dia sama sekali nggak ngomong kecuali Papanya nanya, walau itu pun jawabnya singkat, matanya terlalu fokus ke jalanan yang dia lihat dari kaca mobil, tenggelam dalam imajinasinya.

Gapapa, dia menang buat banggain dirinya sendiri, banggain orang tuanya, dan untuk balas dendam karena sekolah act like a total bitch waktu dia berjuang didalam ruang Divisi Kimia.

Nggak, bukan buat Haechan, that's a stupid reason. At least, sekarang Jeno nyoba buat denial, I mean it would be okay since it may make him feel better, right?

"Pa." ini pertama kalinya Jeno angkat suara duluan pagi itu, sembari duduk menghadap ke Papanya, "Papa pernah nggak, ambisi dalam suatu hal karena alasan bodoh?"

Jaehyun ngelirik anaknya sebentar sebelum fokus ke jalanan, dia lagi nyetir soalnya. "beberapa diantara kita hidup untuk alasan yang bodoh, Yin."

Jeno ngernyit, "maksudnya?"

"nanti kamu bakal ngerti maksud Papa."

Jeno kembali ngeliatin ke jalanan.

Beberapa diantara kita hidup untuk alasan yang bodoh.

Jeno masih terlalu lugu buat tau artinya, dan dia nggak mau repot-repot ngertiin itu sekarang, dia percaya Papanya, dia percaya dia bakal ngerti hal itu setelah dia ngelewatin apa yang udah dilewatin duluan sama Papanya.

"Papa pernah nggak, ambisi karena Mama?" tanya Jeno lagi, sambil gores-gores kaca jendelanya.

"semua yang Papa lakuin ya buat Mama sama kamu dan abang-abangmu." Jaehyun senyum simpul, "nanti juga kamu begini, kamu bakal jadi kepala keluarga, kamu harus ambisi buat istri dan anak-anakmu kelak kalau kamu nggak mau mereka hidup susah, kalian itu amanat dari tuhan untuk Papa."

Jeno tertegun.

Dia nggak ngira Papanya bakal bicara setinggi itu cuma karena sebuah pertanyaan konyol yang bahkan harusnya dia tau.

"cinta itu ambisi, Angin." Jaehyun ketawa kecil setelahnya, "dan untuk cinta, semuanya nggak akan cukup, sekalipun kamu kehilangan nyawa untuk mereka."

Disitu Jeno dapat jawabannya.

Atmosfer jadi beda tiba-tiba, Jeno terlalu sibuk sama pikirannya, sampai dia nggak sadar mobil Papanya udah terparkir di parkiran rumah. Papa turun duluan dan bawa bubur sumsum pesanan Mama, sementara Jeno masih diam di dalam mobil.

Ternyata dia dapet gen bucinnya itu dari Papa.

Tapi Jeno nggak salah jadiin Papanya sebagai panutan, walau beliau ceroboh dan suka susah serius, dibalik sosok cerianya itu ada perjuangan. Papa Jaehyun mungkin terlihat santai, tapi dia berjuang keras diluar sana untuk bisa menuhin kebutuhan keluarganya, beliau selalu coba buat tersenyum walau sehabis pulang kerja, nggak pernah marah-marah, semuanya demi nyiptain atmosfer positif di rumah dan bikin semuanya nyaman.

Jeno sekarang sadar, perjuangan yang dia lakuin belum cukup. Tapi nggak apa-apa, waktu masih banyak, dia masih muda, masih banyak yang bisa dia perbaikin.

Keluar dari mobil, Jeno nggak sengaja kontak mata sama Haechan diluar pagar rumahnya. Belum sempat Haechan ngomong sesuatu, Jeno langsung masuk ke rumahnya nggak lupa ngasih tatapan tajem.

'canda syg'

"bangsat." Jeno ngumpat pelan kemudian jatuhin dirinya di sofa, dia masih marah, marah banget, ini keterlaluan.

Tiba-tiba aja, ada satu notif asing di handphonenya.

instagram: sadanawindu_
has started following you

[✔] tri gemintang ; hyunjin, jeno, sunwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang