Walau keliatannya garang dan paling kuat diantara saudara-saudaranya, siapa yang kira kalo Sunwoo itu punya rasa iri sama mereka. Dari kecil, dirinya udah nggak asing sama yang namanya dibeda-bedain sama Hyunjin atau Jeno.
"Samudera ikut Papanya ya, lesung pipinya manis banget, tapi ada percampuran Mamanya juga." "Angin mirip banget Papanya, bagai pinang dibelah dua."
"kalau Rimba, kok nggak mirip ya?"
Itu udah jadi makanan sehari-hari Sunwoo, dari dia kecil, dia sampe pernah dikira anak pembantu yang deket sama anak-anak majikannya. Saat itu juga dia bakal sarkas, tapi namanya waktu itu dia masih anak kecil, dia juga bakal nangis diem-diem. Kalau sekarang, Sunwoo sih diem aja, mau dia nggak mirip Papanya kek, nggak mirip Mamanya kek, atau dua bocah tuyul yang merangkap sebagai kembarannya kek, dia nggak peduli.
Tapi inget, dia dendaman.
Dia diem buat ngerencanain gimana caranya buat bales, yang setimpal, kalo perlu lebih parah. Emang nggak baik, Sunwoo itu tipe orang yang bener-bener apapun itu masalahnya, dia masukin ke hati, childish.
Pernah satu waktu, dia ngerasa capek banget, dia kabur dari rumah. Dia capek dibilang keliatan nggak punya relasi sama keluarganya, ditambah dia nggak punya temen cerita karena punya trust issue, dan waktu itu emosi Mama nggak stabil dan malah nyalahin dia, jadilah mereka berantem, berantem parah sampe Sunwoo bahkan bisa ngeluarin air matanya didepan orang-orang.
Sunwoo ditemuin dirumah sakit, luka-luka disekujur tubuh, pendarahan hebat, nggak sadarkan diri.
Mama nangis, nangis hebat sampe pingsan karena nggak mampu ngeliat anaknya begitu. Entah Sunwoo ngapain, dia kepeleset di tebing nggak jauh dari rumah, sekarang tebingnya udah dijadiin terasering. Waktu sadar, Sunwoo jadi pendiem banget, dia bener-bener nggak mau ngomong, tatapannya kosong, mulutnya kelu.
"kenapa gue belum mati?"
Dia jadi orang yang berbeda.
"I hate people"
Sunwoo yang bandel, Sunwoo yang ramenya ngalahin Hyunjin, Sunwoo yang peka dan selalu peduli terhadap hal-hal kecil, Sunwoo yang punya banyak temen, Sunwoo yang manja sama Mama, lenyap, nggak tau kemana.
"I hate being nice"
Semua nyadarin itu, tapi Sunwoo tetap bersikeras bahwa itu cuma bagian dari pubertas, people changes, itu alamiah.
"I hate being the spotlight"
Tapi, Sunwoo nggak nyadar, dia bukan merubah sikapnya jadi lebih baik, sebaliknya, dia ngejauhin diri dari publik, dia benci jadi pusat perhatian, dia nggak mau ngeluangin waktunya buat bantu orang, Sunwoo jadi pribadi yang Independen, dia nggak butuh bantuan orang, dan dia nggak mau bantuin orang.
Mungkin masalahnya keliatan sepele, but it's actually not, sesuatu yang terjadi di masa kecil alias masa pertumbuhan nggak akan bisa dilupain, kita semua masih suci, dan masa itulah dimana noda-noda mulai menghinggap, jadi sebuah kenangan buruk, parahnya, trauma.
Sunwoo takut apapun, dia takut gelap, dia takut hantu, dia takut serangga, pokoknya apapun itu ketakutannya, dia bisa ngelawan, Sunwoo yakin dia bisa ngelawan rasa takutnya.
Tapi enggak dengan ketinggian, dia trauma soal itu, dan dia nggak akan bisa ngelawan rasa takut berlebih itu.
"makasih." Renjun elus tangannya selesai dia cerita, senyum mengembang, tawa kecil, "makasih udah berbagi."
Sunwoo nggak tau dia harus gimana, tangannya dipegang Renjun, tapi dia nggak bergeming dari video terpotong-potong yang keputar diotaknya bagaikan sebuah kaset rusak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] tri gemintang ; hyunjin, jeno, sunwoo
Fiksi Penggemarproses menuju kedewasaan bersama trio gemintang anak mama dean: samudera, rimba, dan angin! warning! mpreg (implied); bxb; kapal antar galaksi; bahasa non baku © 2019 eclipseuuu