•7•

2.4K 140 5
                                    

"Pergi aja yuk kak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pergi aja yuk kak... di sini panas dan banyak hantu yang sedang marah," Aileen menyindir Arsen di iringi tawa kecil, namun dia sama sekali tidak menolehkan wajahnya pada Arsen yang sedang naik pitam itu.

Sebelum masuk kedalam rumah Aileen sempat menatap menatap datar kedua mata itu, mata milik Arsen yang terlihat tajam setajam burung elang. Sementara Arsen? Tangan kanannya kembali mengepal. Dia benar-benar tidak suka melihat Aileen yang mengabaikan dirinya seperti itu tadi dan apa yang Aileen bilang tadi, huh?

Di sini panas dan banyak hantu yang sedang marah?

Maksudnya apa, huh?

Jangan bilang jika Aileen tengah menyindirnya dengan kata hantu?

"Sial!" Arsen mengumpat dengan kesal. Dia kesal setengah mati pada dua anak itu. Wajah Arsen sekarang sudah merah padam. Arsen tidak sengaja menunduk, matanya terpaku pada kaleng minuman bekas. Tanpa pikir panjang Arsen menendang kaleng minuman dengan keras—hal tersebut tentu membuat kaleng itu menjadi melayang, syukurlah karena kaleng itu tidak terkena orang. Jika saja terkena, mungkin riwayat Arsen sudah tamat.

Dengan berat hati Arsen meninggalkan rumah milik Aileen. Dia mulai menyusuri jalan setapak untuk menuju rumah pohon. Bagi Arsen, rumah pohon itu adalah tempat atau pelarian yang paling cocok saat dia merasa kesal, senang, dan sedih. Begitupun dengan Aileen. Arsen ingin merebahkan tubuhnya diatas ranjangnya yang berada di rumah pohon.

Arsen membuka pintu rumah pohon dengan cepat. Dia masuk terlebih dahulu sebelum akhirnya menutup pintu rumah pohon itu kembali. "Boneka?" Arsen membeo. Dia berjalan mendekat menuju boneka beruang besar berwarna coklat tua. Dia menarik kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan manis macam bulan sabit.

Boneka itu menurutnya tidak buruk!Tetapi menurutnya boneka itu menggemaskan seperti anak perempuan yang selalu dia bully yaitu... Aileen. Dia tidak bisa memungkiri hal itu. Dahi Arsen mengernyit, alisnya menyatu. "Bukankah boneka ini milik CUTTIBE. Tapi kenapa bonekanya bisa di tinggal di sini sendiri, huh?"  Arsen bertanya pada dirinya sendiri.

Arsen meraih boneka beruang itu. Dia mengelus kepalanya berulang kali, bulunya tebal, halus, dan bersih seperti kucing anggora putih yang berada di rumahnya. Tiba-tiba ide jahil pun terlintas di dalam benaknya. Senyum Arsen melebar. Dia meraih boneka itu, dia akan membawa pulang ke rumah dan akan dia sembunyikan. Pasti nanti, esok, atau lusa Aileen akan mencari boneka kesayangannya itu.

o0o

Kucing anggora betina berwarna putih serta berbulu lebat dan bersih itu terlihat sedang mendongakkan kepalanya ke arah kasur kingsize milik Arsen. Kucing itu kembali mengeong kesekian kalinya. Tak lama kemudian kucing itu meloncat ke atas. Kucing itu berjalan menuju lengan Arsen lalu mengusap-usapkan kepalanya berulang kali pada lengan putih dan mulus milik Arsen. Sedangkan Arsen? Dia sedang asyik terlelap didalam mimpi.

"Meow,"

Kucing itu menggerak-gerakan ekornya. Sesekali dia menjilat salah satu kaki depannya. Arsen menggeliat dalam tidurnya saat merasakan geli dibagian lengannya. Hal itu membuat kucing anggora itu kembali mengeong. Sedetik kemudian, kucing itu menjilat lengan milik Arsen. Mungkin kucing itu berharap supaya Arsen cepat bangun dari tidurnya—makanya dia menjahili Arsen seperti yang sedang dia lakukan saat ini, hal itu semata-mata dia lakukan untuk membangunkan Arsen saja.

Dia Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang