•42•

696 40 0
                                    

Setelah merasa badmood kemarin, hari ini Arsen merasa moodnya kembali membaik ketika esoknya berangkat bersama Aileen lagi dan berharap bahwa nanti pulangnya bisa bersama lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah merasa badmood kemarin, hari ini Arsen merasa moodnya kembali membaik ketika esoknya berangkat bersama Aileen lagi dan berharap bahwa nanti pulangnya bisa bersama lagi. Meskipun dia dan Aileen satu kelas, terlebih keduanya duduk sebangku, namun anehnya Arsen merasa selalu kurang jika tidak berada di dekat sang pujaan hati.

Lain dengan Alna yang saat ini merasa gelisah, entah kenapa perasaan Alna menjadi tak keruan ketika mengingat perlakuannya selama ini terhadap Aileen yang sudah dia anggap rivalnya sendiri. Baginya memang ada yang aneh, meskipun selama ini dia terus berbuat buruk terhadap Aileen, tetapi cewek itu tidak pernah sekalipun membalasnya. Jika membalas perbuatannya pun tak masalah. Toh, selama ini memang Alna yang yang salah.

Alna selalu memaksa apa yang tidak bisa di paksakan. Dia memang sayang dan cinta Arsen, tetapi cowok itu tidak. Cintanya bertepuk tangan. Arsen sayang dan cintanya terhadap Aileen, maka dari itu selama ini dia selalu berbuat buruk dan berusaha menyakiti Aileen meskipun cewek itu sebenarnya tidak salah apa-apa.

Alna menghela nafas panjang. Dia menyesali perbuatannya terhadap Aileen. Andai waktu bisa di putar, Alna tidak ingin menjadi jahat seperti hari-hari sebelumnya. Sekarang dia sadar bahwa cinta tidak bisa di paksa. Mengingat bahwa selama ini dia selalu berusaha merebut hati Arsen, namun tetap saja cowok itu tak pernah menganggapnya ada. Sakit memang, tetapi mau bagaimana lagi? Rasanya Alna ingin menjadi Aileen saja, tetapi jelas itu tidak mungkin.

Alna kemarin sempat meminta nomor WhatsApp Aileen terhadap Rafis, awalnya cowok itu bersikap keukeuh untuk tidak memberi nomor Aileen terhadap Alna. Namun Alna menjelaskan alasannya, alhasil Rafis memberi nomor Aileen meski sedikit was-was. Saat sudah pelajaran kedua di mulai, Alna membuka ponselnya dan mengetikkan sesuatu untuk di kirimkan kepada Aileen yang berada di kelas sebelah.

o0o

Aileen mengernyitkan dahi ketika merasa ponsel yang berada di saku roknya bergetar. Lagi pula siapa juga yang mengirimkan dia chat ketika waktu pelajaran masih berlangsung seperti saat ini, meski begitu cewek itu tetap merogoh ponselnya. Detik berikutnya dia menyalakan benda pipih itu, matanya menggerjap ketika mengetahui siapa yang mengirimkan dia chat barusan. Dia adalah Alna! Cewek itu mengajaknya bertemu di toilet sekarang juga. Jelas Aileen sekarang merasa sangat bingung. Lantas jantungnya berdegup dua kali lebih cepat dari sebelumnya.

Sementara Arsen masih terdiam, namun ekor mata cowok itu tetap mengamati Aileen secara diam-diam. Alis tebalnya terangkat ketika mendapati ekspresi Aileen yang berubah menjadi kebingungan ketika baru saja menyalakan ponselnya.

"Dari siapa?"

Pertanyaan singkat Arsen membuat Aileen terdiam seribu bahasa. Tidak mungkin jika Aileen memberitahu yang sebenarnya bukan? Hal tersebut bisa saja menjadi boomerang bagi cowok itu. Aileen mengangkat sudut bibirnya, memaksa untuk tersenyum meski perasaannya menjadi tak keruan.

"Nggak kok, cuma tiba-tiba gue kebelet pengen buang air kecil aja sih,"

"Ke toilet sekarang gih! Atau mau gue temenin?" Tawar Arsen sembari menaik turunkan alisnya menggoda.

Aileen lantas mencebikan bibirnya kesal sembari memukul lengan cowok itu dengan sedikit kekuatan ekstra. "Nggak, makasih. Gue bisa sendiri." Sahut Aileen sebelum akhirnya berdiri dan berjalan menunju ke depan kelas untuk izin kepada guru yang saat ini sedang mengajar.

"Ya elah, galak amat jadi cewek,".

Aileen tidak menghiraukan perkataan Arsen barusan dan tetap berjalan ke depan. Setelah izin kepada guru yang sedang mengajar, Aileen bergegas keluar dari kelas. Terlihat di luar tampak sepi, mengingat bahwa jam pelajaran masih di mulai. Pikiran Aileen terus berkelana, dia tidak bisa menebak apa yang akan Alna lakukan kepadanya. Bisa jadi Alna melakukan hal buruk kepadanya, misal menguncinya di dalam toilet, serta mengerjainya dengan bantuan kedua antek-anteknya. Itu terdengar mengerikan.

Karena sudah larut dalam pikirannya sendiri, Aileen jadi tak sadar bahwa saat ini dia sudah berada di depan pintu toilet. Sempat merasa ragu dan ingin kembali ke kelas, namun dia langsung mengurungkan niatnya itu. Aileen membuka pintu toilet dan langsung di sambut oleh Alna yang sedang membelakangi kaca yang berada di depan wastafel. Untuk yang pertama kalinya Aileen melihat senyum cewek itu. Wajar saja, mengingat bahwa selama ini Alna selalu memperlakukannya dengan buruk dan tidak pernah sekalipun tersenyum ke arahnya. Jika begini Alna terlihat cantik menurut Aileen, dari pada memasang muka galak dan judes.

"Hai!" Sapa Alna terhadap Aileen.

Aileen sontak membeku, suara cewek itu juga terdengar lebih lembut. Tidak seperti biasanya yang terdengar keras dan tidak mengenakkan telinga. "Hai juga!"

"Lo ngapain ngajak gue ke sini?" Aileen bertanya to the poin sembari melangkahkan kaki untuk menghampiri Alna.

"Lo inget kan? Gue dulu sering banget jahat sama lo? Gue sadar, gue udah salah banget sama lo. Selama ini gue buta akan cinta. Untuk masalah Arsen, gue akui lo yang menang, meskipun lo nggak mau bersaing sama gue, tapi lo tetep pemenangnya—"

"—gue minta maaf, lo mau maafin gue, kan? Kayaknya nggak mungkin sih kalau lo bakal maafin gue, soalnya salah gue ke lo udah banyak banget," lanjut Alna sembari tertawa hambar.

Aileen terperangah mendengarnya. Dia tidak menyangka bahwa Alna mengajaknya bertemu karena hanya ingin meminta maaf kepadanya, cewek itu bahkan secara terang-terangan mengakui kesalahan yang selama ini sudah dia lakukan. Aileen lantas tersenyum. Dia senang jika Alna berubah seperti ini.

"Lo nggak lagi sandiwara buat pura-pura baik di depan gue, kan?"

Alna cemberut. Bagaimana bisa Aileen berpikir seperti itu terhadapnya? Apakah selama ini kelakuannya sudah sangat keterlaluan hingga Aileen kini sulit mempercayainya?

"Gue serius. Kalau lo anggap gue pura-pura baik, lo salah besar. Faktanya gue selama ini nggak pernah senyum, ngakuin kesalahan, dan minta maaf sama lo."

"Syukur deh, kalau lo udah sadar."

Alna membeo. "Jadi gue di maafin nih?"

Aileen hanya mengangguk sembari tersenyum.

Mata Alna lantas berbinar, dia tidak kuasa menahan rasa senangnya dan langsung berhambur memeluk Aileen yang masih terdiam. Dia benar-benar tidak menyangka jika Aileen masih bisa memaafkannya atas segala perilaku jahatnya selama ini, padahal jika diingat-ingat dia sudah keterlaluan terhadap Aileen. Jika Alna jadi Aileen pasti tidak akan memberi maaf meski sedikitpun. Tetapi Aileen berbeda, cewek itu memang mempunyai hati yang kelewat baik. "Thanks, Ai!"

"Ngapain lo meluk gue? Bukannya selama ini lo anggap gue sebagai rival?"

"Kapan lagi bisa akrab gini, yakan?"

Keduanya lantas tertawa.

"Lo sama Arsen udah jadian dari lama, kan? Bay the way ... Congrats ya! Gue ikut seneng dengernya, maaf gue baru bisa bilang sekarang,"

Aileen hanya tersenyum mendengarnya, mengingat bahwa dia dan Arsen dari dulu hanya berstatus sebagai pacar pura-pura saja. Anehnya satu sekolah mempercayai dia dan Arsen berpacaran beneran.

Dia Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang