•25•

1.2K 75 14
                                    

"Gue enggak sengaja CUTTIBE sayang," Arsen menyahut dengan suara serendah mungkin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue enggak sengaja CUTTIBE sayang," Arsen menyahut dengan suara serendah mungkin.

Tubuh Aileen kontan langsung menegang, dirinya bergidik ngeri setelahnya. Saat Arsen mengatakan kalimat tersebut, Aileen berpikir bahwa kalimat dan suaranya yang berat dan serak milik Arsen sangatlah berdamage—hingga bisa membuatnya melupakan satu hal, bahwa tadi dirinya sedang marah pada Arsen yang nota bene-nya adalah musuh bebuyutannya sedari dia masih kecil dan tentunya masih polos.

"Ish... pacar bohongan tau!" Aileen kembali menyela seraya berdecak kesal.

Arsen kembali menegakkan tubuh jangkungnya ketika Aileen kembali membuka suara. Sungguh, benar-benar menggemaskan sekali. "Lo mau ikut gue beli ice cream, atau nungguin gue disini sendiri?" Arsen bertanya seraya menaikkan sebelah alis tebal miliknya.

Aileen tampak terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan yang barusan Arsen lontarkan kepadanya. "Gue disini aja," Aileen menyahut seraya mengembalikan badannya kebelakang untuk berjalan menuju bangku panjang yang terbuat dari kayu, bangku itu terlihat bersih, di sisi kanan dan kirinya ditumbuhi pohon besar, mungkin untuk menghalau panas matahari yang terasa menyengat pada kulit. Beruntung karena bangku kayu tersebut tak ada orang yang menempati—jadi Aileen tak perlu sungkan.

"Lo jangan kemana-mana, kalau lo nggak nurut, gue pasti beneran akan cium lo," Arsen berkata seraya meninggikan suaranya.

Seketika Aileen menghentikan langkah kakinya ketika mendengar teriakan Arsen. Matanya kontan terbelalak karena terkejut. Dia hanya bisa diam mematung seraya menutup mulutnya sendiri tak percaya. Rasanya tulang kaki Aileen berubah menjadi seperti jelly. Bagaimana tidak? Kini kedua kakinya sangatlah sulit untuk digerakkan. Begitupun dengan segelintir orang yang tengah berlalu lalang di sisi jalan langsung memusatkan perhatian mereka kepada kedua insan yang jaraknya sudah tak begitu dekat.

"Arsen goblok!" Aileen kembali mengumpat lirih dengan kesal.

Pipi Aileen seketika memerah. Tentunya dia malu. Bahkan benar-benar malu. Sedetik kemudian dirinya menolehkan wajahnya kebelakang. Menatap Arsen yang kini tengah melangkahkan kakinya lebar menuju kedai ice cream. Aileen berdecih pelan ketika melihat beberapa segelintir cewek seumuran yang sekarang tampak mengerubungi Arsen—seolah Arsen adalah gula dan para cewek tersebut adalah semut.

"Heran gue, bisa-bisanya itu cewek pada klepek-klepek sama cowok brengsek macam Arsen,"

Sebelumnya Aileen belum pernah mengunjungi kedai ice cream yang saat ini tengah dia kunjungi. Dia beli ice cream pun hanya di supermarket dekat rumahnya saja. Jika saja dia tahu bahwa ada kedai ice cream bagus, mungkin dirinya setiap hari akan membeli ice cream disitu. Dan jangan lupakan! Dirinya pun sedikit malas untuk keluar, dia tidak punya teman. Lantas siapa yang akan menemani keluar waktu dulu? Sekarang sudah berubah ketika ada Arsen yang selalu menemaninya, walau dirinya tak mengharapkan hal tersebut terjadi.

Dia Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang